"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Aih, heboh dan jadi panjang urusannya... dimana-mana media massa memberitakan seputar Fathonah yang dikaitkan dengan ust Luthfi Hasan Ishaq, pada awalnya terkait impor daging sapi namun pada nyatanya, kini beritanya melebar serta meluas sampai para 'wanita' terbawa dalam urusan ini dan lebih WOW nya lagi, KPK jadi malah usut mengusut harta PKS yang jumlahnya dipertanyakan mengapa bisa sampai milyar-an atau mungkin lebih.

Uhh, apa yang sebenarnya terjadi. Entah apalagi fitnah pada partai dakwah kami. Setelah kemenangan diraih oleh kursi Gubernur Jawa Barat, kemudian Gubernur Sumatera Utara dan kemenangan-kemenangan lain baik tingkat kota, kabupaten atau dapil lainnya. Semua tentu bisa membuat 'iri' berbagai pihak serta kalangan. Sehingga ujian kian datang menerpa. PKS selalu saja namanya disebut sebagai pihak yang tertuduh.

Jujur saja... aku bukanlah termasuk orang-orang hebat yang berada di dalamnya. Statusku sebagai mutarobbi halaqah tarbawiyah, tak pernah tahu status di kepartaian seperti apa. Aku pun tak mau ambil pusing hanya karena ingin meminta posisi atas keterlibatanku pada halaqah rutin tiap pekannya. Aku tahu, aku bukanlah KADER yang nyatanya gelar tersebut baru disandangkan pada orang-orang tertentu dengan kapasitas tertentu yang mengisi peran di organisasi partai. Meski aku hanyalah bagian kecil dari keanggotaan partai atau mungkin hanya simpatisan, tapi rasanya aku tak pernah melihat 'ketidakberesan' dalam jamaah ini.

Apatah lagi, aku menikah dengan seorang lelaki yang aktif terlibat dalam keorganisasian... Semasa kuliahnya ia menjadi ketua KAMMI komisariat UNJ, kemudian di lingkup masyarakat ia diberi amanah untuk menjadi bagian penting dalam tubuh organisasi PKS tingkat DPRa dan DPC. Kulihat tak ada kejanggalan dari apa yang ia geluti sekarang. Meski kami sekarang pindah ke Bekasi, dan ia dimutasikan untuk dapat berperan aktif di DPC Bekasi Timur dan DPD Bekasi, lagi-lagi aku tak melihat adanya indikasi perbuatan-perbuatan terlarang terjadi.

Bahkan yang kuamati... memiliki suami sebagai KADER PKS, ia sangat aktif dan rajin dalam menghadiri halaqah tarbawiyahnya, sekalipun waktunya pada malam hari hingga larut malam, semua ia lakukan dengan penuh semangat dan ikhlas. Suatu saat, pernah ia tidak enak badan lantas kukatakan bahwa ia sebaiknya meminta ijin untuk tidak hadir dalam pekanan. Namun apa katanya? "Ini hanya sebagian kecil perjuangan abi.. masih banyak kader PKS lain yang bahkan harus menyambangi tempat liqonya beda wilayah, apalagi para petinggi PKS rela menghadiri atau mengisi halaqah sampai ke luar negeri. Abi kan masih bisa berjalan, ini cuma sedikit pusing saja, apalagi tempat liqonya dekat, jadi abi harus tetap hadir." Subhanallah, kesetiannya pada jamaah ini patut diacungi jempol, ia merasa bahwa halaqah menjadi sebuah kebutuhan.. bersamanya ia haus akan ilmu, bersamanya ia dapat menghilangkan penat keseharian. Selain itu pula... betapa kesetiaannya pada jamaah ini sungguh luar biasa. Ia harus siap ketika diberi amanah untuk dapat membimbing adik-adik setingkat SMP dan SMA dalam mengembangkan kemampuan berorganisasinya (OSIS dan ROHIS), maka ia siap ketika dalam sebulan, waktu berakhir pekannya harus diisi dengan pembinaan (mentoring) adik-adik yang masih sekolah itu. Suamiku harus bisa menyelipkan pesan-pesan Islami maupun nilai-nilai dakwah dari setiap pertemuan. Sebelum pembinaan dimulai, adik-adik tersebut harus terbiasa dengan pembukaan yang diisi dengan pujian, sholawat, tilawah quran dan aktivitas Islami lainnya. Itulah 'pesan' yang ingin diberikan PKS melalui kadernya agar terjadi pembinaan pada setiap generasi, baik dari usia dini, remaja sampai dewasa.

Kemudian, dari yang kuketahui juga... setiap awal bulan, suamiku harus menyerahkan zakat penghasilannya, infaq, shadaqah dan lain sebagainya pada partai, sebagai biaya operasional maupun penyaluran pada yang berhak. Baik, pada kader-kader yang terkendala biaya untuk berdakwah maupun untuk para kader yang sedang ditimpa ujian atau mengalami musibah. Disinilah prinsip ta'awun yang kulihat... semua ini menjadi bukti bahwa harta PKS yang banyak bukan serta merta hasil korupsi, ini adalah hasil kumpulan jerih payah para kader dan para petinggi dan mungkin para simpatisan yang loyalitasnya tinggi terhadap kemajuan dakwah melalui wasilah partai ini.

Dan para kader... ia harus siap, ketika ia memiliki panggilan dakwah kapanpun waktunya. Bahkan suamiku harus siap ketika mendadak ia dikabari harus menjalani tugasnya sekalipun ia mesti meninggalkan anak dan istrinya. Rutinitas mukhoyyam yang bisa kapan saja terjadi, harus siap dijalani oleh suami juga dan para kader lainnya. Ia harus menyiapkan fisik, mental, tenaga, harta dan waktu tentunya untuk bisa menjalani panggilan dakwah. Ini bukanlah untuk main-main atau hiburan semata, inilah latihan fisik sebenarnya yang dilakukan para kader ikhwan, untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dakwah ini, ia harus siap jika panggilan jihad dikumandangkan.

Pada akhirnya... tak banyak yang kutahu tentang PKS yang didengung-dengungkan saat ini, bahwa PKS adalah organisasi tak berbasis dakwah, kader PKS koruptor dan sentilan-sentilan negatif lainnya yang menyudutkan PKS. Yang kutahu, adalah apa yang kuamati langsung terhadap suamiku sebagai kader PKS, dan apa yang kami jalani bersama dalam jamaah ini. Apapun yang terjadi pada PKS, simpatisan, kader ataukah para petinggi partai takkan mundur dan meninggalkan halaqah tarbawiyah yang menjadi rutinitas pekanan kami. Karena itulah dasar kami dalam menuntut ilmu dan menjadi wasilah dalam jalan juang dakwah ini. Allahu'alam.

~Ummu Rayyan Syafiq