Pada pertengahan bulan Januari lalu, saya benar-benar diuji oleh Allah SWT. Bagaimana tidak, saya harus mengurus suami saya yang hanya bisa berbaring lemas di tempat tidurnya. Ia harus bedrest kurleb 3 hari. Selama 3 hari itulah, saya yang membelikannya makanan, obat, menyuapinya, memandikannya dan bantu memijit tubuhnya. Saat itu yang ada di pikiran saya adalah "bagaimana jika suami saya akan meninggal saat itu?" dan seketika kengerian itu pun hinggap dalam benak saya. Maka sebisa mungkin saya memberika pelayanan sebaik-baiknya pada suami saya tersebut. Beruntungnya saat itu, rayyan sedang dihandle oleh neneknya dan kami ada di Bekasi sehingga beban saya pun terbagi dengan anggota keluarga lainnya.
Beberapa kali saya menatap wajah suami saya yang pucat pasi. Ada rasa kesedihan yang menyeruak bahwa darinya lah, saya dan anak bisa tercukupi segala kebutuhan. Pun ada rasa ikut serta merasakan sakit yang ada ketika setiap suami makan dan meminum obat langsung dimuntahkannya begitu saja. Saya ikut sedih dan merasa khawatir apakah suami saya bisa pulih atau tidak. Bahkan rasa takut semakin membayangi ketika menngingat riwayat penyakit suami saya yang memiliki hepatitis B. Ya Allah rasanya saat itu bercampur aduk, ada sedih, lelah dan takut kalau kalau akan ditinggal pergi sang suami.
Hal itu pula yang memicu saya berpikir tidak-tidak pada hal lainnya. Bisa dikatakan merembet ke hal lain. Setiap malam saya merenung dan memikirkan bagaimana jika kedua orangtua saya juga mengalami hal serupa dengan suami? Apakah masih bisa saya mengurusnya, menyuapinya membelikan kebutuhannya padahal saya tinggal di Jakarta dan orangtua ada di Bekasi. Seketika air mata meleleh, mengingat segala kebaikan yang dilakukan oleh kedua orangtua mulai dari kecil hingga sudah dewasa begini. Saya ingat kembali jasa-jasa mereka dan sikap balasan dari saya yang tidak tahu diri semasa kecil dan remaja sehingga membuat saya ingin menebus segala kesalahan saya pada mereka saat ini. Semakin dewasa saya semakin menyadari, untuk bisa memberi yang terbaik pada mereka, menyenangkan hatinya dan sebisa mungkin menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Sayaa yakin kesempatan itu masih ada. Pun kesempatan untuk menjadi istri yang terbaik bagi suami saya dan ibu terbaik bagi anak saya. Saya yakin Allah masih memberi kesempatan pada saya untuk bisa membahagiakan orang-orang terdekat saya, menjadikan diri saya orang yang bermanfaat. Insya Allah
Posting Komentar