"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Alhamdulillaahirabbil'alaamin... Puji syukur pada Allah SWT yang karenaNya, pada hari kelima pasca melahirkan, aku masih dikaruniakan kesehatan serta kelapangan sehingga bisa kembali di dunia tulis menulis seperti saat ini :)

Hmm... Di hari kelima ini setelah masa-masa sulit terlalui ingin rasanya berbagi kisah pada teman-teman pembaca semuanya mengenai perjalanan atau proses dimana kini aku sudah mendapatkan status baru yakni menjadi seorang ibu. Hanya sekadar berbagi pengalaman... semoga memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya :)

Diawali dari usia kehamilanku yang terus bertambah... Namun rasanya belum ada tanda-tanda proses kelahiran itu muncul. Berdasarkan diagnosa dokter obgyn, HPL ku adalah 19 Agustus 2012. Betapa terkejutnya... sebab setahu aku tanggal 19 itu adalah Hari Raya Idul Fitri 1433 H.

Maka, semakin khawatir dan terus bertambah khawatir terlebih... ini adalah kehamilan pertama buatku, banyak kecemasan yang menghampiri seperti bagaimana kalau aku benar-benar lahir pas lebaran? apakah ada dokter atau bidan yang bisa menangani proses kelahiran anakku? lalu seperti apa sakitnya melahirkan? apakah pasca melahirkan aku masih bernyawa atau bagaimana dengan kondisi anakku kelak? Ya. Semuanya menghinggapi benak pikiranku.

Lantas... aku mencoba tetap menikmati Ramadhan dengan mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk tetap shaum. Alhasil, alhamdulillaah karena keyakinan yang mantap, aku berhasil melalui hari-hari Ramadhan dengan bershaum dan mengkhatamkan Al-Quran meski hanya 1 kali.

Kemudian... tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2012, rasa mules-mules itu mulai muncul ke permukaan. Masya Allah, begini tho merasakan gelombang rahim dengan atas nama cinta. Perut seakan diubek-ubek tiap 5 menit sekali. Aku tetap terus mencoba menikmati sembari mengajak komunikasi dengan janinku; "nak, kalau sudah mau keluar kabari ummi ya biar ummi bisa siap-siap menyambutmu" seperti kalimat itulah yang terus ku dialogkan dengan sang janin.

Maka, pada tanggal 16 Agustus 2012 tersebut, aku tak kuat dan tahan lagi... Akhirnya aku membatalkan puasaku dan membicarakan tanda-tanda kelahiran pada keluargaku yang sepertinya sudah muncul. Lantas, keluargaku memutuskan untuk ifthar jama'i di luar rumah dan memilih tempat berbuka di sekitar Rumah Sakit yang sekiranya menjadi pilihan tempat lahiranku kelak karena khawatir aku akan melahirkan saat itu.

Namun ternyata setelah berbuka puasa, tanda-tanda kelahiran itu hilang. Ya, mules-mulesku sudah berkurang... dan akhirnya kami sekeluarga kembali pulang ke rumah dengan tenang..

Pada tanggal 17 Agustus 2012 nya... kejadian serupa terjadi. Mules-mulesku semakin intens saja... Rasanya seperti sudah ada yang menekan ke bawah perut untuk keluar.  Ya, seperti ingin buang air besar namun tidak bisa. Dan aku pun membatalkan puasa karena kondisi yang tak memungkinkan. Namun, keluargaku tetap mengajak untuk berbuka puasa di tempat kemarin dekat Rumah Sakit sebagai jaga-jaga kalau memang saat itu sudah waktunya aku melahirkan.

Nihil... sekitar pukul 22.00, kami kembali pulang ke rumah... namun, ternyata saat perjalanan pulang, mules-mulesku bertambah parah, keringat dingin mengucur dengan deras dan seperti rasanya mau dicabut nyawa, aku pasrah sejadi-jadinya sambil terus beristighfar semoga aku bisa melewati semuanya.  Keluargaku mengajakku pergi ke bidan untuk mengecek kondisi apakah memang sudah mulai ada pembukaan? Dan pada saat di bidan, dilakukan pengecekan dalam kemudian diberitahukan hasilnya bahwa aku sudah pembukaan 4. Betapa terkejutnya... pantas saja mules-mulesku sudah gak karuan. Lalu bidan bertanya apakah mau lahiran di rumah bidan atau di rumah sakit. Ibuku memutuskan untuk lahiran di rumah sakit saja. Maka, kami kembali pulang dan berjaga-jaga bahwa tengah malam prediksinya akan melahirkan.

