"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Mungkin ini untuk yang kesekian kali, bukan baru sekali. Lagi-lagi terulang semua yang tak diinginkan.. apa yang dicemaskan dan dikhawatirkan semuanya menjadi kenyataan.

Dulu.. aku sangat suka menghadiri sebuah pesta pernikahan, baik yang di gedung maupun di rumahan. Tapi rasanya untuk saat ini dan ke depannya nanti, rasa 'suka' itu akan sirna.

Bukan tanpa alasan... setiap kali aku pergi bersamanya menghadiri pesta pernikahan, selalu saja pulangnya membawa tetes air mata. Ketika pertama kalinya aku pergi ke pesta, ia tidak menggandengku seperti layaknya pasangan sah. Ia mencari-cari makanan kesukaannya seorang diri, tanpa perduli bahwa saat itu aku seorang diri. Padahal itu adalah pesta temannya, dan ia lupa bahwa aku ingin ditemani olehnya, ia malah asik ngobrol ngalur ngidul dengan teman-temannya yang lain, dan (lagi) terlupa aku yang seorang diri.

Ini tak hanya sekali, di pesta-pesta pernikahan lainnya juga begitu. Dengan mudah ia berjalan cepat menuju pelaminan untuk bersalaman, dan lupa mengajak aku. Sungguh konyol..... akhirnya aku lebih memilih menikmati kue-kue yang masih bersisa di pesta tersebut tanpa ikut dengannya ke pelaminan.

Yang tak kalah mengecewakannya.... saat aku bersamanya menghadiri sebuah pesta pernikahan di gedung. Ini adalah momen besar pernikahan anaknya bos pasanganku. Gegap gempita suasana gedung, meriah dan ramainya gak karuan. Semuanya masih berjalan baik sampai pada waktunya ketika MC menyebutkan untuk foto bareng instansi tempat pasanganku bekerja, ia mengajakku untuk ikut berfoto dengannya dan teman-temannya. Lalu berjalanlah kami menaiki tangga pelaminan. Seketika aku mengambil posisi keenam dari sisi sang pengantin pria, nah bukannya pasanganku berada di sampingku... tiba-tiba ia berjalan ke posisi ketiga dari sisi sang pengantin wanita. Pada saat itu mungkin aku tak masalah, karena tahu bahwa di deretan posisiku sudah terisi penuh, gak seimbang dong kalau di sebelah pengantin wanitanya tidak terisi? Namun, yang mengejutkan, ketika aku tahu siapa yang berada di sebelah pasanganku... ternyata ia adalah teman pasanganku yang masih single, dan kalau aku nilai tentu ia cantik. Maka, pertanyaanku saat itu adalah, apakah niatan pasanganku berada di sisi pengantin wanita karena di sebelahku sudah tak cukup? (ahh tapi, tidak.. wong ternyata setelah pasanganku berjalan ke sisi pengantin wanita, masih ada 2 orang yang bisa berada di sebelahku) ataukah ia cukup senang berfoto dengan disamping wanita lain yang bukan pasangannya? Sementara aku??? Lantas mengapa juga aku ikut berfoto jika tak didampingi oleh pasanganku, padahal itu adalah momen berfoto bersama teman-teman kerja pasanganku... dan aku saat itu hanya dilihat dan dilirik oleh wanita lain yang mungkin bertanya-tanya "siapa ya wanita ini, kok ikut berfoto dengan kami?". Masya Allah, lagi-lagi meleleh air mataku... meski hanya durasi 5 menit, berfoto saat itu memberi bekas sakit yang terdalam... meski mungkin pasanganku tak bermaksud apa-apa, tapi ini cukup membuat luka yang terdalam akibat sikap cueknya dan tidak pedulinya ia terhadap perasaan pasangan. Mungkin ini sepele, tapi foto itu sudah tentu akan menjadi album pernikahan bagi kedua pengantin tersebut, lalu ketika dilihat oleh teman-teman pasanganku nanti, apa pantas sang suami foto disamping wanita lain, sementara istrinya tak disebelahnya... Sungguh, aku malu dan kecewa tentu.

Hingga usai kejadian itu, aku lebih memilih diam... Mungkin kekecewaan ini sudah tak terhingga, dan mungkin baginya ini adalah sangat sepele, tapi wanita dengan perasaannya yang ingin dimengerti, wanita yang dengan perasaannya ingin dipahami.. tak ingin ia disakiti, meski bukan dengan luka fisik, tapi sejatinya aku sudah mengalami luka batin yang tak terperi. Hingga habis sudah kata-kata ini... kusimpan lukaku hanya dalam hati, dan membiarkan ia kini menyadari, akan sikapnya yang sering mengecewakan nurani..

Pengalaman ini... membuat hatiku yang utuh, menjadi serpihan kembali. seperbagian kian terkikis, dan entah sampai kapan ini kan habis..... semoga ada perubahan dalam sikap pasanganku.

*****************
curahan hati seorang istri