"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Tarbiyah mengajarkan arti perjuangan.

Kader Dakwah Tarbiyah memang merupakan suatu julukan yang begitu berat. Kita seringkali berbangga terhadap julukan tersebut, seolah merupakan jabatan dengan gaji yang sangat besar dan dihormati oleh masyarakat dan karyawan. Sering pula dengan julukan ini menjadikan kita merasa lebih baik dari orang lain.

Bukankah Alloh telah berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri?”” (QS. Fushilat : 33).

Ya. Sebuah ayat di atas telah cukup memotivasi seorang akhwat. Sebut saja ia Fulanah. Label sebagai kader dakwah tarbiyah tak sekedar menjadi sebuah gelar saja. Ada sebuah harapan yang tengah diperjuangkannya pula. Dakwah Sekolah menjadi ladangnya kini, dalam mempraktekkan makna ayat dari surah Fushshilat tersebut.

Alloh berfirman, “Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadilah: 11.) Kemudian bersabda Rasululloh bahwa: “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah). Dari dalil di atas, nampaklah bahwa ilmu memiliki status yang penting dalam Islam hingga diwajibkan bagi kita untuk menuntut ilmu. Maka dari itu, si Fulanah berharap dari niatannya dalam membuat sekelompok mentoring bagi adik-adik di SMA nya, dapat berjalan lanjut meski seorang diri dalam memperjuangkannya.

Bukankah Rasululloh bersabda: “Sampaikanlah (ilmu) dariku meski hanya satu ayat, dan boleh saja kalian menceritakan dari bani Israil (boleh untuk diambil pelajaran). Dan barang siapa mendustakan atasku (mengatasnamakan suatu pembicaraan kepada Nabi padahal beliau tidak menyabdakannya) dengan sengaja, maka sebaiknya ia meletakkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhori). Hingga sudah menjadi kewajiban bagi tiap muslim, termasuk Fulanah tersebut untuk mendakwahkan ajaran Islam di almamater SMA nya..

Fulanah merasa tidak ada alasan baginya untuk tidak mendakwahkan ilmu yang dimiliki, kecuali hanya rasa malas dan ketidak pedulian. Ia merasa sebisa mungkin harus meluangkan waktu untuk berdakwah, untuk menyeru kepada penegakan Kalimatullah. Mengajak adik-adiknya di SMA agar selalu dalam kebaikan, tidak membiarkan mereka terjebak dalam pergaulan yang salah karena kurangnya ilmu agama.

Sulitkah berdakwah? Tentu sulit baginya, apalagi ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus berjuang sendiri. Dikatakan berjuang sendiripun tidak sepenuhnya benar karena tentu dalam lubuk hatinya yang terdalam Fulanah meyakini bahwa Alloh selalu menemaninya.

Namun sekali lagi, tatkala keletihan tengah menghampirinya… Ia pun merenungi mengapa ia merasa berjuang seorang diri? Mengapa Tuhan tak memberikannya teman perjuangan yang bisa di ajaknya berjuang bersama-sama sehingga dakwahnya akan terasa lebih mudah?

Dan kata-kata inilah yang senantiasa menguatkan fulanah: ”Dalam setiap fase, selalu ada pekerja – pekerja dakwah yang kelelahan. Jika mereka lelah karena mengusung kebenaran, niscaya Alloh akan menguatkan mereka kembali, tapi jika mereka lelah karena tergoda hiasan dunia, maka akan ada pekerja lain yang bersedia menggantikannya. Ketahuilah, dakwah tak pernah kehabisan pekerja. Ikut atau tidaknya kita dalam dakwah ini, kereta dakwah akan terus melaju menuju syurga.”

Fulanah pun berjanji untuk tetap tegar mengarungi segalanya. Ya! Kereta dakwahnya yang akan membawanya melaju, dan Fulanah sendirilah yang akan mengemudikannya. Seberapa banyak penumpang yang ikut dalam kereta dakwahnya, tak akan mengurangi sedikitpun keyakinannya untuk terus melaju hingga sampai ke tempat tujuan.