Sebut saja ibu A. Darinya kulihat kekayaan materi yang berlimpah... anak-anak yang berhasil dan sukses secara materi maupun jabatan dan secara prsetise terpandang di masyarakat. Secara ekonomi, bisa dikatakan semua sudah dimilikinya; rumah yang mewah, perabotan yang lux, dekorasi rumah yang elegan dan penampilan diri yang bisa dikatakan oke punya. Namun, dibalik sisi luar biasanya itu... Aku cukup prihatin, karena ditengah kemewahan tersebut, ia sudah menjanda, tinggal jauh dari anak dan cucunya. Yang mengerikannya lagi, rumah mewahnya itu ternyata hanya ditempati olehnya seorang diri, hanya saja kalau malam hari, ada pembantu rumah tangga yang turut menginap bersamanya. Ternyata, dibalik 'wow'nya itu, aku lagi-lagi menundukkan hati dan berkata dalam diri "bersyukurnya aku, hidup seadanya namun dekat dengan keluargaku".
Lain halnya dengan ibu B. Ia juga menyimpan harta yang berlimpah, dalam bentuk emas, berlian dan investasi kontrakkan serta kos-kosan. Meski rumah yang ditempatinya terlihat tidak mewah, namun accessoris yang menghiasinya cukup bernilai pula. Memang ibu B ini masih didampingi sang suami, namun ditengah usianya yang tak lagi muda, ia menghabiskan waktu dengan usaha bisnis yang digelutinya. Hingga mungkin tak sadar bahwa ia semestinya sudah harus banyak beristirahat. Karena kesibukannya yang terkesan "mengejar dunia", padahal ia sudah memiliki segalanya, sandang pangan dan papan tercukupi, anak-anak dan cucunya pun masih lengkap dan sudah jadi 'orang', membuat ia harus menelan pil kecewa berulang kali, karena kesibukannya akan dunianya sendiri membuat ia tidak dekat atau akrab dengan anak serta cucunya. Sehingga, setiap akhir pekan pun anak serta cucunya tak terlihat mengunjungi kediamannya. Ia pun hanya bisa bertemu dengan anak cucu melalui jaringan telepon, berkomunikasi panjang lebar menanyakan kabar namun tak satupun anak maupun cucunya yang 'betah' berlama-lama mengobrol dengannya. Kembali kumerundukkan hati ini sambil mengiba dalam hati, 'Ya Allah... betapa bersyukurnya aku, sekalipun hidupku apa adanya, aku masih bisa berkumpul dengan anggota keluargaku yang masih lengkap'
Sementara ibu C... Ia adalah seorang yang biasa-biasa saja. Menghabiskan waktu dengan berdagang di warung kecilnya. Memiliki anak-anak yang bisa dikatakan belum jadi 'orang', tidak bergelimang harta melainkan gali lubang tutup lubang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dibalik kesederhanaannya ini, sikap royal dan suka memberi ini cukup diacungi jempol, karena kebaikannya yang suka memberi dan tidak bersikap pelit membuat banyak orang senang berhubungan dengannya, termasuk anak-anak serta cucunya. Rumah pribadinya yang biasa dan tidak terlihat istimewa, sering dikunjungi anak dan cucunya, di dalamnya ditemukan kesejukan... Jalinan komunikasi yang baik, keterbukaan dan saling menyayangi membuat ibu C sangat bersyukur, ditengah masa tuanya, ia masih bisa berkumpul dengan keluarganya. Baginya, keluarga adalah harta yang tak ternilai. Ia hanya bisa berdoa, semoga suatu saat nanti, anak-anak serta cucunya bisa menjadi orang yang sukses dan bisa kembali membahagiakannya serta sang suami. Ia yakin, bahwa apa yang ia tanam saat ini akan ia tuai disaat tuanya, harapannya adalah anak dan cucunya akan ikhlas mengurusnya ketika masa tuanya ia sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Dan inilah yang membuatku kembali menundukkan sejenak hatiku sambil lirih berdoa, 'Ya Allah, semoga aku bisa belajar dari keluarga sederhana ibu C. Secukupnya dan seadanya, namun tetap merasa bahagia dan istimewa karena dapat berkumpul dengan keluargaku'.
Sungguh... dari kisah 3 ibu di atas, aku jadi belajar banyak bahwa ketika sudah menjadi orang tua, kita harus bisa membuat anak dan cucu menyayangi kita. Bagaimana caranya? Ya, dengan mendidik serta mengajari mereka bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga, dan orangtua bagaimanapun jua adalah yang paling harus dihormati dan disayangi. Jangan lupa sedari dini untuk bisa menjalin tali silaturahim antara orangtua dan anak, kakak dan adik maupun pada saudara. Agar pada masa tuanya, kita tidak merasa sendiri, sekalipun kemewahan menemani, semua tak berarti karena keluarga yang lebih baik di sisi :)
Posting Komentar