"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut



Saya bisa merasakan.. sebagai seorang wanita, istri dan juga sebagai seorang ibu. Betapa kami kaum wanita harus memiliki hati seluas samudera, lapang dan luas mengangkasa. Kami berusaha menyamai para bidadari yang mungkin diinginkan para suami. Namun kami hidup dalam sebuah kenyataan, bahwa kami tak sempurna seperti yang diinginkan.

Menjalani bahtera rumah tangga tak semudah dibayangkan... Seringkali terjadi perselisihan antara pasangan. Katanya itu bumbu cintanya, yang justru bisa menjadi malapetaka. 

Saya.. berhasil menemukan sebuah kondisi. Di mana jiwa kami sebagai ibu rumah tangga tertekan.. dengan keadaan, dengan situasi. Sekali pun kami lisankan "kami bersabar". Nyatanya itu hanya sebuah ucapan. Jauh di lubuk hati yang terdalam, hati kami remuk redam.

Ketika seorang istri yang ditemukan suami sedang melakukan percakapan dengan beberapa teman lamanya yang seorang pria. Naik pitamlah sang suami dan keluar perkataan ini "Kalau laki-laki yang begitu wajar, tapi kalau wanita yang seperti itu namanya kurang ajar". Lalu kalimat lain yang sering terdengar adalah "Wanita selalu berada di posisi salah dan kalah". Lantas.. apakah kami serendah itu sehingga kami tak pernah bisa membantah sabda yang terucap dari para suami? Padahal kami ingin menjelaskan dulu alasan berbuat demikian.

Kau larang kami bersolek cantik ketika berpergian denganmu, agar meminimalisir timbulnya kecenderungan pria yang melihat atau berpapasan dengan kami di jalan. Sementara dengan liarnya kau umbar pandangan matamu pada wanita di luar sana yang tak halal bagimu. Sementara kami memergokimu, lantas kau mengatakan "kalau laki-laki yang begini wajar, tapi kalau wanita yang begini namanya kurang ajar". Lagi-lagi kami terpojok dengan pernyataanmu yang sedemikian. Hingga kami bungkam dan lebih memilih untuk mengalah.

Kau larang kami berpergian jauh bahkan berkumpul dengan teman lama saja tidak diperbolehkan. Kau perintah kami untuk menjaga kehormatan diri dan keluarga dengan berada di dalam rumah. Sementara kau dengan asyiknya berkomunikasi interaksi dengan rekan kerja wanita yang tidak berhijab dan mengumbar kata-kata lelucon untuk mencairkan suasana. Ketika kami mengetahui hal ini, lagi-lagi kau berujar hal yang sama "kalau laki-laki yang begini wajar, tapi kalau wanita yang begini namanya kurang ajar". Lantas kami hanya menurut lagi, berusaha mengubur dalam-dalam segala teguran dan lebih memilih mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tiada habisnya.

Kau tak beri kesempatan pada kami untuk bergantian menjaga dan mengawasi buah hati. Alasannya kau sibuk dengan pekerjaanmu, siang dan malam. Lantas ketika kau ditugaskan ke luar kota dari kantor dan kau anggap bahwa keikutsertaan anak dan istri tak begitu penting, dikhawatirkan bisa mengganggu pekerjaan sekaligus liburan gratis. Kau nikmati beberapa pulau yang sudah dikunjungi, kau kirim foto-foto dokumentasi selama di sana. Sementara kami hanya bisa mendengar cerita bahagiamu, hanya bisa melihat foto-foto yang membuat iri. Kami juga ingin merasakan hal yang sama denganmu. Sungguh... Namun sekali lagi kami hanya bisa menelan semua impian tersebut dan kembali bermain serta mengasuh si buah hati yang terus tumbuh dan besar tanpa pengawasanmu.

Kau larang kami bergaul di dunia maya.. hanya boleh berteman dengan sesama jenis saja. Sementara ketika kami mengetahui bahwa kau berkomunikasi dengan teman wanita yang katanya lagi diskusi via online demi pekerjaan yang tertunda ketika bertemu di kantor. Lantas kau lagi-lagi mengelak dan mengeluarkan jurus jitu "kalau laki-laki yang begini wajar, tapi kalau wanita yang begini namanya kurang ajar". Kami pun terdiam, hanya bisa menunduk lesu dan kembali mengalah serta menelan pil kecewa yang amat dalam.

Kami tahu, kami adalah para istri... para ibu rumah tangga yang tugas dan perannya menjaga kehormatan diri serta keluarga di rumah, mengawasi dan mendidik buah hati dengan sebaik-baiknya. Tapi kami punya hati, punya rasa.. kami ingin bisa menikmati apa yang bisa dinikmati oleh para suami. Kesenangan yang tak pernah dibelenggu oleh waktu, kesenangan yang hadir kapan dan di manapun bisa dipinta. Tanpa perlu memikirkan ini itu hingga pikiran ini bercabang dan membuat hati dan jiwa merasa tertekan. Apakah kami harus selalu, menurut dan membiarkan diri merasa terbelenggu. Lagi-lagi... benarlah perkataan dari seorang suami di sana "wanita berada di posisi yang salah dan kalah". Padahal kami... berdiam dan tak berani menyatakan rasa yang terpendam ini karena hanya dengan alasan satu hal. Jika bukan karena hal ini, kami menyerah.. biarlah kami hidup dalam posisi yang salah, kalah dan menyerah. Agar para suami bangga dengan kewajarannya dan menganggap kami kurang ajar jika melakukan apa yang tak sesuai kehendaknya. Kami hanya bertahan... untuk keluarga ini. Ya. Kami bertahan hanya demi anak-anak. Agar kami tetap melihat keceriaan mereka dan tetap bahagia karena memiliki orangtua yang lengkap.




Duhai para suami.. kami menyadari bahwa kami selalu di posisi yang salah dan kalah. Mau seperti apapun pemberontakan kami.. tetap salah dalam sebuah pandangan. Istri harus nurut suami. Begitulah dalilnya... Maka, kami sedang berusaha menunaikan hal tersebut... untuk tetap setia berbakti dan mengabdi bersamamu. Maka, kami memohon... Berusahalah juga agar kau bisa mengerti dan memahami kondisi kami. Ajaklah kami dalam kebahagiaanmu, ajaklah kami dalam kesuksesanmu, ajaklah kami dalam keshalihanmu agar kita bisa bergerak seiringan tanpa ada saling menuntut satu sama lainnya.


Semoga... suatu saat ini, doa kami diijabah Allah SWT. Doa yang telah kami kirim ke langit... Agar mengetuk pintu hati pengertianmu, agar kau turut memahami isi hati kami, yang sejujurnya selalu ingin berbakti padamu. Maka dengan segala pinta... berubahlah untuk menjadi imam yang bisa membawa keluarga kita ke dalam jannah-Nya, bersama.

#terinspirasi dari berbagai curahan hati yang disampaikan para ibu rumah tangga