Tsuroyya... Kuingin kau tahu. Bahwa mataku sudah tertuju padamu saat pertemuan pertama itu. Kau kenakan jilbab hijaumu dan sikapmu yang kuanggap berbeda dengan kebanyakan wanita lain, membuatku semakin yakin. Bahwa aku tak salah pilih!
Tsuroyya... Tiap malam aku hampir tak lupa menyelipkanmu dalam doaku. Entah apa doa yang sedang kupanjatkan, hanya saja selalu lagi dan lagi, namamu yang hadir dalam benakku. Alhasil, kudoakan kau agar bisa kumiliki dengan sepenuhnya. Meski aku tahu, kau bukan milikku, kau bukan milikmu bahkan aku sendiri pun bukan milikku.
Tsuroyya... Suatu hari kuungkapkan padamu tentang rasa yang telah kupendam. Kuberanikan diri meski ada rasa gugup mengalir di seluruh pembuluh darahku ini. Kubiarkan semua terungkap, tanpa ada rapat cela yang tertutup. Agar kau tahu, betapa ingin aku bisa memilikimu.
Tsuroyya... Ternyata kau tanggapi pernyataanku dengan keseriusan. Bak gayung bersambut, kau terima aku dengan segala kelemahan dan ketidaksempurnaan diriku. Bersyukurnya aku, ini pasti berkat doa-doa yang sepanjang malam kupanjatkan padaNya.
Tsuroyya, kemudian kau ingat khan? Saat kita melalui serangkaian proses yang tidak biasanya. Dengan belum adanya pengalaman sama sekali, kucoba tanya sana sini untuk bisa memantapkan keyakinan maju ke babak pelaminan. Kau coba cari kesana kemari mengenai apa saja yang harus kita persiapkan bersama. Kulihat wajah letih memayungimu tapi tetap kau berikan ulasan senyum padaku sambil berkata, "Ini demi kita". Ahh indahnya, semakin ingin kupercepat proses menuju pernikahan ini agar kelelahan tak lama lagi mendatangimu.
Tsuroyya... Ujian terus mendatangi kita. Kecemburuan seringkali menggelapkan mataku sehingga perkataanku seringkali menyakitimu. Namun kau hadapi aku dengan sikap tenang dan tak marah sedikitpun. Aku cuma khawatir jika kau selalu diincar oleh para lelaki tersebut. Sementara aku belum bisa berbuat apa-apa selain berdoa semoga kau selalu dijaga olehNya.
Tsuroyya... Ingatkah engkau, saat kusebut namamu ketika bintang malam bertaburan di langit? Saat itu aku segera mengirim sms padamu, dan mengatakan, "Tsuroyya, langit malam ini indah. Dan indahnya karena ada Tsuroyya (red bintang kejora) di atas sana". Kemudian kau balas smsku dengan bertuliskan, "Iya, subhanalloh.. Indah nian. Bulannya juga indah. Bersanding dengan sang bintang sehingga sempurnalahh langit malam ini. Semoga kita juga akan seperti itu"
Tsuroyya... Lagi-lagi aku tak bisa berkata apa-apa. Kau sangat lihai berkata, dan perkataanmu selalu saja membuatku semangat dalam mencapai impian kita bersama. Aku bahkan dibuatmu menjadi semakin lebih keras usahanya agar semua yang kita impikan segera tercapai. Bangganya aku dan bersyukur selalu...
Tsuroyya... Akhir yang diimpikan itu segera tiba. Kau sempat sakit seminggu karena kecemasanmu yang berlebihan melihat berat badanku turun, kau takut di hari yang indah itu, aku tampil tak prima. Salah besar padahal, justru aku semakin semangat menyambut hari berbahagia itu, nafsu makanku seketika bertambah dan sebisa mungkin untuk tampil fit. Namun, ternyata tidak denganmu. Kau jatuh terkapar dan harus bedrest seminggu itu. Aku sedih, saat kau tak lagi bersinar.. Aku takut justru kau yang tak bisa menemaniku bersanding di pelaminan.
Posting Komentar