"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Ketika Pertengkaran Berawal Soal Penitipan Anak


Diawali dari sebuah pertanyaan. Coba tanyakan dalam hati sanubari kita, apa sebenarnya yang melandasi kita menitipkan anak pada kakek dan neneknya? Apakah karena orangtua kita lebih baik dalam mendidik anak-anak kita, atau jangan-jangan hanya demi mengejar karir?
Nah, pertanyaan kedua.. Apa bisa dipastikan bahwa orangtua akan merasa terhibur dengan kehadiran cucu-cucu di rumahnya, baik sehari dua hari atau setiap hari dalam seminggu? Bisa jadi justru malah mengganggu kesibukan mereka, yang padahal kita semua tahu bahwa orangtua kita dengan usianya yang semakin senja dan tubuh yang tak seoptimal dahulu justru merasa kelelahan dan terbebani.
Apatah lagi, jika kita sebagai anak tidak sadar diri. Maksudnya?? Iya, kita sering lupa memberikan "uang titipan" sebagai pemenuhan kebutuhan anak kita saat dititip ke kakek neneknya. Sehingga tak sadar bahwa sehari-hari kebutuhan sang anak dihandle oleh kakek neneknya, dan itu dzolim lho! Sudah minta jagain anak kita, gak juga dikasih titipan uang pada kakek neneknya buat handle anak kita.
Coba perhatikan niat kita apakah yang kita lakukan ini hanya meraih jenjang karir yang tinggi ataukah merasa orangtua kita bisa menjaga dan mengasuh anak-anak kita? Satu yang perlu diketahui, jika orangtua merasa terbebani dengan cucu-cucunya, maka perbuatan itu merupakan dosa. Iya, dosa karena telah mengesampingkan kewajiban mendidik anak sekaligus mendzalimi orangtua kita.
Rada miris.. soal penitipan anak seperti ini akhirnya memicu terjadinya keributan antar anak dengan orangtuanya. Anak didikan ortu dengan didikan kakek neneknya tentulah beda. Maka jika kita menitipkan anak pada kakek neneknya harus paham dengan konsekuensi tsb. Jangan sampai sudah menitipkan anak kita ehh pas udahannya ngomel-ngomel ke orangtua karena si anak kok jadi begini begitu usai pulang dari rumah kakek neneknya.
Duhh, pliess ya buibu... orangtua kita sudah pada tua, berusia senja. Sejatinya mereka mengasuh anak-anak kita lantaran kasihan dan memaklumi mungkin karena kita kerja atau mau berpergian maka dia dengan sukarela mengasuh anak-anak kita. Tapi jangan dijadikan sebagai sebuah kebiasaan, yang barangkali membuat orangtua lelah dalam menuruti permintaan anaknya. Dan seusai kita menitipkan anak, jangan sakiti hati mereka semisal anak kita jadi begini begitu. Itu kan karena salah kita sendiri.. kenapa menitipkan anak ke orangtua. Bila harapannya anak mau sesuai dengan bentukan kita.. yaaaa kita sendiri lah yang membentuknya, harus siap 24 jam bersama anak-anak.
Kiranya semoga tulisan singkat ini, memberi pencerahan bagi orangtua yang masih menitipkan anaknya pada kakek neneknya. Insya Allah

Menghabiskan Waktu dengan Anak



Duhai para orangtua.. memberi fasilitas terlalu banyak akan melemahkan daya juang anak-anak kita. Membuat mereka tidak bertanggung jawab, dan berperilaku buruk karena merasa berhak mendapatkan perlakuan bintang lima karena kekayaan orang tua mereka.

Tetapi orangtua seringkali melakukannya dengan alasan bahwa mereka bekerja keras untuk anak-anaknya. MEREKA DAHULU SUSAH, DAN TAK MAU ANAKNYA JUGA MENGALAMI KESUSAHAN.

Alasan lain karena mereka malas mendidik dan menyerah saja ketika anaknya merengek, “Semua temanku yang lain punya itu...”. Sehingga anak menjadi anak gampang, tidak punya daya juang, tidak punya skill memperjuangkan sesuatu.

Anak anak tidak cukup dibekali dengan knowledge akademik saja. Justru yang mahal adalah jam terbang bertahan dalam kesulitan, tahan stress dan kaki yang kuat untuk pantang menyerah!

Orangtua ingin anaknya “bahagia” . Namun sebenarnya yang anak-anak butuhkan, orangtua yang mendorong mereka untuk mampu MANDIRI.

MENGHABISKAN WAKTU DENGAN ANAK-ANAK LEBIH PENTING
.......DARIPADA...... MENGHABISKAN UANG UNTUK MEREKA.

ORANG HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan
dan Kenyamanan TAPI ..... Mereka dibentuk melalui KESUKARAN... TANTANGAN...&... AIR MATA.

