Karena kesabaranmu...
Aku tahu, disana kau tengah bersabar menantiku. Bukan salahmu dan salahku juga... Karena kita memang harus bersabar bersama. Demi sebuah ikatan suci kelak. Ingatkah dengan kata-kata ibuku, "Yang menang adalah yang bertahan". Aku tidak pernah memaksamu bertahan untukku, kau lah yang bertahan selalu. Meski tak pernah ku tahu sampai kapan kesabaranmu itu bertahan.
Aku memang belum mengenalmu secara dekat. Namun, kecocokan antara kita memang tidak dapat disangkal lagi. Bukan karena aku melihat hartamu, pekerjaanmu atau apapun itu. Aku melihat ketulusanmu dalam mencintaiku apa adanya. Kau selalu bisa mengimbangiku yang masih bersikap kekanak-kanakkan. Kau berhasil meluluhkan hatiku setelah berulang kali aku menyakitimu.
Maafkan...
Karena aku belum bisa memberi seperti apa yang telah engkau beri padaku. Bukan soal cinta, bukan soal rasa. Sebab bagiku kedua hal itu telah menjadi momok dalam pikiranku. Aku tak boleh mudah terpancing dengan dua hal tersebut karena justru itu akan membuatku semakin jatuh dan terpuruk seperti dahulu.
Ya. Kau memang tidak pernah tahu apa yang pernah terjadi padaku, bukan karena kau tidak ingin tahu melainkan aku yang menyimpan rapat-rapat darimu. Aku hanya ingin menjaga ketulusan cintamu... Jika memang cintamu murni sebenar-benarnya tentunya kau akan menerimaku dengan segala masa laluku.
Jangan pernah kau katakan cinta padaku, sebelum kau berani menghadap kedua orang tuaku. Ahh, sudah lelah dengan kata 'Berani'. Memang tidak seharusnya aku mengatakan hal itu kepadamu... Siapalah aku ini sehingga bisa membuatmu berani untuk menikahiku??
Sekarang bahkan rasa itu kian menipis. Mungkin karena sudah bosan aku memiliki rasa terhadapmu. Kau katakan aku tidak bersabar??? Bisa saja. Aku memang tidak sesabar dirimu, yang entah dengan alasan apa kau mampu bersabar menantiku. Padahal jauh lama sudah, pintu hatiku telah terbuka untukmu.
Payah...
Kau tidak pernah berikan alasan yang sesungguhnya terhadapku. Klise semuanya!!!
Bahkan kau masih terus memberi perhatian terhadapku, tanpa merasa bersalah. Meski aku tahu, kau tak berbuat salah padaku.
Ahh... Aku masih ingin marah padamu, masih ingin meluapkan segalanya. Bosan aku seperti ini, terkurung oleh perasaanku sendiri. Sementara kau disana tersenyum menjalani hari-hari. Dengan santai kau jalani segalanya. Kekuatanmu hanya kesabaran, ya karena itu yang selalu kau katakan padaku, "Aku akan sabar menunggu"
Mengapa engkau yang sabar menungguku namun aku yang tersiksa dengan perasaan ini?? Ohh Tuhan, salahkah aku dengan keputusan yang menurutku terbaik? Lalu, apa hikmah dibalik semua ini? Haruskah aku bersabar sepertinya???
Mungkin memang ini yang engkau inginkan, membiarkanku bermain dengan perasaan ini. Kau memang tak jahat, namun kau telah membuat rasaku hilang demi perlahan. Atas nama cinta dan demi menjaga keutuhan cinta kita kelak, bila takdir bersama..... Alloh kan persatukan...
Assalamualaikum,
Sabar, sabar, dan sabar. Kesabaran dan keikhlasan akan memberikan jawaban. Ketika Hati terisi penuh dengan cinta kita terhadap Allah, maka ga akan ada tempat bagi orang lain untuk mengisinya, dan ukhti ga akan merasa tersakiti lg,...
Jodoh itu tak pernah tertukar,,