Aku bangga padanya... atas baktinya pada kedua orang tua. Ia bukanlah anak satu-satunya, posisinya adalah anak tengah atau kedua dari tiga bersaudara. Sementara sang kakak sudah meninggalkan rumah karena telah berkeluarga dan sang adik yang pergi mengembara tinggal di pegunungan, maka tampilah dia seorang yang selalu setia menuruti perintah kedua orang tuanya.
Usia sang orang tua memang sudah tidak muda lagi. Mereka mendiami rumah petak dengan luas yang cukup besar. Dan kehadiran kami mungkin bisa menambah keramaian bagi rumah tersebut. Namun nyatanya tak lah begitu. Rumah itu tetap sepi, hening dan damai sekalipun kami berada disana. Kukira aku mampu mengubah suasana isi rumah namun nihil, tak kuasa aku.
Sementara aku yang masih berusia dua puluh tahunan... masih senang pergi wara-wiri kesana kemari. Mencari hiburan, mendapatkan kesenangan, menemukan suasana keramaian, dan mungkin itu yang tak kudapat selama tinggal disana. Hiburanku ya... hanya ketika bersama dia, saja.
Memutuskan kembali ke rumah orang tuaku, berharap menemukan sosok 'aku' yang dahulu... terlebih ditengah kehamilanku yang makin besar, aku butuh tempat dan teman yang 'klik' denganku, dan kurasa aku mendapatkannya ketika aku berkumpul bersama keluarga lamaku.
Ya, pada akhirnya dialah yang setia mengantarku setiap kerinduan itu menyergap, utamanya setiap akhir pekan. Sementara mereka berdua, sosok yang tak lagi muda ditinggalnya. Bukan tanpa sedih dan air mata, tapi rasanya hal itu sudah biasa dan mereka menganggap bahwa keadaan kembali seperti semula seperti dahulu aku belum hadir disana.
Lagi-lagi dialah yang terus mengontrol keadaan kedua orang tuanya. Mengantarnya pergi berobat, membantu mengetik pekerjaan sang bapak, membantu membereskan barang-barang seisi rumah dan pekerjaan lainnya. Semua tak dikeluhkannya meski setiap malam ia harus kembali menemuiku di rumah orang tuaku, hanya untuk istrirahat malam bersama sang istri.
Dan itulah baktinya... Inilah yang kunamakan 'cinta'. Seperti ketika kehadiranku di rumah kedua orang tuaku, tentu harus bisa mengurangi beban pekerjaan rumah tangga. Kehadiranku janganlah justru sampai menjadi beban, melainkan aku ingin bisa baktiku sempurna... Seperti usaha yang selalu dia kerahkan demi kedua orang tuanya dengan tak mengabaikan perhatiannya juga pada sang istri dan calon anaknya.
Dialah suamiku... Sosok pejuang tangguh tersebut. Yang tak mengenal kata lelah jika dihubungkan dengan urusan 'dakwah', 'kedua orang tua', 'nafkah' dan 'keluarga'. Empat alasan tersebut yang membuat fisiknya selalu energik dalam menjalani kehidupan. Dan aku yakin, itu mengapa Allah selalu menjaganya, tanpa perlu penjagaan dariku. Karena doa yang kupanjatkan selalu padanya, agar dia dikaruniakan selalu kesehatan dan kelapangan dalam menjalani setiap rutinitasnya.
Dialah suamiku... cinta yang menginspirasiku :)
saya follow, dan tinggalkan jejak
pleas follow back
http://penyuluhpi.blogspot.com//