Ketika Pelakor Merajalela


Pelakor memang sekarang lagi bahagia tapi bahagianya gak akan pernah awet. Ia akan dihantui kegelisahan karena telah berbuat kesalahan. Kecemasan dan kekhawatiran akan hubungannya dengan suami orang selalu akan membayanginya. Dan bahkan dia pun tidak siap jika selingkuhannya itu berselingkuh pada wanita lain juga. Jadilah rantai perselingkuhan yang tiada putusnya.
.
So, ujiannya laki2 berawal dari pandangan mata dan ujiannya wanita dari mudah dipengaruhi manisnya lisan. Wanita mudah tertipu dengan rayuan manis lelaki sedangkan lelaki tidak tahan dengan wanita yang cantik2 menurut pandangannya.
.
Mudah saja solusinya, syukuri pasangan yang ada saat ini. Atau nanti karma berlaku pada anaknya. Bahwa ketika menjadi pelakor atau pebinor, anak2 yang akan jadi korban dan mereka bisa mencontoh atau menjadi korban seperti kedua orangtuanya.
.
.
Ya Allah jagalah.. pasangan, anak dan keturunan kami dari perbuatan keji perusak rumah tangga orang lain. Lindungi kami dari fitnahnya. Aamiin
.
~DLT

6 Sebab Lemahnya Iman (dari 31 Sebab Lemahnya Iman)




Oleh: Ust Subhan Bawazier
***

Lemahnya iman bisa karena kita kurang berilmu. dan bisa juga karena kita dikotori oleh kemaksiatan. lalu.. bagaimana caranya beriltizam atau mempertahankan iman?

1. Kritisi keikhlasan kita, ikhlas yakni memurnikan semuanya karena Allah. hal sederhana dari rajin membersihkan kamar mandi, mukena yang rutin dicuci jangan hanya ketika tamu mau datang. tapi semata2 melakukan karena Allah. Biasakan aktivitas keagamaan kita, demi Allah semata bukan demi mendapat sanjungan dan penilaian positif dari manusia. "Tidaklah mereka diperintahkan kecuali mengikhlaskan agama mereka untuk Allah.."
 
2. Istiqomah atau konsisten dalam emosi. Coba kritisi kehidupan sehari2 apakah rumah kita sudah menjadi surga yang dirindukan? apakah anak2 betah berlama2 dekat dengan kita? mungkin ada sikap yang berubah sehingga konsisten menjadi pribadi yang baik itu memudar. Karena semestinya agama membuat kita menjadi lebih baik. Jangan sampai betul bicaranya tapi salah tempatnya. Jangan sampai beragama membuat kita galak sehingga tidak ada yang mau berlama2 dekat dengan kita dan menjauh. 

Tidak perlu menghakimi agama orang lain. Jangan disibukkan dengan urusan orang lain. Jangan sering sebar aib.. banyak2lah bertabayyun terlebih dahulu.


Iman yang stabil membuat agama mulia. jika kita sering marah dan temperamen maka sejatinya "agama ga begitu.. karena agama mengajarkan pelakunya justru menjadi lebih baik dan mulia".

3. Kecenderungan pada yang telah berlalu. Saat ini lagi musim reuni, jangan sampai masa lalu membuat jadi baper sehingga iman jadi lemah. Seharusnya mengingat masa lalu membuat kita bersemangat menghadapi masa sekarang dan masa depan. Makin bersyukur dengan kehidupan yang sekarang niscaya nikmatnya akan ditambah. Jangan pernah membanding2kan masa lalu dengan masa sekarang.

4. Minimnya pendidikan mental. Jangan diam pada zona nyaman kita. Buat lingkungan yang bisa dibentuk untuk saling mengingatkan, menasihati dalam kebaikan. Qs. Mudassir ~
".. Bangun.. singsingkan selimutmu. beri peringatan." Jadi, jangan sampai berdakwah yang didakwahi nurut karena perintah pendakwahnya tapi taatlah pada Allah yang sejatinya memerintahkan.

Didiklah diri, dan keluarga kita ajak untuk ke tempat2 yang baik, cari teman2 serta lingkungan yang shalih. Takdir masih bisa diubah jika kita mau berusaha dan berdoa karena "tidak ada yang bisa mengubah takdir kecuali dengan doa"

5. Dangkalnya pemahaman arti ibadah. Banyak orang ibadah tapi ga ngerti dan ga paham dengan ibadah yang dilakukan.. jadi orangtua harus bersabar dalam mendidik anak2nya. ilmu lebih penting dari segala2nya. sebelum mengaplikasikan perbuatan.

6. Lalai dalam ibadah sehari2. Jangan ibadah lalai. Kalau paham dan berilmu tentang shalat maka tidak akan lalai dalam shalat, tidak akan terburu2 dan tidak akan mengakhirkan karena tau akan ilmunya. "Tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah" maka tugas kita memang beribadah maka jangan lalai dalam mengerjakannya. --- bersambung pada kajian selanjutnya ---
 

Wallahu'alam. 
Diresume oleh ~DLT

Gairah Menjalani Kehidupan


Hidup sejatinya berisi persaingan. Lihatlah para pedagang kaki lima yang bersaing satu sama lain untuk menjajakan dagangannya yang notabene jenisnya sama dengan pedagang lain. Atau lihatlah para pekerja yang bersaing mendapat tempat duduk dicommuter line demi berangkat kerja.

Jika kita bertanya, apa yang membuat mereka begitu rela melakukan itu semua? Jawabannya satu, karena mereka memiliki gairah. Mengapa penting memiliki sebuah gairah? Karena dengan adanya gairah, kita mampu untuk menjalani hidup yang isinya penuh dengan persaingan. Jika saja gairah itu tidak ada, mungkin kita memilih tidak berangkat kerja, atau memilih untuk lebih santai di rumah menikmati hidup yang ala kadarnya.

Padahal kita sudah paham bahwa “waktu adalah pedang“. Kita tahu pedang kan? Kalau kita tidak tahu bagaimana cara memakainya maka kita akan terbunuh oleh pedang itu sendiri, kalau kita tidak dapat mematahkannya maka ia yang justru akan memenggal kita. Oleh sebab itu, waktu 24 jam yang ada harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tentu harus diimbangi dengan sebuah kegairahan dalam menjalaninya.

Semangattt ya 😉