Sungguh, kekayaan sejatinya adalah yang
dibawa sebagai bekal untuk hidup yang lebih abadi. Ialah apa yang kita
infaqkan, sedekahkan, serta dermakan di jalan kebaikan semata-mata ingin
mendapat ridha Allah Swt. Coba kita renungkan, apakah harta maupun
materi yang selama ini kita perjuangkan dengan penuh kepayahan, membuat
kita semakin banyak beramal? Ibarat kita sedang menabung dengan
konsisten, maka tabungan yang kelak kita miliki akan semakin banyak.
Sementara apa yang ada di genggaman kita kapan saja bisa jadi hilang,
raib dan musnah. Betul khan?
Berbicara soal harta, sungguh takkan ada habisnya kita mengumpulkan
harta. Meski sudah bekerja siang dan malam, banting tulang kesana -
kemari, pasti masih saja kita merasa kekurangan dengan jumlah materi
yang telah didapat. Padahal meski sudah mati-matian mencari materi, dan
memiliki kepuasan saat melihat harta semakin menggunung, barangkali kita
malah tak sempat menikmati hasil jerih payah kita sendiri. Lalu untuk
apa, ketika materi berlimpah namun tidak dinikmati?
Teringat pula
dengan seseorang yang pernah bertemu dengan saya kemudian berkata “Untuk
apa buka usaha kalau gak kelihatan hasilnya. Lihat nih saya, meski
usaha saya cuma tahunan, tapi omsetnya bisa ratusan juta.” Hmm…
Sebenarnya, banyak yang masih beranggapan bahwa ukuran kesuksesan
seseorang terlihat dari jumlah materi yang dimiliki. Seberapa banyak
tanah yang dimiliki? Seberapa banyak emas, logam mulia, dinar yang
menjadi investasi? Juga uang dan saham yang ditanam? Justru semua harta
yang dimiliki tersebut malah menjadi beban ‘yang harus dijaga’ dengan
sebaik-baiknya.
Okelah.. Kalau memang seseorang yang pernah
menemui saya dan berkata demikian memiliki harta yang berlimpah berkat
usaha yang digelutinya, namun yang saya ketahui bahwa banyak harta
justru membuatnya merasa tidak tenang dengan kepemilikannya, hatinya
selalu saja gelisah dan takut kalau-kalau hal terburuk menimpa
hartanya. Lalu, ini kah yang dinamakan kekayaan yang memudahkan segala
urusan? Ini kah yang namanya sumber kebahagiaan yang selama ini diburu
dengan begitu susah payah? Sayang sekali, ketika apa yang kita
perjuangkan dengan segala daya dan upaya justru membebani hidup kita.
Apalagi, jika harta banyak yang kita miliki malah membuat kita enggan
untuk berbagi. Bukankah pada harta kita ada hak milik orang lain?
Lalu…
apa yang menjadi motivasi kita dalam mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya? Coba lihat jalan hidup kita ke depan. Akan berhenti
di manakah langkah serta kerja keras kita ini? Dan pada akhirnya semua
meyakini, bahwa kehidupan yang dijalani bukanlah akhir melainkan sebuah
proses menuju akhir yang abadi, yaitu kematian sebagai gerbang menuju
kehidupan kedua yang lebih abadi.
Kalau sudah begini, akan di
kemanakan segala materi yang telah ditumpuk sepanjang usia kita? Akankah
semuanya berarti untuk kehidupan kedua kita? Padahal kesemuanya itu
akan ditinggalkan, dan yang melekat hanyalah lembaran kain kafan yang
menempel di tubuh kita.
Lantas, apa salah jika kita memiliki
keberlimpahan dalam materi maupun harta benda? Tidak ada yang salah jika
memang Allah menakdirkan kita memiliki itu semuanya, namun janganlah
lupa, bahwa harta hanya titipan sementara. Justru dengan harta berlebih
itulah, yang harus membuat kita lebih banyak berbuat kebaikan dan
memberi manfaat bagi sesama. Sama halnya ketika kita baru terlahir ke
dunia ini; telanjang dan tanpa sehelai kain pun maka kelak ketika kita
pulang ke Sang Pemilik, kita pun dalam keadaan telanjang hanya berbalut
selembar kain kafan.
Dan yang perlu diperhatikan juga, apakah
harta yang kita miliki itu merupakan dari sumber yang halal dan terpuji
atau melalui cara yang salah dan haram? Banyak orang yang memimpikan
untuk mendapatkan harta dan kekayaan secara instan. Segala macam cara
dilakukan, sikat kiri-hantam kanan, tak peduli saudara dan tak
menghiraukan teman, tendang bawahan-jilat atasan, yang penting harta
cepat berpindah tangan. Padahal semakin banyak harta yang dikumpulkan,
maka semakin banyak pula kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi
untuk menjaga hartanya. Ibarat sebuah pepatah, menikmati harta bagaikan orang yang minum air laut, semakin banyak air laut diminum maka rasanya semakin haus saja.
Maka
dari itu, sebagai manusia sudah sepantasnya untuk bersyukur dengan apa
yang sudah kita miliki selama ini. Harta hanyalah satu dari sekian juta
nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Masih banyak nikmat-nikmat
lain yang tak kalah pentingnya daripada sebuah harta. Yaitu nikmat
sehat, nikmat yang tak bisa dibandingkan dengan apapun. Apalah artinya
rumah megah kalau badan kita sendiri dalam keadaan sakit? Kaya harta
tidaklah lebih mulia bila miskin hatinya, tetapi miskin harta adalah
lebih baik asalkan kaya akan hati.
Posting Komentar