Misalkan, JIKA ada salah satu dari teman kita baru saja kehilangan barang, biasanya kita menghibur diri dengan mengatakan: “Oh... Si fulan memang memiliki ‘sense of belonging’ yang tinggi, karena itu jangan heran kalau barangmu itu hilang... hahaha...”. Guyonan yang seperti ini, mengingatkan kita betapa tidak enaknya kehilangan barang alias kecurian, maka ‘joke’nya dibuat serenyah mungkin atau diperhalus supaya kita agak terhibur sedikit. Begitu..
Nah. Sense of belonging disini menjadi sebuah kalimat yang ternyata memiliki maksud berbeda, tergantung untuk siapa kalimat itu ditujukan, sekedar ‘joke’ untuk menghibur dan membesarkan hati atau memang dalam maksud yang sebenarnya yakni pada keinginan untuk memiliki sesuatu secara swadaya atas keinginan sendiri dengan tujuan untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan.
Aku coba mengupas mengenai maksud sebenarnya dari 'sense of belonging'.
Rasa kepemilikan (Sense Of Belonging). Tak ada yang sanggup menggambarkannya dengan sempurna. Padahal kuncinya cukup mudah saja yaitu bersyukur. Itu saja, namun ternyata implementasinya sulit luar biasa ya. Karena kita memang lekat sekali dengan sifat lalai. Takkan mudah kita mensyukuri sesuatu, merasa memiliki sesuatu, apabila kita belum kehilangan sesuatu tersebut. Itulah mungkin yang sering terjadi pada kita. Betul khan?
Kita harus menanamkan dulu sebuah hamparan perasaan. Agar orang lain juga melihat apa yang kita lihat. Merasa apa yang kita rasa. Bukankah begitu?
Miris sekali, ketika kepedulian itu belum menyapa kita. Diantara kita bahkan mungkin tidak tahu bahwa teman kita sedang terbelit hutang, sakit atau sedang dalam keterpurukan. Ayolah, siapa juga orang Indonesia yang mau bercerita tentang kesulitannya? Seharusnya kitalah yang ada pertama kali untuk mereka. Saling menolong bahkan jauh sebelum teman kita meminta pertolongan.
Bagaimana dengan raut muka yang tersenyum tetapi dalam hatinya merenung. Kita memaknai sebuah persaudaraan ini sebagai satu kesatuan bukan? Satu tubuh. Tubuh yang dapat merasakan bila ada anggota tubuh lain yang merasa kesakitan. Yang butuh pertolongan. Tubuh itu tak perlu waktu lama untuk merasakannya. Karena antar anggota tubuh itu saling berkaitan, terhubung oleh urat-urat saraf tentunya. Kita? Bukankah ada yang dinamakan tali ukhuwah dalam ajaran Islam?
Apakah tak ada ikatan itu disini? Jelas, pasti ada. Hanya saja kurang kita rasakan manfaatnya. Sering keringnya hati ini melihat kurang pekanya lingkungan sekitar.Ada sebuah saran yang sepele namun ternyata cukup efektif. Bila bertemu saudaramu, cobalah tersenyum dan tanyakan bagaimana kabarnya hari ini. sesekali tanyakan bagaimana kabar keluarganya. Basa basi mungkin tetapi tidak ada salahnya mencoba kan? Jawaban secara normatif mungkin tanggapannya diawal. Tetapi lambat laun akan semakin terbuka jelagah hati. Mencoba untuk saling mengisi.
Memupuk sebuah kedekatan emosional. Ya! Keluh kesah, kesenangan dan pencapaian, terasa nikmat didengarkan terucap dari bibir teman kita. Kita bahagia melihat dia bahagia. Sedih mendengar dia sengsara. Itulah pentingnya tali ukhuwah antara kita.
Sekali lagi, rasa memiliki itu memang langka! Apalagi ditengah kelimpahan yang kita miliki. Ditengah tingginya individualitas yang ada. Disaat tuntutan untuk melejitkan diri itu sangat tinggi, disaat persaingan itu semakin giat digencarkan. Tapi percayalah tak sampai disitu kisah kita ini. saat temani kita masih sedikit, kita begitu erat memeluk mereka. Takut kehilangan segurat senyuman dari bibirnya. Tapi lambat laun seiring bertambahnya teman kita yang lain. Membesarnya komunitas dan kepadatan aktifitas kita. Orang-orang terdahulu yang dekat dengan kita menjadi orang-orang yang terlupa, yang semakin meninggalkan kita atau parahnya kita tinggalkan.
Hm.. sejenak merenung yuk. Kehilangan seseorang tak terlalu berarti (bagi yang belum mengerti), tapi baru kita rasakan ketika bilangan seseorang itu bertambah menjadi beberapa orang hingga menjelma jadi sekian orang yang kian lama kian menghilang. Ya, baru saat itulah kita menyadari bahwa kita pernah memiliki. Saat mereka sudah tiada lagi.
Rasa Memiliki (Sense of belonging) atas segala hal yang telah Alloh berikan dalam hidup kita – walau itu bukan milik pribadi kita. Tanpa rasa memiliki, kita tidak akan merasa bertanggung jawab atas apa yang ada. Memang ada juga yang punya rasa memiliki yang sangat tinggi, sehingga mereka ini merasa berhak untuk melakukan apa saja terhadap milik mereka. Sebagai contoh: hidup, karena mereka sangat memiliki hidupnya, sehingga mereka berhak memperlakukan hidup itu seenaknya tanpa bertanggung jawab (mereka bilang “It’s my life!”). Jelas sekali bukan Rasa Memiliki seperti ini yang Alloh inginkan. Rasa Memiliki dimana kita bisa jaga, atur dan kelola dengan baik dan bisa dipertanggungjawabkan, itulah yang Dia mau.
Memiliki sesuatu berarti kita wajib menjaganya dengan baik dan hati-hati. Kita tidak akan biarkan itu menjadi rusak. Memiliki sesuatu berarti kita atur dan kelola dengan baik, supaya itu bisa dipertanggungjawabkan tidak cuma di hadapan Alloh tapi juga di hadapan orang-orang sekitar kita.
Ya. Memiliki. Tak ayal itu pasti. Rasa itu pasti kita miliki. Siapa yang tak ingin memiliki atau dimiliki? Kita pun harus bersyukur karena ternyata setelah membaca tulisan ini, kita tersadar bahwa kita masih memiliki 'sense of belonging' itu.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري ومسلم)
"Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya. Jangan mendzaliminya dan jangan menyakitinya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Alloh akan membantunya. Dan barangsiapa yang memberikan jalan keluar dari kesulitan saudaranya, maka Alloh akan memberikan jalan keluar bagi kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Alloh akan tutupi aibnya pada hari kiamat." (HR. Bukhari Muslim)
Pupuklah dalam hati sanubari ini. tanamkan nilai-nilai luhur rasa memiliki. Semoga disuatu saat ia akan bertumbuh kembang menjadi sesuatu yang sangat terang gemilang seperti pijar bintang. Dan berharap bintang itu seperti bintang kejora (red Tsuraya) ^_^
Posting Komentar