Beberapa pekan belakangan ini, saya membentuk sebuah grup via WhatsApp,
yang diberi nama IRAMA Bahagia. Kata IRAMA bukanlah tanpa makna.. Selain
karena singkatan dari Ibu Rumah Tangga (walau sedikit maksa. hehe)
namun juga saya ingin memberi label pada IRT untuk bisa berirama dalam
menjalankan setiap aktivitas kerumahtanggaannya.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Daring oleh Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan
Nasional, Irama adalah gerakan berturut-turut secara teratur (
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php).
Saya ingin memaknai bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah
pekerjaan dengan gerakan yang berturut-turut dan turun naiknya
beraturan. Itu artinya, aktivitas menjadi ibu rumah tangga tidak
berjalan datar atau mulus saja melainkan juga mengalami naik turun yang
beraturan. Apapun kaitannya antara ibu rumah tangga dan IRAMA, saya
menambahkan di belakangnya dengan kata “bahagia”. Itu artinya saya hanya
ingin menyampaikan melalui tulisan ini bahwa menjadi ibu rumah tangga
tidaklah mudah, ia harus bisa menjalani sebuah aktivitas yang dilakukan
berturut-turut dan naik turunnya secara beraturan. Dan kesemuanya itu
diharapkan dapat dilakukan oleh IRT dengan penuh rasa bahagia.
Singkat cerita, di grup IRAMA Bahagia… Saya jadi mengenal dengan
beberapa IRT lainnya yang luar biasa aktivitasnya. Ada yang anak
sulungnya sudah SMA, ada juga yang sudah punya anak 3, ada lagi yang
punya anak hanya dua tapi jaraknya berdekatan. Kami bisa berbagi cerita
di sini, baik suka maupun duka. Sukanya, ada yang share tentang
aktivitasnya bersama sang suami dan anak yang menggembirakan kemudian
aktivitas berjualan onlinenya yang laris manis. Dukanya, ini yang lebih
banyak. Ada yang share mengenai pengalaman berhubungan jarak jauh dengan
suami dan si istri harus tinggal dengan mertua, ada juga yang membahas
tentang kesehariannya bersama anak yang jaraknya dekat satu sama lain
sehingga butuh pengawasan ekstra, dan ada pula yang share terkait
kondisi anaknya yang sering sakit dan masih banyak cerita lainnya.
Apapun itu, saya rasa semua yang dialami oleh IRT ini juga dialami oleh
IRT lainnya. Meski saya di sini bukanlah siapa-siapa, bukan IRT yang
sudah berpengalaman menjalani pernikahan hingga belasan tahun, tapi
setidaknya saya ingin mengajak diri saya dan para IRT lainnya untuk bisa
bahagia dalam menjalani aktivitas rumah tangganya.
Saya tahu
tidaklah mudah menjadi IRT, saya juga sering berkeluh kesah dan merasa
menderita dalam menjalani aktivitas IRT yang sehari 24 jam selama
seminggu. Saya sampai bertanya-tanya kapan “me time” saya ya? Tapi
tenang, kita hanya butuh meluangkan waktu untuk sebentar merenung.
Nyatanya, Allah kasih kesempatan kita untuk menerima nikmat dari-Nya.
Nikmat kesehatan dengan nafas yang masih berhembus dan ketika bangun
tidur, nampak di sebelah kanan kiri kita ada suami dan anak-anak yang
kita sayangi. Kemudian nikmat ketika sang anak bila diperhatikan, tumbuh
kembangnya semakin baik. Banyak hal-hal yang sudah bisa dilakukan
olehnya. Dan juga nikmat ketika suami masih diberi kesehatan untuk mampu
melangkahkan kaki mengadu nasib demi menafkahi anak dan istrinya. Maka,
bukankah itu semua nikmat yang telah Allah beri pada kita selaku ibu
rumah tangga? Jangan sekali-kali kita mengabaikan nikmat pemberian
dari-Nya. Kita hanya butuh waktu untuk merenung dan mengingat
sebanyak-banyaknya nikmat yang telah Allah beri selama ini. Untuk
kemudian kita syukuri dan ucap hamdalah.
