"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

 
Kejadian ini kembali terulang... Membatin, ya hanya gadis itu yang bisa merasakan, dari sejak ia kecil hingga usia dua puluh tahun ternyata ia harus mengecap pil pahit kembali. Sakit, dada ini sesak katanya.

Tak banyak yang bisa kuperbuat, sembari ia melap air matanya yang bercucuran ia terus bercerita panjang lebar dengan sesenggukan. Batin ini turut merasakan hal yang sama, rasa empati itu muncul dan terbayang dalam benak bagaimana jika aku yang mengalami kondisi sepertinya? Ahh, bahkan aku takut untuk terus membayangkannya lebih lanjut.

Berawal dari sejak masa SMA, ia sudah mulai bercerita. Tentang keadaan keluarganya yang mungkin sudah dikatakan hampir 'retak'. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyatukan kembali kedua orangtuanya yang setiap hari selalu mengundang keributan.

Bapaknya yang sudah ketahuan punya selingkuhan, selalu mengelak ketika diminta konfirmasinya. Sementara sang ibu yang sudah lelah dengan sikap sang bapak pun tak urung terjebak dalam kondisi yang sama, mencari pelampiasan TTM (Teman Tapi Mesra). Kalau sudah begini, yang menjadi korban adalah anak-anaknya.

Gadis ini adalah anak pertama dari pasangan suami istri tersebut, ia memiliki adik laki-laki yang juga masih berusia kanak-kanak. Tak seharusnya gadis ini beserta adiknya yang menanggung beban batin bertahun-tahun dan mengalami kejadian yang tidak semestinya.

Hingga 2-3 tahun, hampir tak terdengar kabar miring tentang keluarga ini, masalah yang terdahulu seolah hilang ditelan bumi, yang nampak dari keluarga ini seolah sudah membaik. Aku pun turut bahagia, namun ternyata itu hanya sekejap saja. Gadis ini kembali mendatangiku dan menumpahruahkan segalanya. Ternyata kejadian serupa terulang kembali. Pada akhirnya, terjadilah sebuah sidang antara anak gadis dan bapak. Karena  gadis ini merasa bahwa bapaknya yang bersalah, menyalakan kembali api yang dulu sudah padam. Dan bapaknya pun merasa menyesal karena sudah ketahuan lagi memiliki wanita simpanan. Tak henti-hentinya nasihat tercurah untuk bapak ini.

"Kamu adalah seorang bapak yang memiliki anak gadis, apa kamu mau kalau nanti anak kamu ketika menikah nanti diperlakukan hal yang sama oleh suaminya?"
"Usiamu sudah tidak muda lagi, apa untungnya kamu melakukan perbuatan maksiat seperti ini, dengan memiliki wanita simpanan yang tidak halal bagimu?"
"Kamu juga punya anak laki-laki, apa kamu mau anakmu mencontoh perbuatanmu dan kelak melakukan hal yang sama dengan istrinya?"

Hingga suasana hening, semua diam terpaku dan seolah merasa menyesali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Sang bapak meminta maaf kepada anak gadisnya yang semakin tumbuh dewasa, bahwa ia belum bisa menjadi bapak yang baik, belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga, belum bisa membahagiakan anak dan istri, belum bisa membantu sang istri dalam mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Tulus terlisankan permintaan maaf sang bapak dihadapan sang anak gadis dan para saksi.

