Jika saja semua indah terasa... tak perlu mencari hakikat bahagia di ujung sana. Dalam penantian yang tak sejalan upaya... Saat air mata selalu bicara. Biarkan ku ungkap semua... kerendahan hati yang hina.
Tuhan... aku bukanlah wanita yang mampu menjalani semua. Sebab aku punya rasa, aku punya pinta. Meski impianku setinggi bintang di surga.... Aku yakin mampu menggapainya.
Tak mengapa ketika mereka merendahkanku dengan segala kehinaan yang ada. Sebab aku memang manusia hina... Biarlah semua mencerca, hingga puas merajai jiwa.
Robb... Hanya ingin aku bahagia. Takkan ku tukar duka cita hatiku pada khalayak bersama. Dan, takkan kutumpahkan air mata untuk berubah menjadi gelak tawa. Ku ingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman yang menjadi pesona.
Setitis air mata yang menyucikan hati dan menampakkan semua yang tersembunyi. Seulas senyuman akan menjadi penjelmaan hati... Biarkan air mata menjadi lambang persaksianku dengan-Nya nanti.. Bahwa betapa lemahnya tak berdaya diri.
Namun jangan biarkan sedikitpun aku berputus asa... Sebab impianku masih berada di ujung sana. Masih ingin ku gapai dalam balutan semangat yang nyata. Biarkan.. dan jangan halangi aku menuju kesana.
Kehidupan...
Itulah alasan mengapa aku bertahan. Karena aku masih memiliki nafas kehidupan. Setiap yang hidup harus siap dengan ujian. Semua yang hadir bagai setitis air mata seulas senyuman. Dan, kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan. Suka dan duka, bagai sebuah perjalanan... Dan bermuara pada kebahagiaan. Menuju pada keindahan dan kecintaan Tuhan...
Posting Komentar