Dengan perjuangan kuatnya, ia tetap mempertahankan dirinya. Tak goyah sedikitpun tuk mudah membuka kuncupnya kepada siapapun kecuali yg berhak nantinya. Sekian lama penantian, ia terus menunggu yg berhak itu datang menghampirinya. Begitu lama menunggu, godaan itu semakin berat saja.. semakin banyak pula yg mencoba mendekatinya. Angin, jari-jari manusia, lebah, bahkan lalat dan semut pun mencoba mendekatinya. Ia sudah sangat berusaha menghindar. Tapi tetap saja tak bisa, karena memang begitulah lingkungan tempat dimana ia berada.
Setiap malam ia menangis, memohon pada Alloh agar kuncupnya tetap terjaga dan mahkotanya tak rusak sedikitpun. Alloh pun mengabulkan permohonannya.. ia terus tetap terjaga meski ujian yg dating menerpa silih berganti tiada henti.
Sampai pada akhirnya Alloh mengirimkan yg berhak itu pada ia. Ia begitu senang karna yg selama ini telah dinanti-nanti telah menghampiri. Ia mengucap selalu “Alhamdulillah” atas nikmat yg diberi Alloh padanya.
Yg berhak itu kini telah siap berada di hadapannya. Adalah si Kumbang. Dengan perlahan, ia buka kuncupnya.. dan ia biarkan si Kumbang menghisap sarinya. Dan saat itulah pertama kalinya mahkota ia rusak oleh si Kumbang. Dan ingatlah ia terhadap si jari-jari manusia yg dulu pernah mencoba menyentuhnya. Sang pemilik jari itu pernah berkata, “Karena mekarnya kuncupmu hanya sekali, jangan biarkan siapapun menghisap, kecuali tiba waktunya yg berhak nanti.”
Duhai ukhti.. semoga kau bisa menjadi seperti si Bunga yg tetap terjaga kuncupnya hingga tak bisa siapapun yg menghisapmu kecuali yg berhak nanti.
Duhai akhi.. semoga kau bisa menjadi seperti sang Kumbang yg kelak memiliki Bunga yg mekar kuncupnya hanya sekali, hanya mekar untukmu.
Posting Komentar