"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Yakinlah, ada sumber energi dahsyat yang selalu membuat para lelaki sejati mengisi hidup mereka dengan semangat menggelora. Sumber energi itu adalah para wanita yang menjadi istri mereka. Karena istri adalah penawar dahaga di saat tubuh lelah berjelaga. Saat diri buntu menghadapi kilah dan ulah dunia, istrilah yang menjadi jalan keluarnya. Saat memandang wajah cantiknya, menghirup aroma legitnya, mendengar merdu suaranya, semangat yang meredup spontan berdegup.

Ada kenikmatan yang lebih bersifat indrawi ketimbang maknawi dalam hubungan suami dan istri. Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah menautkan cintanya dalam ikatan suci sebuah pernikahan. Kenikmatan yang bersumber dari mengalirnya gejolak syahwat di saluran yang tepat. Kenikmatan yang hanya bisa lahir dari percintaan yang halal nan berpahala. Kenikmatan yang menenangkan.

Menjadi istri peradaban… Maka ditempatkanlah tugasnya sesuai porsinya masing-masing. Tak hanya cerdik dan lihai dalam mengurus rumah tangga, namun ia juga merupakan sumber vitalitas yang memberikan para lelaki gairah untuk bekerja dan berkarya. Itulah sebabnya Islam mengatur penyaluran yang tepat antara seorang laki-laki dengan wanita agar dapat memberikan efek produktivitas bagi kehidupan manusia. Saluran itu adalah menikah. Ketika pintu-pintu yang awalnya diharamkan menjadi halal, ketika itulah segenap emosi dan potensi manusia menjadi terarah. Seorang lelaki sejati adalah mereka yang meredakan gejolak emosinya saat menemui wanita mereka. Semua kelelahan jiwa raga, keletihan ragawi dan hati akan luluh meluruh ketika tangan kasar mereka disentuh kulit lembut istri mereka, saat aroma kecut mereka terhapus dengan wewangian dari tubuh istri mereka, ketika raga mereka berpadu dalam cinta suci nan kudus itu.

Teringat akan nasihat indah oleh Sayyid Muhammad Al Baqir ini; “Wanita yang terbaik di antara kamu ialah yang membuang perisai malu ketika ia menanggalkan baju untuk suaminya, dan yang memasang kembali perisai malunya ketika ia berpakaian lagi.”

Maka, peradaban dimulai dari awal berumah tangga….

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim: 6)

Ketika dua insan yang bersatu dan mengikrarkan diri dalam suatu komunitas kecil yang bernama rumah tangga atas nama Allah, maka keluaran dari pribadi-pribadi tersebut berupa output yang terbaik. Perbaikan peradaban ini akan dimulai dari keluarga, dimulai dari menata "batu bata” rumah tangga agar menjadi pondasi yang kuat guna mendukung rumah peradaban Islam yang diimpikan oleh setiap muslim.

Allah berfirman :Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali-Imran : 110).

Umat Islam telah dijanjikan Allah sebagai umat yang terbaik di mata umat lain. Tetapi tidak hanya berhenti sampai kadar keislaman saja, melainkan menjadi muslim yang produktif, muslim yang aktif, muslim yang dinamis, dan yang senantiasa beramal nyata membangun peradaban ini.

Maka, salah satu konsep dan ukuran nyata bagi setiap muslim adalah ketika mereka membangun batu bata peradaban itu dengan sukses termasuk di dalamnya adalah melahirkan dan mendidik generasi penerus yang siap menjadi generasi Islam terbaik.

Istri peradaban… mengawalinya dengan proses membina keluarga yang terbaik dan syar’I, bukan keluarga yang “asal jadi”. Bukan pula keluarga yang tanpa visi dan misi, bukan keluarga yang gampang mengikuti jaman, dan bukan juga keluarga “tidak terbina”. Keluarga yang dibangun adalah keluarga yang produktif, keluarga dengan visi dan misi jelas, serta keluarga yang senantiasa bergerak menuju keridhaan Allah.

Semoga.. kita semua yang mengaku sebagai wanita, kelak bisa menjadi istri peradaban. Aamiin