"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Tak terhitung... Kisah bersamamu. Mengarungi segalanya bareng teman sejatiku, ibunda.

Sudah habis kata untuk melukiskan segala yang pernah kita lalui bersama, memberikan kenangan yang takkan pernah terlupakan dalam hidupku. Setiap perjalanan bersamamu, pasti ada saja ilmu yang kudapatkan darimu.

Kuakui, aku bukanlah seorang anak yang baik bagimu. Belum banyak yang bisa kulakukan untukmu, ibundaku. Tapi percayalah padaku, aku selalu berusaha untuk bisa menyenangkan hatimu dan mendengarkan apa yang menjadi keinginanmu.

Seperti hari ini, untuk kesekian kalinya kau memintaku mengantarkan ke yayasan Mandiri di daerah Wr. Buncit. Saat itu, aku sedikit menolak karena aku lelah sekali, sudah setiap hari mengendarai motor ke Jakarta. Namun, kau berikan alasan pasti bahwa akan bisa menebus uang yang masih menjadi hak-mu di yayasan tersebut. Aku pun menyanggupi, dengan syarat bahwa setelah uang didapat lalu pergi membelikan suatu barang yang sudah aku inginkan. Ya, ibuku pun mengiyakannya.

Setelah siap memulai perjalanan, jujur saja aku sangat mengkhawatirkan ibuku. Bahkan aku mencoba mengendarai motorku perlahan, sesekali menengok ke beliau melalui spionku. Terkadang ibuku memang suka ngantuk dan pernah hampir tertidur pulas ketika aku berkendara. Setiap menit aku peringatkan beliau untuk tetap siaga dan jangan tidur karena tentu akan membahayakan diri. Kemudian 1,5 jam terlalui untuk bisa menuju yayasan yang ingin kami datangi. Karena kami tiba ketika shalat jumat didirikan, maka aku mengusulkan terlebih dahulu untuk menuju rumah makan, tepatnya untuk makan siang. Tengok kanan kiri, hampir semuanya kurang kami sukai jenis makanan yang tersedia, hingga pada akhirnya kami menemukan rumah makan yang klop bagi kami berdua, dan akhirnya kumenghentikan laju motorku dan memarkir motor tepat di depan rumah makan tersebut.

Ternyata setelah kami mau masuk ke rumah makan, ada pula disampingnya sebuah rumah makan yang persis seperti rumah makan yang mau kita kunjungi. Alhasil, kami kebingungan... Pilih rumah makan yang mana? Yang satu rumah makannya sudah ramai sekali dipenuhi oleh para karyawan karyawati yang mungkin banyak nonmuslimnya karena terlihat tidak shalat jumat. Sedangkan rumah makan satu lagi, yang menjadi tempat tujuan kami berdua benar-benar sepi dari pengunjung. Ibuku langsung memberi kode bahwa beliau menyuruhkau untuk masuk ke rumah makan yang sepi tersebut.

Kebiasaan kami ketika pergi ke rumah makan adalah selalu melihat dekorasi sekeliling, apakah ada tanda-tanda bahwa rumah makan ini 'halal'? Alhasil aku menemukan kaligrafi dengan Asma Alloh berada di dinding rumah makan tersebut. "Alhamdulillah", ucapku saat itu.

Kemudian ibuku langsung menjelaskan alasannya memilih rumah makan ini ketimbang rumah makan sebelahnya. Belia berkata, "Mbak, kita harus bantu pemilik rumah makan ini. Biar lebih berkah, kita bantu dengan membelinya. Gak usah pikirin rumah makan disebelah... Justru dengan kita makan disini, menjadi hiburan buatnya karena kehadiran pembeli." Aku pun terdiam, habis kata dan hanya menganggukkan dalam hati bahwa apa yang disampaikan ibuku adalah benar adanya. Setelah memesan makanan, kemudian dalam hitungan 5 menit sudah langsung tersajikan... Kami mencoba menyantapnya dengan ucapan basmalah terlebih dahulu.

Saat makan tersebutlah, aku bercerita pada ibuku sebagai nostalgia bahwa biasanya ketika kami sekeluarga makan di rumah makan, bersama ayahku, kakak serta adikku pada awalnya mungkin memang sepi namun setelah itu barulah datang pengunjung-pengunjung lainnya. Ya... Dan benarlah, karena setelah shalat jumat selesai, rumah makan yang kita tempati saat itu langsung diserbu oleh para pengunjung dan terutama kaum lelaki yang sudah selesai melaksanakan shalat jumat.

Alhasil, aku yang malah kebingungan... Apakah ini karena aura ibuku atau auraku *atau malah aura kasih* halah gak nyambung, yang pasti membuat para pembeli yang lainnya bergerumul di rumah makan tersebut. Alhamdulillah, sekali lagi aku mengucap syukur dan semakin yakin dengan apa yang dikatakan oleh ibuku saat itu, "Mbak, jadi banyak ya pembelinya. berkah khan akhirnya?"

Ya, bundaku... Berkah sekali. Bahkan sangat berkah ketika niat tulusmu benar-benar terpancarkan dalam keputusan yang kau ambil ketika itu. Lebih memilih membeli makan siang di rumah makan ini ketimbang di rumah makan sebelahnya yang sudah ramai lebih dulu. Dan hari ini aku belajar sesuatu... Belajar untuk bisa membantu orang lain dengan cara yang sederhana. Mungkin hal kecil, namun ternyata sangat berarti kehadiran kami bagi sang pemilik rumah makan tersebut yang hanya seorang diri melayani pembelinya. Luar biasa...

Ibundaku... Hari ini aku belajar untuk bisa memberikan sesuatu yang berarti meski hal kecil sekalipun. Termasuk dengan mengantarmu ke tempat yayasan Mandiri untuk kesekian kali dan kesekian kalinya pula gagal meinta jatah yang masih menjadi hakmu. Tak mengapa, sebab Alloh sudah mencatat kebaikanmu pada hari ini serta perjuangan kita saat terik membakar kota Jakarta. Kau masih menyisakan senyum serta membelikanku kue serabi serta es buah yang segar dan cukup menghibur keletihan kita di hari ini.

Terima kasih duhai ibundaku...
Dan melayanglah sebuah kata indah, sebagai pesan buat seorang anak yang masih memiliki seorang ibu;

Bersama sang ibunda
Mumpung masih memiliki ibu, sebisa mungkin menyenangkan hatinya. Menemaninya pergi ke tempat yang diinginkan, dan menjadi teman setia mendengarkannya bercerita. Ahh, mumpung masih bisa kenapa tidak? Barangkali suatu saat nanti kesempatan itu sudah tidak ada, maka aku mencoba sebisa mungkin untuk melakukannya saat ini :)