"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut



          Berumah tangga, lengkap dengan segala paketnya.. memiliki suami, anak dan urusan lain yang tidak kalah pentingnya untuk diurus. Inilah tugasku, memang rasa letih itu tak kusangkal pasti kualami. Namun, sungguh semua penat hilang manakala sudah berkumpul bersama keluarga; aku, abi dan rayyan.

          Setiap akhir pekan, kami selalu menghabiskan waktu bersama.. Aku selalu bilang pada abi, karena dari hari senin-jumat dengan kesibukan masing-masing, maka saat akhir pekan harus ditebus dengan waktu kebersamaan kami. Alhamdulillaah abi mengerti, sehingga segala luapan penat, lelah dan letih terbayarkan saat kami pergi bersama, entah jalan-jalan atau silaturahim ke rumah saudara.

          Hingga pada beberapa bulan ini, aku sangat disibukkan pada tugas akhirku... Demi menuntaskan kewajiban studi dan memperoleh gelar sarjana, tak ayal hampir setiap pekan 2 kali aku pergi menyambangi kampus yang harus ditempuh selama 1,5 jam perjalanan. Lagi-lagi, bersyukur memiliki seorang suami yang sangat mengerti. Alhasil, jika ia sempat.. ia yang mengantarku pergi ke kampus, menemani bahkan tak jarang kami memboyong rayyan juga, sehingga saat aku sedang bimbingan, suamiku lah yang mengajak bermain si kecil. Rasanya luaaaaar biasa bahagia, ketika aku bersama suami dan si buah hati bisa selalu membersamai. Ini seperti nikmatnya hidup berkeluarga, memiliki pasangan dan keturunan, itu semua sudah membuatku merasa sempurna sebagai seorang wanita.

          Hari demi hari terus kujalani, dengan segudang kesibukan yang tiada henti. Setiap hari, seusai bangun pagi... aku harus menyiapkan perlengkapan abi yang akan berangkat kerja, kemudian mempersiapkan waktu makan rayyan meski anakku ini agak sulit makannya, namun terus kucoba agar ia terbiasa. Setelah itu padat agenda dengan urusan rumah tangga; mencuci baju, menyetrika, membereskan kamar belum lagi ditambah memandikan rayyan, mendorongnya bersepeda kemudian mengajaknya bermain, menyusui dan meninabobokannya. Semua itu kalau dihitung-hitung, rasanya waktu 24 jam tidaklah cukup. Apatah lagi, jika pada hari tersebut, aku juga harus menemui dosen pembimbing di kampus, maka pekerjaan rumah tanggaku mau tidak mau terlantar sementara waktu.

          Melihat kesibukanku yang luar biasa, suami mengerti dan selalu memahami.. sehingga ia tak menuntut yang macam-macam bahkan beberapa pekerjaan rumah tangga selalu dibantu olehnya. Entah, tapi bagiku yang membuat perasaanku bahagia justru ketika kami bisa berkendara ke kampus berdua, mengetahui bahwa ia selalu menemani saat aku bimbingan, menunggu dan setelah usai kami makan siang bersama, rasa-rasanya seperti pacaran saja, jadi lupa anak di rumah yang ditinggal sama neneknya. Hehe... Ya, memang ia selalu membersamai.. Suamiku memang suami siaga, ia tak pernah letih mengerti sang istri, mencoba membantu sebisanya dengan tenaga apatah lagi dengan harta sedemikian rupa, ia serahkan tulus ikhlas pada istrinya.

          Terima kasih abi... sampai pada akhirnya, momen Seminar Hasil Penelitian (SHP) tiba. Dan ketika itulah, aku merasa harus berusaha tampil maksimal di kursi panas. Teringat pada kerasnya usaha serta perjuangan "kita" dalam menuntaskan studi ini. Entah, apalah yang terjadi jika kau tak selalu membersamai, dan turut memotivasi bersama rayyan pula. Semoga hasil akhir dari babak perjuangan kuliah di kampus pendidikan, bisa lulus dan mendapat gelar S.Pd serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. Sekali lagi, terima kasih ya Allah... terima kasih abi, terima kasih anakku rayyan.... yang selalu membersamai :)