"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sebuah kata yang tabu diucapkan bahkan mungkin dituliskan di sini... Ya, rasanya sulit bagiku menulis kata 'seks' itu sebab menanggung arti yang berat dan rasanya kok menjadi pertanggungjawaban kelak.

Ya, kali ini dapat inspirasi menulis dari apa yang kulihat... Berjejer tukang becak menunggu para penumpang, tak jarang kepala mereka tengok kanan kiri demi mencari 'mangsa' yang mungkin akan menjadi penumpangnya. Tapi, di luar itu, tak hanya mencari penumpang... Melainkan mata liar mereka melihat lalu lalang wanita awam yang lewat di hadapan mereka. Ya, entah tatapan apa menurut kalian jika melihatnya. Tapi bagiku, tentu risih sekali dilihat seperti itu, seperti tatapan nafsu!

Mungkin itu menjadi sebuah 'hiburan' bagi mereka... Hiburan kaum rendahan atau kaum kelas bawah yang hanya bisa menikmati tontonan gratisan 'penampakan' aurat dimana-mana. Dengan santai para wanita berlenggok-lenggok... mengayunkan kakinya dengan serta merta menunjukkan 'sesuatu' yang mahal dari dirinya, yang seharusnya hanya berhak dipertontonkan di hadapan mahramnya.

Ngenesss...! Itu yang bisa kusimpulkan dan hanya bisa beristighfar tatkala, banyak tukang becak yang menggoda wanita-wanita lalu lalang di hadapannya. "hai cewek", "aduh, (maaf) dadanya besar banget tuh", "wew, jadi pengen ketemu istriku nih" dan banyak komentar lainnya.

Sampai disini sudah membuatku berfikir... Itu baru tukang becak, gimana dengan tukang ojeg, pengemis, pemulung, anak jalanan, atau kaum kelas bawah lainnya menghadapi kenyataan seperti ini? Dimana-mana sudah menjadi tempat umum pertunjukkan aurat... Dimana-mana sudah lumrah terjadinya pelecehan seksual. Mengapa para 'korban' itu masih bertanya, "mengapa aku diperlakukan tak senonoh begini?". Sedangkan mereka harusnya bertanya pada diri mereka sendiri, bahwa merekalah sebenarnya yang memicu terjadinya sikap tidak sopan kaum kelas bawah yang haus akan kebutuhan seksual mereka.

Ya... Seks menjadi sebuah kebutuhan. Setiap laki-laki dan perempuan membutuhkan 'itu'... sebab itu merupakan tanda sebuah ke'normal'an insan manusia. Namun, pertanyaannya seks yang bagaimana? Tentu seks yang disalurkan pada tempatnya yakni pada pasangan halalnya masing-masing. Sepakat khan? Namun, sangat disayangkan kaum kelas bawah banyak yang tak bisa menikmati indahnya sebuah tali pernikahan hanya karena mereka belum mampu untuk membiayai nikahnya, ya.. karena untuk mengikrarkan akad saja sudah membutuhkan beberapa lembaran uang, tahu kan kalau untuk akad nikah itu butuh biaya penguhulu, mengurus surat-surat nikah bahkan mahar sekalipun bagi si calon mempelai wanitanya. Sedangkan, sudah dapat dipastikan untuk makan sehari-haripun mereka masih sulit. Lalu bagaimana mereka menyalurkan hasrat seksualnya yang dipendam ketika para wanita dengan mudah bersolek dan menampilkan aurat tanpa cuma-cuma di hadapan mereka? Apakah salah hingga timbul terjadinya sebuah pemerkosaan, pembunuhan dan tindak kriminal lainnya yang kini meresahkan masyarakat. Lalu apa upaya kaum yang 'mampu' untuk menyalurkan hasrat seksualnya pada jalur yang halal... Mengapa masih saja mengumbar kemesraan di hadapan umum meski mereka berstatus suami istri? Lantas, apakah mereka tidak berfikir bahwa di kanan kirinya banyak anak-anak, remaja bahkan orang tua sekalipun yang tidak bisa menikmati sajian yang dipertontonkan suami istri tersebut?

Ya. Lagi-lagi... ini menjadi sebuah pe-er buat kita. Ketidakmampuan para kaum kelas bawah dalam menyalurkan hasrat seksual dengan jalur yang halal melainkan melalui tindak pelecehan atau pemerkosaan, bukan sepenuhnya salah mereka. Ini menjadi andil bagi kita juga... Untuk para wanita yang seharusnya bisa menempatkan dirinya sebagai wanita yang 'mahal' bukan yang murah diumbar lantas hanya tinggal nama dengan bangkai membusuk, luka tubuh dimana-mana dan 'noda' hasil tindak keji para lelaki dari kaum kelas bawah. Kalau sudah begitu, nasi sudah menjadi bubur... penyesalan tiada lagi arti khan?

Ini cerita kaum kelas bawah, dimana mereka masih berstatus 'normal' sebagai seorang manusia yang menjadikan seks sebagai sebuah kebutuhan. Tidak hanya kaum bawah yang merasa butuh 'itu', namun kaum pada umumnya juga serupa. Bahkan banyak pasangan yang sudah sah menjadi suami istri saja, masih tidak merasa puas dengan pelayanan pasangannya. Terjadinya perselingkuhan dimana-mana hingga timbulnya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), semua dipicu oleh kebutuhan seks yang mendesak. Bagaimana laki-laki bisa tahan di tempat kerjanya... sementara teman wanita sekantornya pun menunjukkan tontonan sensual dari apa yang dipakai di tubuhnya? Bagaimana mereka memendam hasrat tersebut, sementara sang istri pun sedang bekerja atau sang istri jauh tempat tinggalnya dengan sang suami.. Sehingga, apa yang harus dilakukan sang suami tersebut dalam menyalurkan hasrat seksualnya? Ya. banyaknya perselingkuhan dengan teman kerja atau bahkan menggunakan 'jasa' wanita pinggir jalan saat pulang kerja demi memuaskan hasrat yang sudah mendesaknya menjadi sebuah jalan keluar bagi mereka. Lantas, apa itu salah?


Salah dan benar... menjadi sebuah ketetapan Alloh. Aku pun tak tahu bagaimana dengan huru-hara yang seperti ini dan bagaimana cara menyikapinya. Namun dalam syariat Islam, sudah tentu tak dibenarkan hal seperti di atas. Tapi, bukan berarti pula kita bisa melegalkan hal di atas untuk terjadi semua karena alasan kebutuhan seksual yang mendesak. Ahh, yang pasti... ini menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku. Dan adakah yang mampu membantu memberi tanggapan atas tanda tanya besarku ini?

Apakah kekuatan iman saja sudah cukup? Karena godaan begitu besar menghadang ketika kita melangkahkan kaki keluar pintu rumah. Mampukah kita berlindung pada Alloh sejadi-jadinya... Memohon untuk selalu dilindungiNya agar kita tak menyalurkan hasrat seksual yang tidak pada tempatnya.

*Prinsipku; tetap setia pada Alloh... setia pada ajaranNya. Dan tentu setia dengan pasangan masing-masing... Lebih jauh nikmat dan halalnya.

~DLT, 150112
"Dalam sebuah tanda tanya"