"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut


Aku belum paham benar tentang arti sebuah keikhlasan. Biarkan setiap orang memaknainya masing-masing, dan biarkan aku memahaminya sendiri, sesuai persepsiku.

Aku menyadari setiap yg qt miliki di dunia fana ini, hanyalah titipan. Termasuk anggota keluarga atau bahkan anggota tubuh ini pun merupakan titipan, yg tentu sewaktu-waktu bisa di ambil kapan saja oleh Sang Pemilik. Dan qt harus siap belajar tentang ilmu ikhlas itu.. dari sekarang.

Kalaulah boleh aku mengutip perkataan Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah. Beliau berkata, “Amal perbuatan itu sebagai kerangka yg tegak, sedang ruh (jiwa) nya adalah tempat terdapatnya rahasia ikhlas (ketulusan) dalam amal perbuatan.”

Konon, sehebat apapun suatu amal bila tidak ikhlas, ya tidak akan ada apa-apanya dihadapan Alloh, sedangkan amal yg sederhana saja akan menjadi luar bisaa dihadapan Alloh bila disertai dengan rasa ikhlas.

Dari berbagai referensi, ku ketahui bagaimana ciri orang yg memiliki keikhlasan. Dan nampaknya, aku belum memiliki ilmu ikhlas itu..

1. Hidupnya jarang sekali merasa kecewa,
aku merasa belum memiliki kemampuan ini. Kemampuan untuk tidak merasa kecewa ketika apa yg ku inginkan belum tercapai. Rasanya sangat sulit untuk tidak kecewa manakala kenyataan yg terjadi tak sesuai dengan pengharapan. Masya Alloh, aku harus banyak belajar lagi nih.. untuk belajar ikhlas menerima, memberi, melepas, menunggu dsb.

2. Tidak tergantung/berharap pada makhluk.
Setiap beramal hakikatnya qt sedang berinteraksi dengan Alloh, oleh karenanya harapan yg ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Alloh semata. Namun kenyataannya, seringkali niat-niat dalam pikiran ini tertuju bukan karna Alloh. Masih sering aku melakukan kebaikan dengan tujuan memperoleh penghargaan atau simpati dari makhluk-Nya. Padahal ketika itu tak tercapai, tentulah aku kan kembali merasa kecewa, kecewa dan terus kecewa. Astaghfirulloh!!

3. Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil
Yg ku tau, sekecil apapun sebuah amal apabila qt kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yg muncul pada selain Alloh, maka akan menjadi amal yg sangat besar dihadapan Alloh. Aku yakin sekali dengan hal yg ku ketahui tersebut. Akan tetapi, masih sering saja aku meremehkan hal-hal kecil. Atau menunda-nunda pekerjaan saja, itu seperti sebuah kebisaaan yg mendarah daging. Tak usah jauh-jauh, setiap adzan memanggil saja, kadang aku suka lalai menyambutnya. Padahal saat itulah, Alloh sedang memanggilku untuk menyambut seruan-Nya. Lagi-lagi diri ini harus banyak beristighfar. Astaghfirulloh.

4. Banyak amal kebaikan yg rahasia.
Apakah sholat secara khusyu’ dan memanjangkan bacaan tatkala sholat berjama’ah akan qt lakukan dengan kadar yg sama pula disaat qt beramal sendirian? Tentu bila amal qt tetap sama bahkan cenderung lebih baik, lebih lama, lebih enak dan lebih khusyu’ maka itu bisa diharapkan sebagai amalan yg ikhlas. Begitupula banyak amalan-amalan rahasia yg bisa qt lakukan. Saat qiyamullail, saat shaum, saat bersedekah.. itu semua akan menjadi ibadah yg bermakna bila semata-mata hanya mengharap balasan dari Alloh saja, tanpa perlu mendapat penghargaan dari makhluk-Nya. Tapi yg terjadi padaku.. seringkali sebaliknya, jadi ada kemungkinan amalku belumlah bisa dikatakan ikhlas. Masya Alloh... lalu sampai kapan terus begini?!

5. Tidak membedakan antara bendera, golongan, ras, atau organisasi
Nah ini dia!! Fitrah manusia tentu ingin mendapatkan pengakuan dan penilaian dari keberadaannya dan segala aktivitasnya. Tapi, ternyata tak semudah itu. Penilaian itu bersifat relative dan akan senantiasa berubah. Banyak orang yg pernah dianggap sebagai ustadz/ah tetapi seiring waktu berjalan adakalanya penilaian tersebut berubah, ternyata kini ia menjadi sosok pembuat maksiat. Namun ada juga yg sebaliknya, penilaian awal di anggap sebagai pembuat makar tapi lihatlah, kini ia menjadi sesosok yg taat ibadah. Maka penilaian dan pengakuan itu bisa berubah kapan saja. Karna hakikatnya, iman dalam diri manusia yg stabil. Tentu tak layak qt menilai seseorang dari kacamata penglihatan qt yg telah banyak meyimpan dosa di dalamnya Yg paling baik dan yg harus senantiasa qt usahakan adalah penilaian dan pengakuan dari Alloh SWT saja. Titik.


Saudara/iku.. hari demi hari telah ku lalui.. nyatanya aku belum bisa menjadi bagian dalam kelompok orang-orang yg disebut Mukhlisin. Kelompok yg mungkin kau telah menjadi bagian di dalamnya. Ajari aku ilmu ikhlas.. tolong jangan kau simpan rahasia ilmu itu tanpa membaginya padaku. Pantaskah, jika kau menikmati surga dan seisinya seorang diri tanpa mengajak yg lainnya?? Lalu mengapa kau masih diam saja. Tak satupun kata terucap untuk membagi ilmu ikhlas padaku. Aku khawatir.. apa diammu ini karna kau sedang belajar ilmu ikhlas pula, kau tak ingin ada orang yg tau bahwa kau mengetahui ilmu ikhlas. Ataukah kau pun sama sepertiku.. masih belum bisa di golongkan sebagai orang-orang yg Mukhlisin??

Kalaulah begitu.. janganlah terbersit sedikitpun.. bahwa aku atau kau lebih baik dari saudara/i qt lainnya. Selama aku atau kau masih belajar.. selama itupula, hakikatnya qt sama di mata Alloh. Selama itupula tak layak qt menyombongkan diri, merasa lebih baik dari yg lainnya. Sebab kesombongan hanyalah pakaian Alloh.

Bila qt menyadari, masih banyak hal-hal yg membuat keikhlasan terasa di uji. Salah satunya amarah. Ya betul!! Amarah karna kedengkian atau keirian atau kekesalan qt terhadap saudara/i qt, itulah yg membuat qt sulit (bukan tak bisa) mempelajari ilmu keikhlasan. Mari qt luruskan niat kembali.. untuk melakukan segala suatunya hanya semata-mata karna Alloh Swt. Semoga Alloh membimbing qt pada jalan-Nya sehingga qt bisa menjadi hamba-Nya yg ikhlas. Amiin.