Sesampainya di rumah, kecemasanku bertambah... rasa mulesku makin menjadi-jadi setiap semenit sekali. Ya Robb, sakit sungguh sakit... kala itu aku mengatasi rasa mulesku dengan menggoyangkan pinggul membentuk angka 8. Kulakukan itu tengah malam sekitar pukul 24.00 meski badan rasanya sudah remuk dan mata terkantuk-kantuk, aku mencoba menahan rasa mulesku yang semakin intens terjadi tiap detiknya. Sampai pada akhirnya pukul 01.30 dini hari pada tanggal 18 Agustus 2012 aku langsung dilarikan ke Rumah Sakit karena rasa-rasanya tanda kelahiran itu telah muncul dengan sempurna.

Sesampainya di Rumah Sakit, aku dibaringkan dan diinfus karena kondisi tubuhku yang sudah letih dan kurang beristirahat sehingga supply makanan harus dialirkan melalui infusan. Sembari menyiapkan segala macam perlengkapan untuk proses melahirkan tersebut, aku hanya bisa menatap ruang bersalin yang dipenuhi dengan peralatan medis. Maka, semakin khawatirnya aku... dan membuat tekanan darahku meninggi menjadi 150/90. Sudah tentu, aku diberikan obat penurun tekanan darah agar kembali normal.

Waktu terus bergulir... pada pukul 02.00 perutku seakan dicabik-cabik, janinku semakin berputar-putar untuk mencari jalan lahirnya. Sembari terus menyebut asma Allah, aku mencengkeram tangan ibuku yang selalu berada di sisi, dan beliau tak henti-hentinya mendoakan aku sambil terus berkata; "sudah dimaafkan mbak semua kesalahanmu, yang tenang ya insya Allah semuanya akan dimudahkan". Turunlah deras air mata ini, aku mengingat semua dosa-dosaku terutama terhadap kedua orang tuaku. Rasanya aku seperti sakaratul maut, dan kalaupun saat itu aku harus dipanggil oleh Allah SWT, sudah kupasrahkan kehendakNya.

Kemudian aku terus menikmati gelombang cinta tersebut sambil terus dzikrullah dan pada akhirnya sekitar pukul 04.25, proses itu dimulai... aku diminta untuk mengejan dengan nafas panjang dan menekannya ke arah *maaf* pantat agar janinnya bisa menemukan jalan lahir. Namun, karena kondisiku yang sudah letih, tidak bisa tidur dan belum makan aku tak kuat mengejan keras sehingga harus dibantu oleh asisten bidan yang mendorong perutku. Aku mulai atur nafas dan mengikuti ritme sang janin yang sudah tak sabar keluar dari rahimku. Kubayangkan masa-masa indah kelak aku menimang bayi dan akan merasakan betapa sempurnanya aku akan menjadi seorang ibu.

Motivasi terus digalakkan... bidan terus berusaha memintaku untuk terus mengejan dan jangan menutup mata... sambil terus ber-yel-yel; "Ayo ibu... pasti ibu bisaaaaa. Janinnya sudah nongol tuh, duh gantengnyaaa." Hingga akhirnya proses itu usai yang ditandai dengan jeritan tangis seorang bayi laki-laki yang keluar dari rahimku. Subhanallah walhamdulillaaah... tepat pada tanggal 18 Agustus 2012 pukul 04.40 dini hari lahirlah seorang penerus risalah Islam dan (Insya Allah) penghafal Quran, yang diberi nama Rayyan Syafiq Ayatullah dengan berat badan 3,25 kg dan panjang badan 49 cm.

Belum selesai sampai disitu... rona kebahagiaan bercampur aduk dengan rasa sakit pasca mengeluarkan Rayyan ke dunia ini... ternyata ada banyak luka robekan yang harus dijahit karena proses kelahiran tersebut. Satu persatu diteliti dan dilakukan pengecekan dalam sehingga harus dijahit sana-sini dan sakitnya menurutku melebihi sakit melahirkan.

Barulah setelah dijahit luka-luka robekan itu... aku bisa tenang dan tersenyum indah melihat kehadiran putra pertamaku yang telah menumpang di rahimku hampir 10 bulan lamanya. Subhanallah, ternyata aku masih sehat dan anakku tak kurang sesuatu apapun juga. Ia terlahir normal dan sempurna anggota tubuhnya. Betapa bahagianya aku, dan merasakan betapa perjuangan seorang ibu luar biasa. Ia berjihad dalam melahirkan kita ke dunia ini. Maka, seandainya ibu kita masih hidup, persembahkanlah bakti yang terbaik untuknya.
Dan seperti inilah kisah kelahiran putra pertamaku... Kusadari sakitnya memang aduhai namun rasanya semua tergantikan dengan kehadiran anggota baru di keluarga kecil kami. Puji syukur walhamdulillaaah :)