Aku pun menjadi salah satu saksinya, bukan saksi bisu melainkan saksi yang mau angkat bicara dalam menanggapi kasus ini. Setidaknya ini menjadi pelajaran berharga untukku dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan suka duka. Dan ada beberapa poin yang bisa kujadikan sebagai ibrah/hikmah/sebuah pelajaran, antara lain:
  1. Pentingnya sebuah KOMUNIKASI dan INTERAKSI antara anggota keluarga satu dengan lainnya. Salah satu pemicu ketidakharmonisan dalam keluarga adalah ketika satu sama lain saling memendam dan tak membiasakan diri untuk mengungkapkan perasaan atau yang ingin dicurahkannya. Sehingga satu sama lain saling menuduh tak ada pengertian diantaranya. Manusia bukan malaikat, yang bisa menebak isi perasaan orang lain atau isi hati seperti apa.
  2. Jangan mencari PELAMPIASAN ketika mendapat masalah di rumah. Misalkan ketika pendapatan seorang bapak hari ini pas-pasan, sehingga ia takut pulang ke rumah karena akan dimarahi istri dan anak, hingga pada akhirnya ia lebih memilih pulang ke rumah 'wanita' lain. Itu sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah. Seharusnya ia tetap pulang ke rumahnya dan membicarakan baik-baik semuanya; "Bu, maafin bapak ya. Hari ini setorannya dikit, gak dapet sewa sampai malam. Mudah-mudahan besok dapat rejeki lebih banyak ya." Nah, adem khan dengar kalimat macam ini, sehingga sang istri tentu akan luluh dibuatnya dan tidak jadi ngomel-ngomel.
  3. Pentingnya mengetahui PERAN masing-masing dalam keluarga. Peran bapak selain mencari nafkah juga tentu bisa membantu sang istri dalam mengurus rumah tangga. Ingat, meski sang istri mungkin tidak bekerja dan mencari nafkah, tapi ia memiliki tugas berat dalam mengurus keperluan dan kebutuhan suami serta anak. Belum lagi ia harus disibukkan dengan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyetrika, mengepel, menyapu dan segudang aktivitas ibu rumah tangga lainnya. Oleh sebab itu, butuh bantuan suami dalam menangani ini semua. Jangan terabaikan sedikitpun peran istri, karena kalau istri tidak dibantu, sungguh sang suami turut mendapatkan akibatnya. Kalau istri kecapean, ia pasti tidak akan melayani sang suami dan berpenampilan seadanya dihadapan suami sehingga dimata suami, sang istri tidak menarik lagi untuknya. Dan disinilah, kunci utamanya yang menyebabkan suami memiliki selingkuhan. Tentu tidak mau khan?
  4. Dalam menjalani kesibukan sehari-hari, jangan dilupakan bahwa ada HAK-HAK ANAK yang tidak boleh terabaikan. Sebagai orangtua, sediakan waktu luang untuk bisa mengajak anak berjalan-jalan atau rekreasi agar lebih mengakrabkan diri. Sibuk boleh sibuk dalam mencari nafkah, tapi kalau hanya sibuk mencari uang, dan tidak ada kedekatan antara anak dengan orangtua, rasanya semua sia-sia, kehidupan keluarga tidak akan bahagia.
  5. Pentingnya MENJAGA DIRI bagi seorang istri di rumah. Kalau suami bekerja dan anak sekolah, sementara seorang istri atau ibu di rumah seorang diri, seandainya saja tidak kuat iman tentu akan tergoda oleh peluang-peluang yang didatangkan setan. Dalam kasus ini, jika kita punya usaha toko di rumah, sementara banyak pembeli yang datang dan kita berpakaian ala kadarnya di rumah, bahkan sehabis mandi keluar belum sempat memakai celana panjang atau rok sehingga menggunakan handuk yang dipakai seusai mandi, apakah itu tidak akan mendatangkan sebuah peluang kemaksiatan? Pembeli laki-laki di toko kita yang mungkin berniat belanja namun melihat sebuah KESEMPATAN berharga tentu tidak akan menyia-nyiakan, sekalipun pada awalnya ia tidak berniat 'macam-macam'. Na'udzubillah semoga tidak terjadi hal semacam itu.
  6. ISTRI sangat berperan penting dalam menciptakan kehidupan keluarganya yang romantis dan bahagia. Ia harus pintar dalam mengurus dan merawat diri, berpenampilan menarik, berkata-kata baik dan sopan serta bersikap santun dihadapan suami sehingga suami pun jadi betah berlama-lama di rumah. Seringkali hal ini yang sering terlupa bahwa ketika kita sudah menikah dan memperoleh keturunan, kita disibukkan dengan hal-hal rumah tangga tanpa mementingkan pondasi utama kebahagiaan yaitu dengan saling mengerti dan memahami antara suami istri. Berusaha sama-sama menjadi pribadi yang menyenangkan sehingga awet rumah tangga dan tidak ada peluang untuk terjadinya perselingkuhan. Benar khan?
  7. Dan yang terakhir... dalam berumah tangga sangat dibutuhkan seorang teladan yang KUAT IMAN. Baik bapak atau ibu, keduanya bertanggungjawab menjadi teladan atau contoh bagi anak-anaknya. Kalau orangtuanya berpondasikan iman dan taqwa sehingga sehari-harinya diisi dengan kegiatan yang baik-baik saja, tentu akan dicontoh oleh anak-anaknya juga. Kalau seorang bapak kuat imannya, tentu ia akan bersabar dalam mencari nafkah untuk anak dan istri, dan tidak akan berselingkuh jika merasa terdapat kekurangan dari sang istri. Sementara jika seorang ibu kuat imannya, tentu ia akan mampu menjaga dirinya ketika sendirian di rumah, ketika ia pergi keluar rumah mampu menutup auratnya dengan baik dan tidak bersikap manis atau kemanja-manjaan dengan yang bukan mahramnya, dan tentu ia mampu bersabar dalam mengurus pekerjaan rumah tangga serta mengarungi biduk rumah tangga dengan sang suami.

Ya... 7 hal di atas akan kupatrikan dalam diri dan sebisa mungkin untuk menjadi bahan perenungan serta koreksi bagi diri, bahwa ketika aku ingin mendapat kebahagiaan dalam rumah tanggaku, maka aku harus berjuang sekuat mungkin untuk terhindar dari hal-hal yang membuat rumah tangga menjadi sengsara. Aku belajar.. untuk menjadi seorang istri yang bisa menjaga kehormatan diri, yang mampu ikhlas bersabar dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dan menerima apa adanya suami yang telah Allah takdirkan sebagai jodohku. Semoga.. biduk rumah tanggaku semakin sakinah mawaddah warahmah hingga memperoleh berkah dari Allah. Insya Allah...
Ditulis tulus, dari kesadaran diri seorang istri dan ibu;
Deasy Lyna Tsuraya