"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sudah lama dari peristiwa itu... Aku tak lagi nafsu bertengger di atas genteng tiap malam. Tepatnya karena aku bukanlah burung yang suka bertengger. Hehe.. *serius* Tapi memang karena sudah tak ingin lagi kuingat kenangan masa silam yang cukup kelam.

Sejak kepergiannya, jauh dan meninggalkanku seorang diri... Mencoba untuk menghapus jejaknya yang begitu tertanam dalam di lubuk jiwaku. Itulah mengapa segala hal yang berkaitan dengan dirinya, aku musnahkan seketika.

Masih terbayang jelas, saat peraduan itu dimulai pada malam hari. Saat bait-bait kata terdengar merdu di ujung sana melalui sambungan telepon genggam. "Rayya, lihatlah ke langit atas... Purnamanya sedang tersenyum padamu. Indah khan? Seperti itulah senyum yang ingin kubingkiskan padamu malam ini. Berharap suatu saat nanti aku akan mendapatkan sebuah bintang yang setia menemani di sisiku." Aku pun cukup terhanyut dengan buaian kata-katanya dan kutimpali "Aduhai, indah nian... Lihatlah di samping purnama tersebut. Kau akan temui bintang yang indah, suatu saat kau akan selalu bisa bersama dengan dirinya."

Malam itu seakan malam paling romantis yang pernah kualami... Antara purnama dengan bintang. Itulah kisah indah bagiku.

Berkali-kali kau yakinkan aku saat itu.... Untuk menjadi purnama yang senantiasa menyinari tiap malamnya bintang. Namun, pada suatu hari........ Aku merasakan purnama itu tak lagi menepati janjinya. Aku tunggu ia pada tiap malamnya seperti janjiku untuk setia berada di samping purnama. Namun tak jua purnama itu muncul... Bahkan sudah berhari-hari pun tak lagi nampak cahaya terang yang biasa kulihat dari atas genteng. Kemanakah kau purnama??  tanyaku dalam hati.

Aku mulai resah... dan gelisah. Hari-hari kulewati dengan bathin dan perasaan yang tak tenang. Padahal dulu aku sudah meyakini bahwa purnama adalah yang terbaik bagiku untuk selalu menjadi penerang di tiap malamku. Nihil, sungguh mustahil. Sebab semuanya seakan tak berarti lagi. Nafsu makanku berkurang, sikapku pun berubah tak biasanya. Hari-hari seakan suram... Membuatku tak semangat menjalani kehidupan.

Ya. Saat itu telepon genggamku berdering, pertanda ada panggilan untukku. Nomor yang tidak dikenal. Rasa penasaranku timbul, ada sebuah pergolakan bathin, Angkat teleponnya atau nggak ya?? cukup butuh waktu beberapa lama untuk yakin menjawab panggilan tersebut. Alhasil, aku angkat telepon genggamku dan mendekatkannya ke telingaku.

"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah. Apa kabar? Sehatkah kau, bintang kejora?"
Aku bertanya-tanya, siapa gerangan lelaki di ujung suara tersebut?
"Alhamdulillah baik kok. Hmm, sebentar... Ini kamu ya? Rino?"
"Ya betul... Ternyata kamu masih mengingat suaraku ya?"
"Sangat jelas kuingat dan selalu kuingat. Sayangnya kamu yang mungkin sudah tak ingat denganku lagi"
"Lho, kok kamu berkata seperti itu? Justru karena aku ingat kamu, makanya aku telepon kamu lagi nih.."
"Kemana aja kamu, kok nggak ada kabar? Aku lama menunggu telepon darimu. Setiap malam aku nantikan purnama bersinar kembali. Tapi nihil, kamu udah nggak setia lagi menyinari. Apa kamu udah nggak bisa lagi berada di sisi bintang?
"Iya maafkan aku...Aku juga tak bisa berlama-lama meneleponmu. Aku hanya ingin mengabari. Bahwa aku akan segera menikah. Dengan bintang yang telah mengambil cahaya purnama."
Degg... tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Apakah mungkin Rino akan menikahiku? Kan bintang itu aku?
"Kamu yakin? Sudah yakin dengan bintang itu?"
"Ya, aku sangat yakin bahkan waktu yang dinantikan itu hampir tiba"
"Ohh ya? Bolehkah kau sebutkan nama dari bintang yang beruntung mendapati purnama darimu?"
Aku menunggu jawaban Rino dengan rasa khawatir, sambil berharap bahwa ia akan menyebut namaku, Tsurayya.
"Namanya..... Kartika. Ialah bintang yang telah mengambil cahayaku tiap malamnya. Dan di peraduan akan kujalin cinta yang lebih mesra lagi. Maafkan Tsurayya... Aku berharap kau bisa hadir di pesta pernikahanku minggu ini."
Ahh sungguh tega kau Rino... Membuatku menantimu berpuluh-puluh hari sementara kini kau hadir hanya untuk mengabari berita yang sangat menyakiti hati..
"Sungguh aku tak bisa menerima, Rino! Kau kini campakkan aku begitu saja. Sungguh kau tega!!!!!"
Kututup telepon tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Tiba-tiba, air mata sudah menggenangi wajahku... Aku masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Rino barusan. Ia akan menikah dengan Kartika, bintang yang kini sudah mengambil posisiku di samping purnama. Aku berjanji untuk tak pernah lagi menemui purnama di atas gentengku bahkan takkan kuhadiri pernikahannya dengan kartika.
Dan malam itu, seakan malam kelam tersuram dalam hidupku...