Kesepian dan kesendirian dalam kegalauan adalah jalan hidup yakni sebuah pilihan yang dalam kesadaran tingkat tinggi aku pilih, bukan sebagai pelarianku.
Lebaran kali ini, aku mencoba memahami segalanya. Memahami seluk beluk perjalanan hidupku, dalam angan penggapaian masa depanku. Kemudian waktu seakan cepat berlalu, sementara lebaran kali ini, aku merasa hatiku mati… aku tak dapat menikmati layaknya umat muslim lainnya yang gembira menyambut hari yang fitri.
Waktu memang membawa pengaruh yang besar akan perjalan hidupku, Keputusan sulit, keputusan mudah, serta berbagai perubahan akan selalu berjalan bersama sang waktu. Waktu memang tidak bisa memutuskan apa-apa, ia hanya bisa menemani saja, menemaniku dengan sangat setia dalam menjalani hidup ini.
Hari ini adalah Hari Raya umat Islam. Seperti biasa, selalu ada opor lengkap dengan ketupat. Hiruk pikuk suasana di depan rumahku.. seakan semua menikmati sebuah momen fitrah yang aku cerna sebagai sebuah proses menyadari keterbatasan manusia, sehingga perlu sebuah momen untuk bersandar pada keadaan kosong makna kehidupan agar bisa direnungkan tanpa embel-embel kesibukan lain.
Di momen itulah ternyata aku juga berada, sebuah kesepian dalam keramaian bisa menjelaskan dan memberikan momen renungan yang tidak terbatas, dimana aku dan mungkin kita, bisa berpikir dengan santai dan tanpa batas waktu, yang kadang membelenggu.
Ternyata, masih bergulat dalam renungan masa depan. Dengan tidak seorang pun yang mengetahui skenario Tuhan seperti apa. Aku hanyalah wayang, yang Alloh atur sebagai dalangnya. Semua keinginan bisa saja pupus di tengah jalan… Jika memang DIA tiada berkehendak.
Ini baru dimulai,
Takkan henti meski berai..
Jangan katakan keluh,
Setiap bulirnya peluh..
Aku mencoba merasakan nikmatnya hari yang fitri ini, dimana aku bisa memperbaiki diri dengan segala kesalahan-kesalahanku selama ini. Hanyut dalam sebuah muhasabah diri, bahwa momen hari ini teramat berarti untuk dapat kulewati dengan setumpuk kesedihan dan kegalauan. Aku masih punya 1 semangat bahkan lebih. Melihat wajah orang tuaku, kakak-adikku, binaanku, temanku, saudaraku dan siapapun itu..... Sejatinya menyisakan semangat untukku, bangkit dan menjalani hari dengan lebih berani.
Lebaran ini, tatapan orang tuaku mengingatkan akan janjiku dihadapannya.. janji seorang anak untuk bisa menjadi kebanggaan bagi mereka. Dan itulah salah 1 semangatku, yang akan memacu diri untuk memberikan yang terbaik.
Biarkan sejuta masalah menghampiri,
Cukuplah dengan 1 semangat akan ku hadapi.
Semangat itu menghilang??
Hakikatnya, ia masih tersimpan dalam diri belakang.
Yang akan mengiringiku dalam berjuang..
Dan berkata dengan lantang:
Semangat tak kenal henti, Semangat tak akan mati!!!
Meski sinar tak lagi terang..
Aku tidak diciptakan bagai anak panah yang lupa busurnya, terus melejit dan melesat, lepas bebas tanpa kendali yang akhirnya hilang tanpa pertanggung jawaban. Ada banyak fase-fase kehidupan. Dan itu semua merupakan rangkaian hidup yang tak bisa aku hindari. Disini, aku dapat menyadari bahwa sedikitpun tidak punya daya dan kekuatan tanpa rekomendasi dari Allah.
Idul fitri, maafkan karena telah ku sambut engkau dengan penuh berlinang air mata… Ini akan menjadi momen terindah dalam hidupku, hari dimana aku semakin mengerti makna sebuah kehidupan meski harus ku lewati dengan sejuta ketegaran.
Idul fitri..
Menghempas dosa pergi.
Seperti hangatnya sinar mentari.
Layaknya indahnya pelangi.
Aku akan tegar menjalani..
Beragam warna hari-hari..
Terlalu berharga bila terlalui..
Oleh belenggu masa lalu yang menghampiri.
Selamat datang 11 bulan ke depan..
Ku siap jelang dengan senyuman ^_^
Posting Komentar