"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Andai bisa terulang segalanya..
Tentulah tak ada tangis air mata.
Tak ada lagi hasrat yg membabi buta..
Memenuhi rongga jiwa.

Robbi, mengapa ini kembali terjadi..
Kisah yg telah usai dijalani.
Timbul memenuhi dasar hati.
Sementara sudah tak sepantasnya lagi..

Biarkan ia pergi dari benak ini.
Jangan lagi hadir kembali.
Mendustakan ikatan suci..
Bersama yg telah dijalani.
***

Sebuah catatan anak manusia.. seorang muslimah yg terpenjara dengan perasaannya. Yg bingung akan kebenaran yg ada.. seakan berada di persimpangan.

Itu cerita cinta yang digali dari air mata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung:
O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati.

Seperti itulah yg dialami oleh muslimah tersebut.
Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana. "Apabila ada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain," kata Rumi, "sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain." Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.

Bila saja cinta berawal dan berakhir pada Alloh, maka cinta pada yang lain hanya upaya untuk menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki: selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Disini kita justru sedang melakukan sebuah "pekerjaan jiwa" yang besar dan agung : mencintai.

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta ditolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah "kesempatan memberi" yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki "sesuatu" yang dapat kita berikan, maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian jadi tidak relevan. Hanyalah murni masalah waktu.

Jadi kita hanya patah atau hancur karena kita lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini : kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menajdi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai, tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain harus mencintai kita.

Bersabarlah duhai ukhti.. kelak kau akan mendapatkan yg terbaik ^_^