Jujur saja, meleleh air mataku... saat menyaksikan film Habibie Ainun yang tayang perdana di RCTI semalam... Mungkin telat ya, karena aku baru bisa menyaksikan disaat orang-orang sudah menganggapnya basi. Heuheu. Maklum saja, saat tayang di bioskop aku tak bisa menyaksikan karena anakku saat itu masih bayi merah hehe.
Banyak ibrah yang bisa diambil dari kisah habibie ainun.. Salah satunya adalah bahwa Jodoh Takkan kemana dan kalau memang jodoh, jalannya akan mudah. Bayangkan saja, terpisah tujuh tahun karena Rudy (red Habibie) melanjutkan sekolah dan karir di Jerman. Selalu ada skenario Tuhan dalam mempertemukan mereka kembali. Begitu pulang ke Indonesia 7 Maret 1962 semua berjalan mengalir, mudah dan begitu cepat. Ketika itu, banyak yang mendekati Ainun, dari berbagai latar
belakang. Rata-rata berasal dari keluarga yang jauh lebih berada
daripada Habibie. Mereka naik mobil, habibie naik becak. Pemuda asli pare-pare ini
tampil apa adanya. Dan kita sudah lihat, siapa yang pada akhirnya jadi
juara.
Selain itu, pelajaran yang bisa kuambil adalah bahwa Jangan Sekadar Jatuh Cinta Tapi Juga Membangun Cinta. Romantisme-romantisme kecil harus mewarnai kebersamaan setiap harinya khususnya bagi pasutri. Habibie kerap kali mencium kening Ainun dengan
begitu mesra. Saat Ainun cemburu pun, Prof.DR.Ing itu kerap berkata bahwa Ainun tetaplah yang tercantik bagi dirinya. “Ainun, saya tidak bisa menjanjikan kepadamu banyak hal. Seperti
mobil, rumah, dengan segala kehidupan yang (langsung) mapan di Jerman.
Tapi saya janji, akan menjadi suami terbaik untukmu. Mau kah Ainun ikut saya ke Jerman? menemani saya sebagai teman hidup?" Ainun pun menjawab: Rudy, aku pun tak bisa menjanjikan kalau saya selalu jadi istri
yang baik, tapi.. aku berjanji akan menemanimu kemanapun kamu pergi. Subhanallah romantis khan!
Dan poin berikutnya yang bisa diambil hikmah adalah bahwa Mereka Berbeda, Namun Punya Titik Temu. Coba saja lihat Habibie yang jenius namun keras kepala. Meledak-ledak, sanguinis yang romantis dan logis. Pribadi demikian membutuhkan sosok penyeimbang. Itu semua ada di Ainun, yang cerdas, cekatan, perasa perfeksionis, tenang dan sabar. Maka seharusnya begitupula kita, sebagai pasutri harus bisa saling menyeimbangi satu sama lain, saling melengkapi dan mengisi kekurangan..
.
Habibie takkan lengkap tanpa Ainun dan sebaliknya. Mereka berdua hebat sebagai tim. Patner hidup terbaik satu sama lain. Cinta yang menyatukan... dan cinta pula yang memisahkan. Semoga kita sebagai suami ataupun istri bisa menjadi pendamping setia dalam suka duka hingga maut yang memisahkan. aamiin
Posting Komentar