Sejenak memandang langit-langit
putih, dan tergambar seorang wanita biasa. Dengan perut besar, nafas lebih
pendek, keringat bervolume lebih dari yang biasa, hidung memanjang ke tempat
yang jauh dan memporakporandakan asam lambung, demi masa tiga perempat tahun kehidupan.
Tidak nyaman mungkin, tapi itulah kodrat dan ternyata mampu membahagiakan
dunia.
Nampak keringat yang membanjir,
sayatan, tarikan, hentakan nafas dan kehidupan kecil lain tengah mengisi dunia.
Sakit memang, tapi itu kodrat dan nyata demi membahagiakan dunia.
Membayangkan, tengah malam membuka
mata yang sebenarnya sudah ingin terpejam, menyusui, mengganti popok ….
tanggung jawab demi kelangsungan hidup manusia kecil. Dan ayam sudah datang
menjemput kepala mentari. Wanita, bersahabat dengan air, api, beras gandum
aneka rempah, …bakti dan cinta kepada tulang rusuk dimana tempatnya bernaung.
Kepada kehidupan kecil yang dia tetaskan. Lelah, dan tanggung jawab bahu
membahu -sekali lagi... demi sebuah kehidupan baru.
Dunia menua, menyisakan debu kerikil
bahkan berlian pada kulit bumi dengan porsi berbeda bagi tiap manusia di
dalamnya. Wanita, dengan kedua tangannya menerima semua bentuk putaran dunia.
Api, maka perih dia rasakan. Jarum, maka berdarahlah jemarinya meremas.
Berlian, berkilau genggamannya namun terkadang dibaliknya tersimpan pisau
menyayat kanan kiri.
Mulutnya seringkali salah mengucap
ketika terbuka, dan menghempaskan perempuan dalam sepi. Diam pun, lalu dia
saksikan dunia berputar oleng dan membuatnya turut jatuh tersungkur. Maka semua
menjadi kekeliruannya.
Melangkah jauh menjangkau sinar dalam
putaran yang cepat, membuatnya tak dapat menjangkau manusia tetasannya dan
melemparkan mereka di sudut cela tempat segala cerca mendarat. Duduk pun,
seringkali menjadi andil olengnya kapal yang dia tumpangi. Maka semua menjadi
kekeliruannya.
Cinta yang terlalu besar diberikan
pada manusia tetasannya, juga tak selalu berbuah cantik. Dan tiba-tiba dunia
memiliki banyak jari telunjuk mengacung menuju padanya. Maka semua menjadi
kekeliruannya.
Hasratnya, untuk menjadi indah
mungkin melemparkan tulang rusuknya pada sudut kelam. Dan tiba-tiba dunia
memiliki banyak bibir berteriak di telinganya. Maka semua menjadi
kekeliruannya.
Hanya ada langkah kecil, sedikit
suara, rengkuhan pendek, hasrat sederhana dan hati yang luas bagi seorang
wanita. Maka disitulah segala rasa tertampung menyesaki dan menusuk-nusuk dari
sisi-sisi tajamnya. Sakit adalah bagian yang terbesar menyelimuti, dari
semua rasa yang ada.
Tetapi, dari itu semua ………. senyum
wanita dapat menyembuhkan. Tidak untukmu, tapi untuk dunia. Sakitmu
mendewasakan. Itu yang terbaik. Terimalah ………. dan tetap tak takut melangkah,
bersuara dan merengkuh dalam jangkauan akal sehat kepala kecilmu.
Wanita... Dengan sejuta rasa sakit
yang mengiringinya. Di tengah kekuasaan matahari, dunia berputar cepat dan
wanita ikut terseret dalam putaran, dengan sedikit kesempatan mendatangkan
mimpi malam yang tertunda.
Wanita... dan kini kodratku
meng'iya'kannya. Maka aku bangga dan tetap setia dengan akal sehat dan fitrahku
adanya, karena aku adalah wanita... dengan sejuta sakit yang mengiringinya.
 |
| Tetap bersyukur atas kodrat sebagai wanita |
Posting Komentar