"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Kusampaikan apa yang semoga aku sendiri tak melalaikannya.

Adikku, bicara soal amanah... Aku tahu, pasti banyak sekali amanah yang diembankan kepadamu, dan pada kita semua. Bahkan rasanya kita bernafas pun terasa sulit, penuh dengan beban-beban yang tengah dipikul. Letih, setiap hari selalu saja ada urusan yang mesti kita selesaikan.

Tenang, jangan khawatir... Kita tak sendiri, diluar sana ada banyak rekan-rekan perjuangan yang tengah memperjuangkan hal yang sama. Lihatlah letihnya mereka, gurat wajah lelah dan berbasuh peluh kesana kemari, mengurus ini itu. Ya, dan itulah takdir kita saat ini. Mencurahkan segenap pikiran, harta, tenaga dan waktu luang demi urusan yang tidak akan ada habisnya, sampai Alloh memenangkan dakwah ini atau kita binasa karenanya dan sampai kaki kita menginjak surga, kelak.

Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullohu mengatakan, “Menunaikan amanah termasuk tanda keimanan seseorang. Karena itu, jika kau dapati seseorang memiliki sifat amanah dalam segala sesuatu yang diamanahkan kepadanya, menunaikannya sesempurna mungkin, ketahuilah bahwa dia seorang yang kuat imannya. Dan jika kau dapati seseorang bersifat khianat, ketahuilah bahwa dia lemah imannya.” (Syarah Riyadhush Shalihin, 1/731)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah pada orang yang memberikan amanah itu kepadamu. Jangan kau khianati orang yang pernah mengkhianatimu.” (HR. At-Tirmidzi)

Mungkin kita akan bertanya-tanya, "Kemana yang lain? Mengapa hanya aku yang dipikulkan amanah seberat ini?". Ketahuilah adikku, sejatinya kita sedang melakukan perniagaan (jual beli) dengan Alloh. Itu artinya, kita jual diri, harta, tenaga, pikiran dan lain-lain hanya untuk mendapat ridhoNya saja, sehingga Alloh pun akan membeli diri kita dengan balasan surga, yang tiada tertandingi balasannya. Subhanalloh, khan?! Jadi, jikalau pertanyaan itu kembali terulang, percayalah bahwa kita tak pernah sendiri, selalu ada rekan setia perjuangan yang akan menemani kita bahkan ketika kita terjatuh sekalipun, hanya DIA yang tak pernah membiarkan kita seorang diri. Alloh... ya, hanya DIA saja. Cukup.

Imam Muhammad Abduh menejelaskan bahwa amanah itu adalah hasrat manusia untuk menunaikan kewajibannya dengan sempurna dalam tugas dan pekerjaan yang diserahkan padanya. Maka, ketahuilah bahwa setiap pribadi adalah pemegang  amanah. Setiap diri menerima amanah untuk memelihara diri dan fungsinya sebagai makhluk Tuhan, dimana kelak di hari berbangkit diapun harus mempertanggungjawabkan kemana setiap anggota tubuhnya dipergunakan.

Maka, yuk kita sempurnakan kembali niatan kita dalam mengemban amanah yang telah diberikan. Jangan salahkan mengapa kita yang diberi amanah, tapi cobalah untuk belajar menerima takdir Alloh yang telah digariskan. Bahwa amanah yang diberikan oleh Alloh melalui makhlukNya, sejatinya adalah bentuk kecintaan Alloh terhadap kita. Dan ingatlah adikku, pertanggungjawaban amanah ini bukan hanya terhadap manusia yang memberikan kepercayaan, akan tetapi akan lebih berat dan besar pertanggungjawanya dihadapan pengadilan Alloh Azza Wajalla kelak.



*Persembahan untukmu, jiwa-jiwa penunai amanah.