"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Tahukah kamu rasanya kehilangan sesuatu? Misalkan saat kamu kehilangan sebuah benda, tentu akan kebingungan mencari-cari dimana benda itu berada. Terlebih jika benda tersebut sangat berharga bukan?

Ya... Rasanya sudah tak aneh lagi kalau rasa kehilangan itu teramat pedih jika sesuatu yang kita sayangi, yang kita cintai hilang. Karena itulah sunnatullohnya kehidupan. Apa yang kita miliki barangkali suatu saat takkan kita miliki lagi.

Aku terinspirasi dari apa yang dishare oleh sahabatku, terutama setelah mendapat kabar bahwa saudari-saudarinya banyak yang akan menikah... Kemudian ada rasa kehilangan disana. Lagi-lagi rasa itu muncul tak pada tempatnya. Seharusnya Fe Meandallah bisa bahagia karena orang-orang terkasihnya akan menyempurnakan separuh agamanya. Hm... aku ikut merasakan kehilangan karena dulu aku pernah merasakan hal yang sama ketika tahu bahwa sudah banyak teman-temanku yang menikah.

Rasa kehilangan itu membuatku tak nafsu makan, sungguh! Karena siang malam teman-temanku tak bisa kukontak sama sekali, sesibukkah mereka karena telah berkeluarga??? Ahh, sungguh rasa kesepian itu teramat menyelimuti. Ditambah dengan kisah sahabatku, Rismanaeni yang masih kuingat jelas harus merasa kehilangan sosok kakak pertamanya yang (alhamdulillah) telah menikah. Karena sebelum pernikahan itu terjadi, segala bentuk cerita dicurahkan pada kakaknya yang terkasih itu. Suka duka dihadapi bersama. Dan lebih anehnya lagi, sebenarnya mereka juga masih satu rumah meski kakaknya sudah menikah. Tapi tetap saja, dia merasa kehilangan sosok kakaknya yang biasa menjadi teman sekamarnya itu.

Anyway... Ya, itulah kehilangan. Mungkin pada awalnya kita tak berujar, "Aku memiliki kakakku", "Aku memiliki sahabat-sahabatku", tapi ketahuilah rasa memiliki itu ternyata tumbuh sedikit demi sedikit, tipis demi tipis hingga menjadi pintalan yang kuat dan ternyata setelah pintalan itu kuat karena sudah tebal, harus kita lepaskan pintalan tersebut. Sehingga terurailah benang-benang kepemilikan selama ini yang sudah kuat kita eratkan.
Sahabatku... seperti saat kau katakan bahwa akan merasa kehilangan dari sosok diriku, aku mungkin akan menyakinkan dirimu dengan sebuah janji, "Aku tidak akan meninggalkanmu", "Aku akan terus ingat padamu" dan lain-lain. Padahal aku pun tahu, barangkali suatu ketika aku takkan bisa mewujudkan janji tersebut, bukan karena tak mau menepati janji tapi karena kondisi yang menuntut tak bisa terpenuhinya janji tersebut.
Aku memang bukan siapa-siapa yang patut kau rasakan kehilangan atas diriku... Aku pun mungkin tak terlalu berharga bagimu. Tapi aku tahu..... Rasa persaudaraan kita telah terajut sekian lama. Rasa memiliki itu tanpa sadar telah kita pupuk hari demi hari, tanpa kau katakan 'kehilangan' itu pun aku tahu kau telah memendam rasa sedih di sudut kamarmu atau di ruang yang kau jadikan rumah keduamu bercerita. Aku mengerti, bahkan terlalu mengerti sehingga dahulu aku yang merasakan kehilangan itu kini berpindah pada dirimu.
Ini hanyalah sebuah proses kehidupan... Kita hanya perlu menunggu waktu terus berjalan meskipun lambat sama sekali. Tapi tak mengapa, karena kita sedang berproses melalui yang namanya sunnatulloh kehidupan; pertemuan dan perpisahan.

Seandainya kamu bersedih... Jangan terlalu dalam menyimpan kesedihanmu. Lihatlah dan tataplah harimu kembali. Yakinlah ada sesuatu yang baru, orang-orang yang baru yang Alloh anugerahkan padamu... Disaat kehilangan itu kembali menemuimu, aku tahu tak semudah itu melenyapkan sebuah kenangan indah bersama. Semakin erat, semakin rekat tentu semakin membuat luka yang menganga. Kau katakan "Aku bukanlah rahim yang lekas pulih", tapi aku  yakin, kamu kuat dan mampu melewati semuanya.

Suatu saat, justru kamulah yang akan merasakan sebuah kehilangan itu terjadi pada sahabat-sahabatmu yang lain... Bila sudah tiba waktunya nanti, satu persatu akan pergi termasuk dirimu, yang dengan meninggalkan kenangan-kenangan indah bersama sahabatmu yang tengah bersedih. Maka, laluilah segalanya dengan baik... Tarik ulurlah rasa memiliki itu, jangan kau terbangkan rasa itu terlalu tinggi, karena barangkali semakin tinggi semakin akan sakit bila terjatuh ke bawah.

Aku mencintaimu, sahabatku... Dan sebisa mungkin aku akan menjaga ukhuwah yang tengah bersemi ini :)