Ceritanya malam ini mau curhat. Ada sebuah kisah yang dialami seorang temanku... Sebut saja dia Vi. Vi ini dibesarkan dari sebuah keluarga yang cukup 'sadar agama'. Dalam artian, sejak kecil selalu ditanamkan dalam dirinya, bahwa ibadah itu penting bagi yang mengaku hamba Alloh.
Hingga ia tumbuh dewasa, ia selalu bergelut dengan bidang keagamaan. Sehingga ada saja amanah yang harus diembannya. Padahal ia tidak pernah memintanya sama sekali, namun selalu saja ia mendapatkan amanah yang berlebihan. Ia dihadapkan dengan situasi tersulit antara keinginannya menggapai impian dengan sebuah kewajibannya. Ia bertanya padaku, "Mana yang harus diutamakan terlebih dahulu? Aku memiliki impian yang besar tapi nyatanya tanggung jawabku dalam menjalani amanah yang ada tak sejalan dengan apa yang menjadi impianku."
Aku pun bingung menjawabnya...
Aku sejenak terdiam dan berfikir, pantas saja Vi ini ku lihat berbeda. Ia adalah sosok yang aneh bisa dikatakan seperti itu. Hobinya yang menyendiri, hening lalu banyak berfikir tak sejalan dengan tanggung jawabnya yang menuntutnya untuk bisa tampil energik, aktif, mudah bergaul dan sebagainya.
Dan kini ku lihat ia seperti memiliki kepribadian ganda. Ada saatnya, ia fokus dengan impiannya yang membuatnya 'lepas' seperti tak ada beban dalam menjalaninya dibandingkan ketika ia menjalani apa yang menjadi kewajibannya dalam bertanggung jawab amanah yang ada. Namu ada saatnya juga ia bisa ku lihat seperti Vi yang 'lain'.
Vi selalu bertanya padaku, "Bagaimana aku bisa menyeimbangkan keduanya, karena sungguh ini dua hal yang berbeda? Aku tak menjadi diriku apa adanya ketika aku menjalankan apa yang menjadi kewajibanku. Sedangkan ketika aku bergelut dengan dunia impianku, aku menemukan siapa diriku ini sebenarnya. Lalu aku mesti gimana?"
***
Jika berbicara amanah, tentu takkan pernah ada habisnya. Karena kita hidup pun di dunia ini telah diberi amanah oleh Alloh. Menjadi khalifah di muka bumi, bukan?? Berat sekali memang jika apa yang kita jalani tak sejalan dengan apa yang kita inginkan.Dan semua itu akan nampak dalam pandangan mata. Di mata manusia mungkin takkan terlalu kentara, tetapi di mata Alloh… tak ada yang bisa menjadi rahasia.
Maka mengingat kembali semua itu menjadi cambuk tersendiri bagiku untuk berusaha menyeimbangkan amanah yang ada. Setidaknya aku berupaya untuk kembali menata hati untuk tak sembarangan menjalankan amanah agar bisa ku seimbangkan dalam penggapaian impianku. Aku pun banyak belajar dari temanku ini, amanah apa yang sebaiknya kuterima atau kutolak. Kini kusesuaikan dengan kemampuan diriku agar nantinya tak menjadi masalah di belakang karena amanah itu akan sukses ketika dipegang orang yang sesuai atau ahlinya.
Aku, kamu dan Vi juga mungkin akan mendapatkan tidak hanya satu dua amanah dalam hidup ini kan? Dan semuanya itu menuntut sebuah tanggung jawab dan seringkali pengorbanan yang lebih. Mungkin waktu-waktu tidur kita akan terkurangi. Mungkin waktu makan-makan kita semakin dituntut untuk dipercepat. Kesabaran kita pun harus ditambah setiap harinya. Semua itu demi terpenuhinya amanah-amanah kita. Dan baik tidaknya kita dalam menjalankan amanah, utamanya adalah persepsi tanggung jawab kita kepada Alloh. Ya tolak ukurnya antara kita dengan Alloh saja. Maka, berdoalah “Semoga saja Alloh menghindarkan diri kita dari menyia-nyiakan amanah yang ada, namun juga tetap memberikan kesempatan kita u/menggapai segala impian.”
Posting Komentar