"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sebut saja namanya Wina... Ia adalah salah seorang temanku yang sudah berkeluarga dan akan segera memiliki anak. Ya... di tengah kehamilannya, ada saja, masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Salah satunya ceritanya begini...

Suatu hari... ia ditanya oleh sang suami; "Bun, bolehkah ayah beli Blackberry (BB)? Soalnya teman kerja ayah, teman bisnis, teman pengajian, semuanya menggunakan hape itu" tukasnya. Sang istri terkejut, karena ternyata sang suami ikut terbawa arus modernisasi pula yang sedang mencari mangsa untuk dapat menikmati kecanggihan teknologi macam itu. Lalu, sang istri berkata; "Yah, teman-teman bunda juga banyak yang menggunakan BB tapi kok ya bunda fine-fine aja ya... Gak terpengaruh untuk ikut-ikutan tuh!" ucapnya tegas. Lantas sang suami menimpali; "Yah bun... BB itu penting bagi ayah karena untuk memperluas jaringan dan komunikasi jadi lebih mudah. Atau gini aja, BB lama ayah kan masih ada, tinggal beli baterainya aja ya biar bisa dipake lagi itu hape jadi kan gak perlu beli BB baru". Akhirnya sang istri menuruti karena sudah tidak bisa memberi alasan lagi untuk dapat melarang suaminya menggunakan BB; "Ya sudah yah, beli baterai baru aja ya. Biar yang lama bisa kepake" imbuh sang istri.

Begitulah... fenomena BB saat ini yang sangat menjamur. Larangan sang istri bukan tanpa alasan. Melainkan karena keluarga tersebut sedang "mengencangkan ikat pinggang" demi membeli rumah impian. Maka sudah sewajarnya sang istri tidak menyetujui sang suami beli BB karena tentu akan mengeluarkan kocek yang tak sedikit. Selain itu sang istri sudah khawatir terlebih dahulu kalau-kalau fitur yang dinamakan Blackberry Messenger itu akan membuat suaminya keasyikan dalam menggunakannya sehingga lupa terhadap yang lain termasuk sang istri.


Dan... memang aku pun menyetujui sikap sang istri tersebut. Kecanggihan teknologi memang sering disalah gunakan. Terlebih bisa menjadi jalan 'perselingkuhan'. Itu yang rata-rata aku temui, hampir keluhannya sama; pasangannya terbuai dengan BBM-an sehingga "lupa" pada yang lain.


Melanjutkan cerita di atas, akhirnya suaminya Wina membeli baterai baru dan siap menggunakan BBnya untuk berkomunikasi dan menjaring teman. Alangkah terkejut tatkala sang suami menyebarkan pin BBnya melalui akun Facebook, dan meminta pada siapapun yang membaca status FBnya untuk segera meng-add. Entah mengapa sejak saat itu, Wina sungguh kecewa berat. Ia merasa sang suami sedang menawarkan diri berteman dengan siapapun secara 'pribadi'. Ya karena BBM-an itu seperti chatting, yang akan membuat terbuai berkomunikasi dengan lawan bicara melalui pesan-pesan singkat beruntun.


Alhasil, Wina hanya menyimpan kekecewaan tersebut dalam hatinya. Ia belum bisa menegur suaminya selama tidak ada tanda-tanda dari sikap sang suami yang mencurigakan. Kemudian esok harinya, ia mendengar dering BB suaminya berbunyi, dengan langsung ia ambil BB suaminya tersebut dan mengaktifkan tombol terkuncinya sambil melihat ke layar hape bahwa ada beberapa orang yang meng-add BBM-nya. Dan yang membuat Wina sedih lagi, hampir yang meng-add suaminya tersebut adalah kaum wanita. Dari namanya "Indah nian", "Rosma-ajah" dan nama- nama wanita lainnya. Kecemburuan Wina pun memuncak... Namun ia tetap belum berani menegur suaminya sampai ia benar-benar melihat suaminya kecanduan BBM-an.


Hari terus berlalu... Sang suami asyik ketawa-ketiwi sambil memegang hapenya dan menatap tajam layar hapenya tersebut. Entah apa yang sedang dilakukan sang suami, Wina hanya bisa menyimpan kesedihan bahwa sang suami membagi cintanya pada hape yang bernama Blackberry.


Rasanya Wina sudah hilang kesabaran, maka sang suaminya pun ditegur kala perhatian sang suami telah terbagi dengan hape BBnya tersebut'; "Yah, bunda ga suka kalau tiap hari, tiap jam bahkan hampir tiap menit ayah selalu mantengin itu hape. Sampai-sampai ayah keasyikan sendiri dan lupa diri sama bunda. Bunda lagi sakit batuk flu pun, ayah masih asyik BBM-an dengan entah siapa, gak jelas" keluhnya. Sang suami tersenyum simpul sambil berkata; "Bun, ini ayah lagi baca isi BBM-an dari teman-teman ayah yang termasuk dalam grup SMA, isinya lucu-lucu jadinya ayah ketawa-ketiwi deh. Tapi ini sungguhan lho bun, ayah gak BBM-an sama wanita lain yang gak dikenal, palingan hanya si Mita teman SMA, Ayu teman sekantor, Riska, teman seorganisasi dulu, Tia teman bisnis di Pelita jaya dan bla,, bla.. bla.." sang suami panjang lebar menjelaskan. Lagi-lagi Wina hanya bisa menunduk pasrah, bahkan sang suami pun tidak sadar bahwa ia memang tidak BBM-an dengan wanita lain yang tak dikenalnya, namun justru ia dengan leluasa BBM-an dengan teman-teman wanitanya dulu di tempat kerja, teman seorganisasi, teman bisnis dan lain-lain. Prihatin.


Fenomena ini... ahh sungguh. Kalau kita menuruti apa yang menjadi modernisasi saat ini, tentu kita akan mendapatkan penyesalan di belakangnya. Seperti dari kisah Wina di atas. Kau tahu, apa akhir dari ceritanya tersebut? Wina mengalami stress berat sehingga membuat kandungannya keguguran dan siapa lagi yang paling menyesal kalau tidak suaminya??? Sudah kehilangan rasa cinta dari sang istri dan tentu kehilangan selamanya sang calon buah hati.


Maka... jangan tunggu sebelum penyesalan itu tak akan berarti apa-apa. Bagi para pasangan, hendaknya lebih asyik "BBM"-an (Bincang Bincang Mesra) dengan pasangan kita yang sudah halal dan selayaknya kita jaga perasaan pasangan kita agar jangan sampai biduk rumah tangga yang telah dibangun bersama, akhirnya berakhir dengan sia-sia.