"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Ibarat "bad sector" pada hard disk karena serangan virus, sepertinya hal ini yang tengah terjadi pada salah seorang kerabatku. Seorang istri dan juga seorang ibu, yang seperti pada virus di komputer, dapat menyebabkan tidak bisa berjalan dengan semestinya bahkan bisa rusak.

Mungkin inilah yang dinamakan luka batin. Jika terjadi luka pada tubuh fisik akan segera terlihat jelas gejalanya seperti darah mengucur, bengkak dan rasa sakit sehingga kita dapat segera melakukan tindakan pengobatan dengan memberikan obat luka, antibiotik dsb. Tetapi  apabila terjadi luka di dalam batin yang tidak terlihat dan kemudian  diabaikan akan  terjadi mekanisme pertahanan diri dari batin bawah sadar dengan segera menutup rapat memori trauma  tersebut.

Inilah yang kulihat pada kerabatku, dia memiliki tekanan batin dalam kehidupan berkeluarganya yang masih tinggal menumpang dengan mertua. Sudah tidak dipungkiri lagi, bahwa menantu dan mertua terkadang tidak memiliki ke-klop-an dalam kesehariannya. Sebut saja kerabatku itu “mbak A”. Ya, semenjak mbak A tinggal di rumah mertua, hidupnya mengalami luka yang tak henti-henti. Menurut pengakuannya, ia sudah tidak betah tinggal di rumah mertua dikarenakan setiap mau makan dikomentarin, mau melakukan hal lain pun dikomentarin. Ada saja hal-hal yang memicu komentar dari sang mertua, padahal semestinya hal demikian tidak perlu.

Pasca melahirkan anak pertamanya, kulihat berat badannya semakin menurun, apatah lagi kegagalannya dalam memberikan ASI yang tidak keluar sehingga mau tidak mau ia harus menggantinya dengan memberi makanan bergizi alias Homemade Healthy Baby Food. Inilah yang membuat hari demi harinya melelahkan. Karena putranya tidak diberi ASI, si mbak A harus siap begadang terus ketika anaknya rewel tidak karuan karena tidak enak badan. Sudah berbagai macam penyakit menyerang sang anak. Dari batuk pilek, radang tenggorokan, kulit alergi sampai pada infeksi saluran kencingnya sehingga sang bayinya harus dikhitan sejak bayi. Prihatin rasanya.. melihat kondisi sang anak. Dan itu pula yang membuat mbak A letih berkepanjangan ketika harus siaga 24 jam, mengerahkan tenaga, harta dan segala macam usahanya demi sang anak tumbuh sehat.

Tapi nyatanya, yang membuat mbak A terlihat semakin kurus, bukan hanya itu saja melainkan... ketidaknyamanan menempati rumah sang mertua. Hal ini yang memicu tumbuhnya rasa trauma berupa penyakit mental seperti perasan marahnya yang muncul tanpa sebab, dan gangguan kecemasan. Inilah yang terjadi ketika kulihat ia selalu merasa sedih, muram, mudah menangis tanpa sebab serta bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya ketika kutemui ia di rumahnya.

Tak banyak yang bisa kuperbuat, selain aku mencoba memotivasinya melalui pesan singkat atau ketika kami bertemu sore hari saat mengajak anak-anak kami bermain. Kuselipkan kalimat penyemangat dan kesabaran agar ia mampu menjadi istri serta ibu yang kuat, tegar dalam menjalani kehidupan, sekalipun luka batin dalam hidupnya tak bisa dihindari. Semoga Allah senantiasa menjaganya..