"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Kepada Ykh (Yang Ku Hormati)
Murobbiyah-ku
Di Tempat

Assalamu’alaykum Wr.Wb

Teriring pujian syukurku kepada Alloh Swt, Robb semesta Alam yang telah memberikan segenap cinta-Nya pada hamba-Nya yang penuh kelemahan ini. Sholawat tak lupa aku senandungkan bagi Rasululloh, Muhammad Saw yang senantiasa menuntun para umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Serta tak lupa salam cinta untuk sang murobbiyah, yang telah menjadi guru dalam kehidupanaku.

Bagaimana kabar engkau wahai murobbiyahku?? Layaknya seorang anak pada orang tuanya, akupun selalu mendoakan agar engkau selalu dalam lindungan serta naungan-Nya. Amiin..

Entah apa yang ingin aku tuliskan, sebab tak mampu lagi aku berkata-kata padamu. Terlalu banyak yang ingin aku ungkapkan, terlalu banyak hal yang ingin aku tuliskan.. mungkin hanya melalui surat cinta ini, aku bisa bicara.

Wahai murobbiyahku.. cukuplah aku bahagia, karena bisa memiliki seorang “ibu” baru dalam kehidupanku.. seorang ibu yang bisa memberi petuah selayaknya menenteramkan jiwa dan hati ini.

Masih lekat dalam ingatan.. ketika awal-awal aku bertemu denganmu. Sungguh saat itu aku teramat bahagia. Sebab yang aku tau saat itu, bahwa aku telah memiliki seorang “murobbiyah”, sebuah kata panggilan yang sudah aku idam-idamkan sejak dulu. Inilah yang dikatakan sebagai takdir Ilahi. Lewat perjumpaan yang sederhana namun penuh sarat makna. Dan itu semua ku anggap sebagai kebahagiaan yang aku syukuri dengan sepenuh hati.

Saat itu awal tahun 2007, pertama kalinya aku mendatangi rumahmu, lalu kulihat rumahmu telah penuh terisi dengan para jilbaber. Aku pun dengan sungkan masuk ke rumahmu, pikiranku berkata “siapa mereka semua ini?”, terbersit juga rasa kekhawatiran karena bertemu dengan orang-orang yang belum di kenal. Namun di luar dugaanku, mereka menyambutku dengan senyuman manis dan tatapan yang ramah. Seolah mereka telah mengenalku sebelumnya. Subhanalloh!

Saat itulah, aku langsung mengenalkan diri dan ternyata baru aku ketahui, aku adalah “mutarobbi” termuda di tengah-tengah kelompok tersebut. Namun aku tau bahwa engkau tak pernah membedakanku dengan yang lainnya. Engkau menganggap aku sudah dewasa dan setara dengan mutarobbi lainnya.

Setiap materi yang engkau berikan, aku pun serius memperhatikan penjelasan darimu.. dengan sudah mempersiapkan segudang pertanyaan dalam benak pikiranku. Selepas materi, aku pun langsung mengungkapkan semua pertanyaan yang memenuhi pikiranku dan engkau mampu menjawabnya dengan baik, sehingga aku pun menjadi puas.

Akhinya rutinitas itupun berkelanjutan hingga kini, dengan setiap pekannya aku berharap mendapat pencerahan iman. Layaknya baterai HP yang lowbatt, adakalanya baterai ruhaniku pun bisa lowbatt juga dan harus di charge. Dan terima kasih, engkau sudah bisa men-charge ruhaniku.

Semua pun tak lepas juga karena hidayah dari Alloh Swt, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah sekalipun kepada orang-prang yang kamu cintai. Tetapi Alloh yang memberikan hidayah kepada orang-orang yang di kehendaki-Nya dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima hidayah.” (QS. Al-Qashash:56).

Murobbiyahku, begitu banyak ilmu yang engkau berikan padaku. Dengan rajinnya, engkau terus menyirami dengan air-air ilmu yang membawa kesejukan bagi ruhaniku yang dahaga ini. Tak sanggup lagi aku ucap terima kasih yang sebesar-besarnya padamu, hanya iringan doa dalam tiap sujudku.. semoga mampu menguatkan dirimu untuk selalu bersabar dan ikhlas dalam men-transfer ilmu.

Kebersamaan selama ini, begitu memberikan arti dan warna tersendiri dalam kehidupanku. Saat kebersamaan ifthor jama’i di rumahmu, saat mencari suasana beda dengan halaqoh di pondok bakso. Dan tak henti-hentinya aku bersyukur pada Ilahi karena telah bergabung dengan halaqoh ini yang penuh cinta dalam kebersamaannya.

Murobbiyahku.. ada tangis berlinang air mata, dengan ucap lirih engkau meminta maaf atas ketidaksempurnaan menjadi seorang murobbi bagi kami. Engkau ungkapkan perlahan isi hatimu bahwa ada rasa bahagia bisa membina kami semua, ada rasa syukur karena memiliki anak seperti kami ini. Aku pun teringat, karena takdir yang belum memihak padamu dalam hal memiliki buah hati selama pernikahanmu. Ku rasakan ada kegundahan dalam dirimu, namun tak pernah sedikitpun engkau tunjukkan pada kami, mutarobbimu.

Begitu tegarnya engkau menghadapi ujian berat ini. Namun tak sama sekali engkau mengeluh pada kami. Engkau selalu mengajarkanku, arti sebuah kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan ini.. Dan aku sangat bersyukur sekali bisa mengenalmu, bahkan bisa menjadi sedikit bagian dari hidupmu.

Maafkan. Jika selama ini pula aku belum bisa membalas jasa-jasamu. Jasa sebagai tempat curhatku.. jasa sebagai tempat aku meminta pertolongan. Engkau selalu mengatakan bahwa semua kebersamaan ini sebagai sebuah amal kebaikan yang bisa membuatmu berkumpul kembali bersama kami, para mutarobbimu di Jannah-Nya kelak.

Aku mencintaimu, murobbiyahku.. sungguh.

Demikian surat cinta ini aku ungkapkan.. dengan tetes air mata, semoga bisa memberatkan amalmu ketika di timbang di akhirat kelak.. hingga kita kan kembali berkumpul, dalam indahnya kebersamaan di Jannah. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati engkau wahai murobbiyahku.

Wassalamu’alaykum Wr. Wb




*Surat ini ku buat pada awal tahun 2010, lalu surat ini pernah diikut sertakan dalam lomba tema "Surat Cinta Untuk Murobbi"... entah kabarnya bagaimana, tapi yang pasti surat ini masih ku simpan rapi, berisikan dari hatiku yang terdalam, untuk seorang murobbiyahku ^_^