"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sayyidina Ali ra. telah memesankan syarat-syarat seseorang untuk meraih ’ilmu’ :

-Cerdas (dahsyatkan potensi berpikirmu dengan menulis)

-Serakah pada ilmu (latihan nulis plus doyan baca)

-Sabar (semua butuh latihan dan proses panjang)

-Biaya (beli buku dong! modal) hehehe

-Petunjuk dari guru (mentor menulis)

Nah, ada seorang temanku yg mengatakan bahwa menulis itu sussah abiss. Padahal, coba yuk kita perhatikan point-point yg mempengaruhi dalam kepenulisan..

1. Pentingnya niat yg lurus.

Niat itu sangat mempengaruhi bentuk dan isi tulisan kita. Di sini posisi niat sangatlah ’urgen’. Abu Hafs (Umar ibnu Khaththab) berkata: dari Rasululloh Saw bersabda:”innamal a’malu binniyat wa innama likullimriin manawa…” Rawahul Bukhari wa Muslim.

Ketika niatan kita untuk menuliskan sesuatu sebagai bentuk penyampaian suatu ide pemikiran, Insya Alloh dengan sendirinya, kata akan begitu mengalir dan kejernihan pikiran-pikiran kita akan memantul dalam ukiran huruf kita. Sedangkan jika kita mengawali tulisan kita dengan hadirnya niat yang tidak lurus, maka akan membahayakan dan hanya menghasilkan amalan kesiaan saja.

Coba deh, tulis segalanya dengan jiwamu, bukan karena tuntutan atau paksaan dari pihak luar.. Niscaya, hasil dari tulisan kita kan begitu indah. Gak percaya? buktikan saja :)

2. Pesan melalui isi tulisan.

Tulisan apapun yg kita buat, pasti tak akan pernah kosong dari muatan-muatan tujuan dari sang penulis. Alangkah indah ya jika pesan yg kita sampaikan kepada pembaca bisa ’menggugah’, ’mengubah’ atau ’membangkitkan’ sebuah perasaan dan jiwa sehingga tujuan kita tersampaikan dengan melalui tulisan tersebut.

Jika tulisan kita indah tapi tak mempunyai pengaruh dan menggizikan jiwa pembacanya, berarti sama saja kita telah gagal dalam menyampaikan tujuan dalam menulis.

3. Kekuatan dalil atau rujukan.

Tatkala kita mengetikkan kata dan ide, insya Alloh kita juga harus merujuk kepada kitab atau buku-buku yg bisa menguatkan opini yg kita sampaikan dan tentunya harus tidak menyimpang dengan Kitabullah dan as-Sunnah (ini yang paling penting!).

Yg pasti, kekuatan dalil/rujukan akan memposisikan tulisan kita itu bukan tulisan yg sembarangan karena yaa itu tadi ada maraji’ (rujukannya). Atau…bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah (halah.. ribet beneer ya? :D), bukan asal nulis. Meski nggak seresmi menulis skripsi atau thesis atawa Tugas Akhir dan sejenisnya gitu (itu kalau mau terlihat jauh lebih bagus lho).

4. Ritual sebelum menulis.

Hehe, jangan kaget. ternyata para penulis hebat itu memiliki ritual terlebih dahulu lho sebelum mereka mulai beraksi -menulis. Eitt, tapi ritual disini bukan yg termasuk bid'ah karena bukan sembarangan, jadi seperti misalkan sebelum menulis biasanya berwudlu terlebih dahulu. Maksudnya sih, biar ada energi semangat yg meletup saja sehingga menghasilkan kekuatan ’RUH’ dalam tulisan kita. Kalau tidak salah Imam Malik atau Imam Hanafi sebelum memberikan fatwa–fatwanya beliau berwudlu dan shalat 2 rakaat dulu.

5. Bercermin dari hati.

Imam al-Ghazali membekali muridnya Muhammad al-Fatih dengan kekuatan dan kejernihan cermin hati yg memutih (tazkiyatun nafs) tak ada niat-niat kotor, debu-debu dosa, kekayaan dunia yg menempel di hati sang syabab satu ini. Hingga kekuatan ruhiyahnya luar biasa dan meledakkan potensi dahsyatnya. Maka tak heranlah ketika benteng konstantinnopel bisa di taklukkan oleh Muhammad al-Fatih dalam usia 22 tahun. Muda, belia, bersahaja, tapi mampu lho menjaga hati dari kemilau dunia.

Sudahkah kita memutihkan niat dari kekotoran niat yang salah?

So… beningkan hati kita ya. insya Alloh tulisan kita akan begitu menyentuh jiwa, menggugah asa cita pembacanya dan mengabadi di dalam hati sang penikmat kata.

Dan intisari semuanya adalah..
Kita harus menulis dengan CINTA. Mengapa?

Ibarat menenun kain dengan benang yg ditarik dari lubuk hatimu, sebagaimana seakan-akan kekasihmulah yg akan mengenakan kain itu. (kekuatan CINTA akan meluarbiasakan pahatan ukiran kata-kata)

Sssttt… apakah CINTA sudah menggerakkan jiwa dan penamu, selama ini?

------------------------------------------------------------------------------

”Ibarat pohon ilmu, dia tak hanya rindang tapi juga berbuah, berkah buah indah ilmu yg bisa diambil dan dikecapi ranumnya manfaat oleh orang lain.”

”Khairun an-nas anfa’uhum linnas” sebaik-baik manusia apabila ia bermanfaat untuk orang lain. Sungguh indah khan??

Yuk kita mulai menulis. Yukk marii... ^_^