Melihat putramu kini, membuatku termangu... Sudah semenjak dua tahun lalu kita tak bertemu. Tak bertegur sapa, setelah ikatan suci telah disahkan oleh ratusan bola mata yang menjadi saksi kisah berakhirnya masa lajangmu.
Ahh, mengapa tak juga aku bisa melupakanmu? Setelah kau campakkan aku secara perlahan. Tak bisa juga kuhapus kenangan indah kita saat bersama, saat seia sekata. Sampai pada akhirnta kita dipisahkan oleh yang namanya takdir. Saat itu kau hanya bisa berkata permohonan maaf terhadapku. Kumaafkan, namun tak mudah untuk melenyapkan rasa yang telah tumbuh hingga saat ini.
Dimana rasa perhatianmu yang telah tercurahkan sejak dulu? Mengapa semudah itu terlenyapkan seketika, tanpa ada embel-embel penjelasan apa yang telah terjadi padamu sehingga memilih yang lain ketimbang aku yang sudah menemanimu selama bertahun-tahun?
Kecewa, sungguh sangat kecewa...
Sementara aku melihatmu kini tengah berbahagia dengan sang istri dan buah hati kalian berdua. Sungguh penyesalan kini yang kurasa. Mengapa semudah itu aku menerima pernyataan cintamu padaku sejak dua tahun yang lalu, padahal semuanya berakhir tragis. Kau berbahagia disana sedang aku, menderita dalamnya luka. (Bersambung)
Posting Komentar