Seseorang itu bernama Muhammad Darwis (Ihsan Taroreh). Pada usia 15 tahun, ia sudah menunaikan ibadah haji, yang kemudian dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Ia pun semakin intens berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Dengan interaksinya itu, sangat berpengaruh pada semangat, jiwa dan pemikiran Darwis.
Sepulangnya dari Mekkah, ia mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi). Melihat banyaknya penyimpangan pemahaman yang terjadi di kampungnya, melalui langgar/surau-nya, Ahmad Dahlan mengawali gebrakan pergerakannya dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman. Tentu hal ini mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan pun dituduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.
Selain itu, Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Namun tuduhan tersebut ternyata tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya yakni Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif)… Akhirnya Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan bertujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman namun tetap menempatkan ilmu agama nomor satu.
Nah, berbicara mengenai organisasi Muhammadiyah… Sekedar berbagi, Ahmad Dahlan (bernama kecil Muhammad Darwis) merupakan pelopor dan bapak pembaharuan Islam. Ia lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Dan ia pula lah yang mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Dengan alasan untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di nusantara, ia ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Maka lahirlah organisasi politik Muhammadiyah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan juga yang bergerak di bidang pendidikan.
Subhanalloh ya ternyata betapa banyak jasa KH. Ahmad Dahlan dalam dakwah ini. Di film ‘Sang Pencerah’ akan banyak disuguhkan sajian perkataan serta perbuatan yang bagiku sangat memberikan pelajaran bagi yang melihatnya. Betapa kesabaran KH. Ahmad Dahlan benar-benar teruji saat itu. Beliau harus berjuang keras meluruskan pemahaman Islam yang salah di kampungnya tersebut.
Satu yang aku suka dan bisa aku petik hikmahnya; Untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Ahmad Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Alloh, serta memimpin ummat ke jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Alloh. Jadi, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran kolektif, kesadaran untuk melakukan semuanya (red Dakwah) secara bersama-sama bukan secara sendiri-sendiri/individu.
Kini lihatlah hasilnya… Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam. Dan Muhammadiyah pun telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
Sebuah pembelajaran pula, mari kita buka kembali surat Ali-Imran: 104 dan surat Al- Maa’un. Kedua surat ini ternyata sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid. Itu pesan yang ku dapat dari film ‘Sang Pencerah’…
“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, tapi jangan hidup bergantung dari Muhammadiyah”. Sebuah harapan semoga Muhammadiyah tetap memberikan peran terbaik dalam mengajarkan Islam secara lurus dan sebenar-benarnya. Bukan ketika dibawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan saja, namun juga tetap lurus dan benar dibawah pimpinan siapapun dan kapanpun organisasi itu hidup.
Alloh berfirman, “Orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71). Jadikanlah ayat ini sebagai landasan kita dalam berdakwah. Sampaikanlah walau satu ayat.. Dimanapun dan kapanpun. "Intansurullaha yansurkum wayutsabbit aqdaamakum", Jika kamu menolong agama Alloh, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kakimu. (QS. Muhammad: 7).
Posting Komentar