Pagi yang cerah ketika semua sudah
kupersiapkan dengan matang... sarapan, pakaian, sepatu dan pernak-pernik
lainnya telah siap tuk dihadirkan pada suami tercinta. Ya, senin ini senin
berbahagia... Karena abi mendapat rejeki dengan diterima mengajar di salah satu
sekolah Islam di Bekasi. Hati istri mana yang tak bahagia, melihat suaminya
bersemangat menjalani pekerjaan barunya? Maka, kiralah perlu ku sokong dengan
segenap usaha untuk mempersiapkan segala kebutuhannya dan tak lupa menyuguhkan
senyuman terbaik serta doa agar abi nyaman bekerja dan tetap bersemangat :)
Sampai pada ketika, semua jagoanku
sudah berangkat bekerja (bapak, kakak dan suami) sehingga tibalah saatnya aku
juga turut bekerja menjadi ibu rumah tangga. Pagi ini tugasku diawali dengan
mencuci pakaian, meski tengah hamil tua aku tak boleh patah semangat dan
bermalas-malasan, meski juga harus bungkuk untuk membilas cucian, tak mengapa
sambil kuusap perutku dan berkata pada janinku; "nak, ummi nyuci baju dulu
ya... kamu baik-baik di dalam perut ummi, jangan nendang-nendang ya".
Seperti itulah setiap harinya aku berkomunikasi dengan calon buah hatiku,
berharap ia selalu tumbuh sehat sehingga proses kelahiranku kelak pun berjalan
normal dan lancar. Aamiin..
Tak terasa ternyata hapeku
berdering... setelah usai mencuci pakaian kudatangi arah bunyi dering hapeku
dan kutemukan di layar hape bahwa ada panggilan tak terjawab dari si abi.
Lantas, kukirim sms padanya; "abi, ada apa nelpon ummi?" dan seketika
dia langsung menelponku kembali.
Pembicaraan pun terjadi... abi
bertanya padaku, apakah baik-baik saja di rumah kemudian aku menjawab
"ya", kemudian ditanyanya kembali, sedang apa aku di rumah lantas
kujawab "tadi habis nyuci baju, tapi sekarang lagi istirahat dulu".
Dan tiba-tiba abi pun bilang "Gini ummi, abi diminta sama teteh (red.
kakak perempuannya) untuk menemani dia besok ke Batam, berangkat habis shubuh
dan pulangnya sore hari itu juga. Boleh gak abi ikut?", belum sempat
kujawab permohonan ijinnya, aku sudah menitikkan air mata meski kutahan agar
tidak sesenggukan. Yang terbayang pada saat itu adalah, bahwa besok adalah hari
bersejarah kami... tepat setahun yang lalu kami mengikat janji suci untuk
sehidup semati. Sudah dijadwalkan sebelumnya bahwa pada peringatan hari
ulang tahun pernikahan kami yang ke-1 th, kami ingin makan-makan di pizza hut,
mencari suasana berbeda. Dan ternyata belum sempat itu terwujudkan, suamiku
sudah meminta ijin pergi ke luar kota. Sedih, sungguh sedih... meski dia mengatakan
bahwa akan pulang pada sore harinya tapi siapa sih yang bisa menjamin bahwa ia
akan kembali tepat pada sore hari? Aku hanya berpasrah diri... ketika
keikhlasan tengah diuji, saat sang kakak perempuannya minta ditemani untuk
pergi ke Batam dengan alasan suamiku bisa menjaga anak-anaknya pula yang masih
pada kecil-kecil, apa yang harus aku lakukan? Akankah melarangnya pergi?
Sementara sang kakak memohon dengan sangat untuk ditemani.
Disinilah... ketika keikhlasan
tengah diuji. Mungkin aku harus merelakan suamiku pergi, sekalipun ia pergi di
hari bersejarah kami, yang hanya terulang setahun sekali. Aku harus bisa
mengijinkannya, meski batinku seakan masih tak ikhlas... jujur saja, aku iri...
sungguh aku iri, ketika suamiku bisa kesana kemari. Hampir beberapa kota pernah
ia datangi; Bali, Lombok, Medan, Aceh dan lain sebagainya... sementara aku
belum pernah menyicipi jalan-jalan ke luar kota kecuali saat ke Lombok bersama
suami, dan saat itu girangnya setengah mati. Aku tahu mungkin ini bukan waktuku
untuk bisa kesana kemari... Ditengah kondisiku yang hamil tua, aku harus bisa
menerima kanyataan yang terjadi, aku tak bisa ikut suamiku pergi. Ahh, aku tak
boleh berandai-andai dengan kondisi yang sedang mengandung lantas aku
menyalahkan sang jabang bayi, karenanya aku tak bisa pergi berlibur, aku tak
bisa banyak beraktivitas di luar lagi dan sebagainya. Inilah kenyataannya bahwa
ketika keikhlasan tengah diuji, aku harus menerimanya sepenuh hati. Mungkin
Allah punya jawabnya, dan Allah yang Maha Tahu atas segala kondisi. Bahwa suatu
saat nanti, aku akan turut menikmati... pergi-pergi bersama sang suami dan buah
hati. Bersabarlah duhai diri... Saat kenyataan tak seindah yang diharapkan dan
diimpikan. Allah akan berikan kesempatan, dilain waktu yang terbaik untukmu.
Posting Komentar