Bagi siapapun yang telah berumah tangga sudah semestinya mengetahui bahwa rumah tangga dapat dikatakan sebagai organisasi terkecil. Dalam rumah tangga, seorang suami mempunyai kedudukan sebagai qawwam (pemimpin). Dialah yang memegang kendali semua fungsi manajemen dalam
rumah tangganya. Seberapa tinggi tingkat produktivitas orang-orang yang
dipimpinnya (istri dan anak-anak) tergantung dari seberapa giat seorang
suami dalam memotivasi mereka.
Motivasi
utama setiap muslim adalah bekerja untuk mencari ridha Allah SWT.
Termasuk di dalamnya kerja dalam sebuah rumah tangga Islam. Kerja suami
untuk mencari nafkah adalah sarana baginya untuk mencapai ridha Allah.
Demikian pula kerja istri di rumah dalam membina rumah tangga dan
mendidik anak-anak. Semuanya itu tidak lain adalah sarana bagi seorang
istri untuk mencapai ridha Allah.
Namun
tidak jarang terjadi, bahwa kelelahan fisik dalam melakukan tugas rumah
tangga, menurunnya kondisi iman dapat membuat seorang istri lupa akan
komitmennya semula, mencari ridha Allah. Disinilah peran suami bisa diharapkan peka dalam mengatasi kesenjangan komitmen tersebut.
Allah telah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ..." (QS. at-Tahriim: 6).
Dalam hal ini, keterbukaan
antara suami dan istri adalah hal yang sangat penting. Dengan
keterbukaan, berbagai masalah yang ada dapat dideteksi secara dini.
Salah satunya yaitu dengan membicarakan masalah yang tengah dirasakan
masing-masing. Hal yang dapat dilakukan suami dalam mengembalikan
motivasi istrinya antara lain menasihatinya dengan kata-kata yang
lembut, mengingatkannya dengan ayat-ayat Allah dan Sunnah Rasulullah.
Selain itu, suami juga diharapkan menyempatkan waktu untuk mendengarkan
keluhan istri serta masalahnya, bahkan jika mungkin membantu
meringankan pekerjaannya, atau minimal tidak menambah beban kerjanya. Seperti misalnya pembagian tugas antara aku dan suami, aku yang mencuci pakaian sedangkan suami yang menjemurnya. Atau aku yang mencuci piring pada pagi hari dan suami pada malamnya selepas pulang kerja. Begitulah kerja sama bahu membahu antara suami istri.
Jangan lupa pula bahwa dalam berumah tangga, penguatan positif atau reinforcement adalah salah satu cara memotivasi yang penting, tapi sering terlupakan. Inti dari reinforcement ini adalah penghargaan terhadap hasil kerja.
Seperti halnya Rasulullah yang selalu
memberikan berita gembira sebagai penguatan positif dengan ayat-ayat
Allah. Salah satu contoh berita gembira dalam al-Quran adalah firman
Allah, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan." (QS. an-Nahl: 97).
Ungkapan rasa terima kasih atas pelayanan istri, hadiah kecil yang bermanfaat adalah contoh reinforcement
suami untuk istrinya. Pada intinya, sang suami meyakinkan istrinya,
bahwa apa yang dikerjakannya di rumah adalah sangat membantu kerjanya
dan bukanlah sesuatu yang sia-sia, tetapi ada balasan yang lebih baik
dari Allah kelak. Rasulullah saw sendiri memberi contoh bagaimana beliau
memuji istrinya Khadijjah ra atas dukungannya terhadap Rasulullah.
So, setiap kondisi hati sangat menentukan
hasil kerja. Suami sebagai manajer rumah tangga Islam diharapkan mampu
memantau kondisi hati istri yang akan menentukan kualitas kerjanya.
Kasih sayang dan kebijaksanaan suami adalah sentuhan yang dapat
mengantarkan seorang istri untuk memberikan yang terbaik bagi
keluarganya. Dan itu berarti prestasi suami sebagai penjaga keluarga
dari api neraka akan dicatat dengan Allah dengan balasan yang indah. Insya Allah :)
Posting Komentar