"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Firman Alloh Swt: “Siapakah yg lebih baik perkataannya daripada orang yg menyeru kepada Alloh, mengerjakan amal yg soleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yg berserah diri.” (QS. Fushshilat: 33)

Saudara/iku, Menyeru manusia kepada Alloh Swt dan kepada jalan yg benar, adalah sebaik-baik urusan yg perlu di utamakan. Di sana juga terdapat dakwah Fardiyah (dakwah individu) yg sama pentingnya. Qt ketahui bersama, kebanyakan umat muslim saat ini sibuk dengan urusan dunia dan lalai dalam beribadah dan mentaati perintah-Nya. Betul??

Ibaratnya seperti sekumpulan manusia yg sedang nyenyak tidur. Di sekeliling mereka terdapat api yg merah menyala dan akan membakar jika mereka tidak terbangun dalam tidurnya. Namun di kalangan manusia yg sedang nyenyak tidur tersebut, terdapat pula mereka yg tidak tidur dan menyadari apa yg sedang terjadi di sekelilingnya, tetapi tidak mampu memadamkan api yg sedang menyala. Ketika itulah kewajiban mereka a/segera membangunkan manusia yg nyenyak tidurnya supaya menyadari keadaan masing-masing dan bergegas menjauhkan diri dari api. Janganlah langsung memperingatkan mereka ketika mereka masih tidur karna mereka tentu tidak akan mendengar dan mentaati peringatan itu. Jadi mereka mestilah dibangunkan terlebih dahulu barulah diberikan peringatan. Jika benar-benar telah sadar dari tidurnya dan melihat api yg sedang menyala, niscaya mereka bersegera menyelamatkan diri.

Sama halnya dengan sikap seorang Da’i/yah terhadap Mad’unya (orang yg diseru). Dia harus bersabar dalam usahanya menyeru kepada Islam. Dia mesti kuat menghadapi tindakan Mad’unya seperti mungkin perbuatan jahat, cacian, cercaan atau penolakan. Sepenuhnya mengharapkan segala balasan usahanya hanya dari Alloh semata.

Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata: “Jadilah kamu ketika menyeru manusia seperti ibarat pohon mangga; mereka melemparinya dengan batu, dan kamu membalasnya dengan menjatuhkan buahnya.”

Lalu bagaimana menjadi seorang Da’i/yah?

1. Ikhlaskan niat karna Alloh semata. Tanpa keikhlasan, segala urusan akan runtuh dan musnah.
2. Menjiwai betapa besarnya tugas dan tanggung jawab yg dipikul. Dan kelak akan di pertanggungjawabkan di akhirat.
3. Melaksanakan tugas dengan bijaksana, menyampaikan dengan cara yg terbaik –bil hikmah wal mau’idzotil hasanah-.
4. Hendaklah bersikap ramah, mempermudah urusan dan memiliki akhlak yg baik. Semua ini dilakukan dengan sabar, lemah lembut (tidak cepat marah), mengharapkan pembalasan di sisi Alloh saja.
5. Memahami seluk-beluk dengan mendalam mengenai Mad’u yg di dakwahinya.
6. Mempelajari dan mendalami sirah Rasululloh dan sejarah Islam u/ dijadikan bekal dalam berdakwah.
7. Menghafal ayat-ayat Al-Quran sebanyak-banyaknya u/dijadikan dalil dalam kerja-kerja dakwahnya.
8. Dalam setiap penyampaian kata, unsur akal (kefahaman dan logika) hendaklah dipandukan dengan unsur perasaan dan kejiwaan. Sebab, membangkitkan unsur perasaan dan kejiwaan akan mempersiapkan akal u/menerima apa yg disampaikan kepadanya dan meninggalkan kesanyg baik.

Saudara/iku.. ketahuilah, bahwa berdakwah (menyeru) ini bukan hanya tugas para ustadz/ah atau ulama saja, melainkan ini tugas bersama. Tugas setiap individu dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi. Maka, rasa pahit dan getir seolah itu menjadi bagian dari siklus dakwah ini. Jangan lelah dan menyerah.. Allohu ma’ana.

Bagaimana, siap menjadi Da’i/yah ya?? ^_^