"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Kalau kita hidup di kota.. maka bersiaplah dari segalanya yang serba ada. Dari mulai ada kemacetan, keributan, keramaian, kemiskinan, sampai pada kesibukan orang-orang yang sok sibuk (atau benar-benar sibuk ya? entahlah..)

Kota merupakan tumpuan masyarakat Indonesia sebagai tempat harapan dan cita-cita untuk memperoleh pekerjaan. Banyak lho orang-orang desa berbondong-bondong pergi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya demi mencapai masa depan kehidupan yang lebih baik. Ya gak?

Banyak persepsi orang yang baik-baik mengenai kota. Namun, kenyataannya hidup di kota tidaklah mudah, dibalik gemerlapnya kota metropolis juga banyak menyimpan penderitaan dan kesengsaraan. Kota besar dan metropolitan bagaikan magnet yang mempunyai daya tarik kuat bagi banyak orang. Akan tetapi, tak semua orang yang datang mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi kota yang begitu keras dan persaingan kerja yang sangat kompetitif. Fiuhh...

Bila kita cermati, kehidupan di kota itu ternyata penuh dengan ketakutan, kengerian, kecemasan, kemarahan, kekecewaan, hingga kehampaan dan kekosongan spiritual ketika dibenturkan dengan kerasnya kehidupan perkotaan.

Coba perhatikan deh orang-orang kota itu.. Orang-orang kota adalah orang-orang yang mempunyai mobilitas begitu tinggi dan kegiatan yang sangat padat. Waktu bagi mereka terasa sangat sempit. Hampir setengah dari waktu dua puluh empat jam dihabiskan oleh orang–orang kota untuk menekuni pekerjaan yang itu-itu juga.

Mereka sangat sulit sekali untuk meluangkan waktunya beristirahat dan menjalankan ibadah keagamaannya. Kadangpula aku juga merasa seperti itu.. penuh kegersangan tatkala sibuk dengan aktifitas dunia yg meskipun berlabelkan motif akhirat. Belum lagi, dengan adanya kemacetan kota semakin menyita waktu kita untuk beribadah kepada sang khaliknya. Inilah fenomena kota yang sekarang terjadi. Orang kota seolah mengalami kekeringan spiritualitas di hadapan Alloh Swt.

Tak tersadar, kesibukan dunia telah melalaikan banyak orang akan kesibukan akhirat. Banyak orang yang sudah tidak peduli lagi akan pentingnya, shalat, membaca Al-Qur’an, membaca kitab-kitab para ulama, membaca buku-buku agama, menghadiri pengajian-pengajian dan berpuasa.

Orang kota jadi mudah tenggelam dalam kubangan pekerjaan atau aktifitas yang menjadi sebuah rutinitas.. Orang-orang kota, yang tergambarkan sebagai ekonomi mapan, segala kebutuhan hidupnya sudah lebih dari cukup, saat ini terserang “penyakit-pemyakit jiwa” lantaran lupa terhadap jagat spiritualitasnya sebagai makhluk Alloh. Hm...

Mungkin kita tak menyadarinya.. tapi coba deh renungkan. Bagi kita yang sering terserang kegelisahan, kecemasan hingga kehampaan dan ketidakbermaknaan hidup akibat kekosongan jiwa lalu hidup menjadi serba monoton, tanpa warna, tanpa referensi spiritual dan itulah semua yang pada akhirnya menjadikan kita mudah kalut, emosi, stress, dan bahkan gila atau bunuh diri. Na’udzubillah!

Melihat realitas kehidupan di perkotaan yang multikompleks baik dari aspek sosial, ekonomi, politik dan agama. Mereka termasuk kita yang sedang dihimpit masalah dalam kehidupannya itu tidak lain dan tidak bukan disebabkan mungkin kita sangat jauh dengan Alloh Swt. Karena, terlalu sibuk mengurusi kehidupan duniawinya. Betul tidak??


Temanku pernah berkata.. bahwa orang-orang yg terbiasa sibuk maka ketika ada waktu luang sedikitpun tetap akan menyita waktunya pula. Cobalah kita perbaiki hubungan kita sama Alloh. Karena tatkala hubungan kita jauh dari Alloh Swt, saat itulah kita akan diterpa dengan berbagai macam tragedi, seperti kebakaran, perampokan, pembunuhan, penculikan bayi, penggusuran, kesulitan ekonomi, terlibat kasus narkoba dan korupsi, kekerasan seksual, banjir, kelaparan, gizi buruk. Hal itu disebabkan hubungan kita dengan Alloh sangat jauh sekali. Sebab kita hanya mendekatkan diri pada tujuan-tujuan yang bersifat duniawi semata-mata, yang meliputi harta, uang, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan popularitas.

Kini, sudah saatnya kita menata hati dan menjernihkan pikirannya untuk selalu menjalankan ibadah kepada sang khaliknya. Lakukan segala aktifitas kehidupan yang berkaitan dengan dunia ini diniatkan sebagai ibadah sehingga nilai-nilai amaliah dan pahala itu akan berguna (meaningfull) di akhirat nantinya. Dengan kata lain, ketika kita telah menetapkan niat bahwa kita beraktifitas itu semata-mata untuk beribadah kepada Alloh swt. Di mana hasil dari aktifitas kita, apakah itu sekolah, kuliah atau bekerja.. maka niat tersebut merupakan ikrar dan janji kita kepada Alloh Swt.

Sibuk boleh saja..
Asal janganlah lupa..
Tujuan akhir kita..
Ridlo Alloh semata..

Selamat bersibuk ria, lewat amalan berarti.. Tapi jangan lupa bebenah diri.. Menjadi mukmin yang jauh lebih taat lagi.

Salam semangat.