Rindu aku kau di sampingkuSaat ini kita berduaSaling menjaga di antara kita
Rindu aku kau hadir di siniSaat ini kita berduaSaling mendoa kepada Illahi..
Di jalan-Nya kita tuju ampunan-NyaKita bersama kan menggapai rahmat-Nya Di cinta-Nya kita kan tuju ampunan-NyaKita bersama kan meraih ridho-Nya
Rindu aku kau di sampingkuSaat ini kita berduaSaling menjaga di antara kita
Rindu aku kau hadir di siniSaat ini kita berduaSaling mendoa kepada Illahi..
Di jalan-Nya kita tuju ampunan-NyaKita bersama kan menggapai rahmat-NyaDi cinta-Nya kita kan tuju ampunan-NyaKita bersama kan meraih ridho-Nya
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Duhai dindaku…
***
Rindu aku kau hadir di siniSaat ini kita berduaSaling mendoa kepada Illahi..
Di jalan-Nya kita tuju ampunan-NyaKita bersama kan menggapai rahmat-Nya Di cinta-Nya kita kan tuju ampunan-NyaKita bersama kan meraih ridho-Nya
Rindu aku kau di sampingkuSaat ini kita berduaSaling menjaga di antara kita
Rindu aku kau hadir di siniSaat ini kita berduaSaling mendoa kepada Illahi..
Di jalan-Nya kita tuju ampunan-NyaKita bersama kan menggapai rahmat-NyaDi cinta-Nya kita kan tuju ampunan-NyaKita bersama kan meraih ridho-Nya
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Kita kan bercerita saling berbagi asaBerbagi suka cita kita bersamaSaling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran
Duhai dindaku…
***
Sebuah nasyid di atas yang berjudul 'Rindu Aku' dengan munsyidnya Seismic, mengingatkanku akan sebuah kisah yang terjadi pada sahabatku.
Aku ingat sekali akan perbincangan kita selepas lulus SMA. Dia mengatakan kalau nanti dia baru akan menikah selepas lulus kuliah. Karena cita-citanya yang tinggi membuatnya berambisi untuk mencapainya. Hm, aku amiin kan saja keinginannya tersebut. Meski dalam hatiku berbicara bahwa takdir tiada yang tahu.
Asyiknya memiliki sahabat sepertinya karena selain pintar, cantik, dan sholehah pula. Aku inget banget, kalau di jari manis sebelah kirinya itu selalu tersemat cincin. Kalau aku tanya, pasti dia menjawab bahwa itu cincin pemberian neneknya dan sebagai salah satu bentuk penjagaan terhadap dirinya. Saat itu aku bingung, tapi baru aku faham ketika aku bermain ke rumahnya dan saat itu seorang ikhwan yang merupakan teman kami datang pula ke rumahnya. Dan aku terkejut ketika kita bertiga sedang ngobrol-ngobrol, ehh temanku yang ikhwan itu bertanya apa sahabatku itu telah di lamar oleh seorang ikhwan? Hoho, ternyata karena temanku itu melihat ada cincin yang tersemat di jari manis sebelah kiri sahabatku itu
Ya. Seperti itulah. Jikalau aku berjalan dengan sahabatku itu, banyak mata tertuju padanya. Meski bukan tertuju ke aku, tapi aku senang karena memiliki sahabat yang memiliki daya tarik tersendiri. Alhamdulillah, lumayan kecipratan dikit jadinya (apa coba?!) hehe..
Semenjak kami kuliah, kesibukkan kami benar-benar luar biasa sampai kurang memperhatikan satu sama lain karena tenggelam dalam kesibukkan masing-masing. Ditambah dengan kekhawtiranku karena no hp sahabatku itu sudah tidak aktif lagi.
Ohh, ada apa dengan sahabatku ini, mengapa ia menghilang dari peredaran?
Tak berapa lama, dia kembali menghubungiku dan menanyakan kabarku. Aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja... Pun aku menanyakan kabarnya, dan dia menjawab bahwa dia sedang membutuhkan bantuanku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung pergi ke rumahnya.
Di rumahnya, ia menunjukkan seberkas surat yang berisikan banyaknya ungkapan perasaan dan salah satunya adalah lirik nasyid di atas. Aku bertanya apa maksud isi dari surat ini? Ia menjelaskan bahwa ada seorang ikhwan yang menjadi teman satu organisasi ketika SMA menyatakan perasaannya pada sahabatku ini, kemudian karena ikhwan tersebut pada saat itu belum mapan, di tolaklah oleh sahabatku dan seolah sahabatku ini langsung menjauh.
Selang 1 tahun tak bertemu, mereka kembali dipertemukan dan ikhwan tersebut menyampaikan seperti apa yang ada di lirik nasyid di atas, bahwa dia rindu terhadap sahabatku. Dan ingin mengajaknya menikah...
Namun sahabatku itu kembali menolaknya karena dia tak suka dengan ikhwan itu. Betapa ikhwan itu sangat kecewa, kemudian menanyakan alasan syar'i kenapa sahabatku menolaknya. Sahabatku menjawab bahwa dia sudah di pinang oleh ikhwan lain. Dan saat itulah, ikhwan tersebut menerima alasan sahabatku tersebut dan langsung pergi menjauh kemudian menghilang entah kemana.
Aku mendengar cerita sahabatku itu dengan sedikit kecewa, mengapa ia menerima pinangan dari seorang ikhwan padahal dia berjanji dan bertekad untuk menikah selepas kuliah nanti. Namun, apa yang terjadi... Tidak hanya 1 ikhwan yang dibuatnya patah hati ternyata banyak ikhwan lain mengalami hal yang sama pula.
Benar sesuai dengan perkiraanku, memang takdir tiada yang tahu. Kini, cincin di jari manis sebelah kirinya telah berubah menjadi sebuah cincin lain. Ya. Cincin pernikahannya. Dengan seseorang yang belum pernah dikenal sebelumnya. Dan kau tahu? Ketika resepsi pernikahannya dilangsungkan, suami dari sahabatku ini meminta tim nasyid SevenONE -yang anggotanya merupakan teman kuliahnya- untuk mengisi kemeriahan acara tersebut dengan membawakan nasyid 'Rindu Aku' seperti lirik di atas. Sahabatku itu ingin mengucap terima kasih pada seorang ikhwan yang dulu pernah memberikannya surat. Sahabatku itu rindu... Rindu untuk meminta maaf atas penolakannya yang terkesan kasar. Dan kagetnya ketika terobati atas kehadiran ikhwan tersebut sebagai salah satu anggota munsyid SevenONE yang membawakan nasyid 'Rindu Aku' di resepsi pernikahannya. []
Rindu adalah sebuah anugerahNya,
terlahir dari hati nurani,
menyemaikan rasa rindu,
bukanlah nafsu bila rindu itu tersabarkan karenaNya,
walau kegundahan selalu mengiringi,
(AKZF)
Jodoh tak pernah tertukar,