Siang ini, ada kejadian yang cukup menyita pikiranku. Entah kenapa bisa terjadi seperti itu padahal sebelumnya aku sudah merancang hari ini dengan sebaik-baiknya ketika pergi bersama dengan ibuku.
Cukup lama aku tak jalan bareng dengan ibuku lagi... Karena kesibukanku yang cukup menyita waktu dan begitupula sebaliknya. Cukup mengerahkan banyak waktu untuk bisa kembali mengulang bersenda gurau dengan sang ibunda
Samara Humaira. Alhamdulillahnya, hari ini awal bulan, aku mengulang semua kisah-kisah kita bersama. Pergi bareng, mengantarkan beliau ke tempat yang ingin dikunjunginya dan tak lupa, ongkos bagi 'tukang ojek' yang setia mengantarkan ibuku, dengan makan-makan yang uenak dan unik. Ya, begitulah... Kalau kami sering menghabiskan waktu bersama. Saat dimana kami bisa bertukar pikiran, bercanda dan lain sebagainya tanpa perlu diganggu oleh pihak lain. Heuheu...
Sepanjang perjalanan aku mengantarkan ibuku menuju ATM Mandiri yang tak cukup jauh dari rumah. Saat diperjalanan itulah, aku cukup merenung diri; "Ya Alloh, hari ini kesempatanku untuk bisa berbakti pada ibuku, mengantarkannya pergi kemana-mana. Aku tahu, bahwa kesempatan seperti ini barangkali nantinya hanyalah tinggal kenang-kenangan. Maka, aku ingin ya Alloh bisa menghabiskan waktu banyak dengan ibuku tercinta" lirihku. Sambil tak terasa buliran air mata telah menggenang di bawah kelopak mataku.
Sampai pada ATM Mandiri, ternyata luar biasa ngantrinya. Aduhai, ini pasti karena awal bulan. Jadi banyak orang yang sudah menerima gajinya. Apakah termasuk ibuku juga ya? Tapi bukan gaji bulanan lagi namun dana pensiun yang sampai saat ini masih membantunya dalam menghidupi keluarga kami. Alhamdulillaah...
Karena menunggu lama, akhirnya kami tidak ikut mengantri seperti kebanyakan orang. Kami duduk di motor saja terlebih, aku tak tega melihat ibuku yang memiliki sedikit masalah di kakinya sehingga tak bisa berdiri lama-lama. Nah, ketika duduk itulah... Semua pembicaraan serius dimulai. Khususnya terkait urusan masa depanku. Saat itu aku berdiskusi bagaimana kehidupanku kelak setelah berpisah dengan orang tua. Apakah sudah bisa mandiri atau masih saja meminta bantuan dari orang tua? Saat itu pula ibuku menjelaskan panjang lebar tentang unek-uneknya bagaimana kalau sang putri kesayangannya ini telah menikah kelak. Aku cukup tercengang dengan apa yang disampaikannya. Sontak aku kaget, kok bisa ya beliau bicara seperti itu. Lalu seketika aku pun sedih, menundukkan wajahku dan merenungi segala apa yang dikatakannya. Apakah beliau serius atau tidak berkata seperti itu.
Dan saat itu juga, aku cukup kesal dengan ibuku... Terlontarkan kalimat singkat seperti ini; "Ya ampun, seorang ibu kok malah seperti itu sih, bukannya malah doain anaknya yang terbaik!". Duhai Alloh, ampuni ketika kata-kata itu terluncur dari lisanku karena jujur aku pun sangat kesal dengan perkataan ibuku. Namun setelah aku berkata seperti itu, ibuku menimpali; "Mbak, kamu kok jadi marah sih, padahal tadi cuma bercanda lho". Telat. Aku sudah terlanjur kecewa dengan apa yang dikatakan ibuku. Alhasil aku ngeloyor pergi menuju antrian panjang ATM. Nah, disaat mengantri itulah..... Tak disangka, air mata deras mengalir. Haduh jujur saja aku malu sendiri sebab orang-orang yang mengantri banyak melihat ke arahku. Kuseka air mata ini, dan tiba-tiba ada sebuah sms masuk ke hpku. Ahaa.. Ternyata dari ibuku sendiri yang masih duduk di atas motor tepatnya posisinya tak jauh dari belakangku. Kubaca isi pesannya dan bertuliskan, "Tenang mbak, biar bagaimanapun kondisi orang tua tetap berusaha menyenangkan anaknya kok. Musyawarah aja oke?"
Lagi-lagi, air mata deras mengalir... "Ahh, bundaku. Bahkan sudah sering kita jalan bareng namun ternyata aku belum tau banyak tentangmu... Padahal aku tau bahwa kau takkan biarkan anakmu merasa bersedih hati. Seandainya engkau melihatku sedang menangis, mungkin kau sudah menyeka air mataku ini" ucapku lirih.
Posting Komentar