Terima kasih untuk sebuah pembelajaran bagiku. Pelajaran untuk bisa menjadi seorang pejuang seperti kalian. Dengan keterbatasan yang ada, kalian telah membuktikan bahwa kalian adalah seorang pejuang sejati… Dan kalian termasuk aku sedang meniti Jalan Cinta Para Pejuang.
Tepat ketika buku “Jalan Cinta Para Pejuang” karya Salim A. Fillah ku baca, ternyata bukti adanya garis perjuangan itu tak jauh-jauh dariku… Bila berbicara takdir, aku yakin teman-temanku yang ku beri sebutan Sobat Pejuang tak ingin mendapat takdir seperti yang tengah mereka jalani saat ini. Bersakit-sakit dan berletih-letih… Demi mempertahankan hidup di dunia ini.
“Bukan kita yang memilih takdir, takdirlah yang memilih kita. Bagaimanapun, takdir bagaikan angin bagi seorang pemanah. Kita selalu harus mencoba untuk membidik dan melesatkannya disaat yang paling tepat.” (Shalahuddin Al-Ayyubi).
Jika seorang laki-laki boleh menangis, aku yakin sobat pejuangku yang ikhwan akan menangis pedih… menghadapi beratnya perjuangan mereka. Meski mereka laki-laki bagaimanapun juga mereka punya keterbatasan dan rasa dalam menjalani beratnya hidup mereka. Tapi yang aku salut adalah mereka selalu melukiskan kesedihannya dengan menampilkan kegembiraannya saat bertemu atau menyapa. Selalu ada senyum sumringah di wajah mereka… Meski aku tahu bahwa beban hidup mereka sangat berat.
Jalan Cinta Para Pejuang, itulah alasan mereka tetap bertahan. Kalau bukan untuk memberikan cinta pada yang lain, tak mungkin lah mereka bisa kuat bertahan sampai detik ini. Ya, sekali lagi karena cinta. Karena cinta berupa kata kerja bukan hanya sekedar kata benda. Ada yang berjuang demi mencari penghidupan yang layak bagi keluarganya, ada juga yang harus berjuang demi menghidupkan dirinya sendiri karena sudah berlepas diri dari orang tua. Ada pula yang berjuang untuk bisa bermanfaat bagi umat, rela mengabdikan diri memberi ilmu tanpa bayaran sedikitpun. Subhanalloh… Benar-benar seorang pejuang.
Tidak hanya yang ikhwan, sobat pejuangku yang akhwat pun tengah berjuang… Demi membiayai kuliahnya sendiri karena orang tuanya yang tidak mampu. Pekerjaan apapun dilakukannya tanpa malu, bahkan sama sekali menanggalkan gengsi, yang penting pekerjaan halal katanya. Ada juga yang jualan kue demi mendapatkan uang untuk biaya transportasi kuliah. Dan lain sebagainya yang membuatku…….. miris.
Ya Robb, betapa bersyukurnya aku. Selain karena aku dipertemukan dengan teman-teman yang seorang pejuang… Aku banyak belajar untuk bisa kuat dan tegar seperti mereka.
Aku telah melihat mereka membuktikan tidak sekedar menunjukkan. “Show it! Don’t tell it!”. Mereka selalu merencanakan apa yang akan dilakukannya esok hari… Meski rencana Alloh tak sesuai dengan harapannya. Toh teringat perkataan ustaz Hilmi Aminuddin bahwa, “Kita merencanakan, untuk menyesuaikan diri dengan rencana Alloh.” Ibarat sebuah pertunjukkan, kita adalah wayangnya dan Alloh sebagai dalangnya. Maka Alloh berhak atas apapun yang terjadi pada wayangnya, pun apabila pertunjukkan usai dan tirainya harus ditutup. Maka, tinggal dihisablah kita kelak… Apa saja amal kebaikan yang telah kita lakukan selama ini di dunia.
Jika kelelahan membuat kita berhenti berjuang, betapa malunya… Karena sang sufi memandang ekstase kenikmatan ruhani sebagai tujuan hidupnya. Dan Rasululloh menjadikan keletihan sebagai sebuah rehat. Sejenak mengambil kembali energi ruhani, mengisi ulang stamina jiwa. Dan itulah yang dibutuhkan untuk kalian, sobat pejuangku.
Seperti syair Muhammad Iqbal dalam Ziarah Abadi..
Padaku malaikat menawarkan,
“Tinggallah di langit ini, bersama syahdu sujud-sujud kami. Bersama kenikmatan-kenikmatan suci.”
“Tidak!”, kataku, “Di bumi masih ada angkara aniaya. Disanalah aku mengabdi, berkarya, berkorban hingga batas waktu yang telah ditentukan.”
Subhanalloh.. Inilah Jalan Cinta Para Pejuang.
Maka, sobat pejuangku… sekali lagi terima kasih. Untuk setiap teladan yang kalian berikan padaku. Karena keteladanan lebih baik dari sekedar ucapan. Dan sebuah janji Alloh berlaku untuk kalian, “Maka Alloh melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan. Dan Dia memberikan balasan kepada mereka karena kesabarannya berupa surga dan pakaian sutera” (Qs. Al-Insan: 11-12).
Sobat pejuangku... Selamat berjuang! Semoga perlindungan Alloh selalu melingkupi hari-hari kalian. Masih Di Jalan Panjang Pejuang.
*Sebuah persembahan untuk semua sobat pejuangku dimanapun berada yang penuh inspirasi ^_^
subhanallaah... its me the first commentator..
aku malah blom baca bukunya ustadz salim yg itu mbak..
pengen beli, tapi blom sempet, duitny yang blom sempet nongol dari dompet mbak.. hehehe...
Sang Pejuang slalu menjadi inspirasi, semangat mbak deas!!
Hehe.. smoga dikasih kesempatan membeli buku ini ya. InsyAlloh...
Sang pejuang sllu mengajak yg lain ikut berjuang. Semangattt juga dek :)