Ats-Tsa’alabi pernah
meriwayatkan hadis dari Aisyah, Rasul menyatakan bahwa tidak ada yang
pantas bagi seorang istri yang membenahi kondisi rumah kecuali Allah
akan mencatat aktivitas itu sebagai kebajikan dan bakal menghapus
dosanya lalu meninggikan derajatnya.
Subhanallah ya, menjadi IRT
saja bisa menghapus dosa dan ditinggikan derajatnya. Lalu, jika masih
kita merasa tidak bahagia menjadi ibu rumah tangga… Cobalah tengok
mereka yang sudah mengalami perpisahan dengan pasangannya masing-masing.
Mereka yang hidup sebagai single parent tidak lantas bunuh diri karena
tidak mampu bertahan hidup. Banyak yang berjuang sebagai orang tua
tunggal namun berhasil dalam kehidupannya sehari-hari. Kita bisa belajar
dari mereka untuk tetap berjuang dan bersabar mengurus anak serta suami
yang masih ada di sisi. Karena saat ini, anak dan suami adalah harta
berharga dan kita harus mensyukurinya meski terasa melelahkan dalam
menjalani semuanya.
Mari kita ingat kembali, kebersamaan kita
dengan suami serta anak ketika pergi liburan. Karena saya yakin sebagai
ibu rumah tangga tentu pernah berpergian bersama dengan keluarga. Walau
mungkin tidak bepergian jauh ke tempat rekreasi atau hiburan lainnya,
namun berjalan kaki bersama anak dan suami mengitari kompleks rumah
adalah kebahagiaan tersendiri, bukan? Lagi-lagi kita harus
mensyukurinya, bahwa di tengah kepadatan tugas kita di rumah sebagai
IRT, kita masih diberi kesempatan dan waktu luang untuk bercanda tawa
menikmati momen kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai.
Lalu, bagaimana dengan mereka para IRT yang berhubungan jarak jauh
dengan suaminya yang mungkin kerja di luar kota? IRT yang mengalami hal
seperti ini mungkin merasa kesepian, merasa sangat letih karena tidak
ada tempat berbagi soal pekerjaan rumah tangga dan butuh perhatian atas
aktivitasnya sehari-hari yang begitu padat. Padahal, kecanggihan
teknologi seharusnya membuat kita lebih bersyukur bahwa kita masih bisa
menghubungi suami yang di luar kota atau mengirim video call demi
memenuhi hasrat kerinduan dengan pasangan jiwa.
Lagi-lagi…
Mungkin seharusnya tidak ada alasan untuk tidak bahagia menjadi IRT.
Apapun kondisinya, kita harus tetap bersyukur dan selalu bahagia.
Teringat dengan sebuah hadits dari Anas bin Malik ra. Ia mengatakan,
“Para shahabiyah mendatangi Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kaum lelaki pergi dengan membawa keutamaan jihad fii sabilillah,
sedangkan kami tidak memiliki suatu amalan yang bisa menyamai amal para
mujahidin fii sabilillah.’ Maka beliau pun menjawab, ‘Pekerjaan salah
seorang di antara kalian di rumahnya menyamai amalan para mujahidin fii
sabilillah’.” (HR. Al-Bazzar)
Sesungguhnya Ini adalah seruan
untuk membuka pintu harapan bagi para IRT dalam menjalankan perannya
sebagai istri sekaligus ibu di rumahnya. Tidak ada yang sia-sia, semua
kelelahan serta pengorbanan untuk suami dan anak tercinta, insya Allah
akan dibalas berlipat ganda oleh-Nya. Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia,
Pasti Bisa!
Posting Komentar