"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut


"Terimakasih atas segala apa yang kau berikan padaku, selama hampir 3 minggu ini. Semoga Alloh memberikan rahmat dan ridhaNya selalu padamu, dengan segenap ragaku, sepanjang jantungku masih berdetak, maka aku akan tetap mencintaimu."

Seringnya air mataku berlinang bila mengingat dirimu yang bersusah payah mencari nafkah lahir dan bathin untuk menghidupi. Terkadang dirimu sendiri tidak kau pikirkan, rapikah dandanan bajumu, tersisirkah rambutmu, mengkilatkah sepatumu, semua tidak kau pikirkan kalau tidak kuingatkan padamu, karena pikiranmu cuma satu, mencari nafkah untuk bisa memenuhi kebutuhan. Selama kita menikah, dirimu cukup tergantung akan perhatianku pada makan, minum, dan pakaianmu. Kau benar-benar seorang suami yang manja, dan sangat aku menyukai kemanjaanmu itu.

Semburat wajahmu yang letih tetap memancarkan keikhlasan, tanpa sedikitpun rasa mengeluh dan lelah kau perlihatkan padaku. Sementara aku yang hampir sering letih mengeluh atas kesulitan mengurus rumah tangga. Tidak sepantasnya aku selalu saja menuntut minta ini, minta itu, beli ini beli itu, antarkan ini, antarkan itu, padahal seharusnya semua itu mampu aku kerjakan sendiri, karena aku harus menyadari, bahwa waktu sangat berharga bagimu, semenit itu bisa jadi uang untuk menafkahi kami, dan juga dirimu butuh istirahat.

"Kesederhanaan itu adalah sumber dari keberhasilan seseorang."

Sederhana dalam artian hemat bukan berarti pelit, karena Alloh paling tidak suka pada orang yang sombong lagi pelit. Seperti sederhananya cintaku yang sulit teraplikasikan lewat perbuatan, aku hanya mungkin bisa berkata-kata lewat indahnya tulisan tapi kau perlu tahu bahwa aku tetap mencintaimu dengan sepenuh hati setulus jiwa.

Aku tahu, betapa banyaknya para lelaki yang hancur karena ulah perempuan, tetapi sebanyak itu pula para lelaki yang maju karena ada perempuan baik yang mendampinginya. Masih lekat dengan sebuah kata: "Perempuan itu adalah tiang negara, bila baik perempuan di negara itu, maka baiklah negerinya, bila buruk perempuan di tempat itu, maka buruklah tempat tersebut." Begitulah betapa pentingnya peran seorang perempuan yang berhati mulia, berkata santun, cerdas, dan memiliki sense of crisis yang cukup tinggi atas kehidupan manusia lainnya, tidak merasakan dunia ini hanyalah miliknya sendiri, dan hidupnya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak akan pernah tenang dan tentram hatinya kecuali segalanya ia miliki sendiri. Meski di usia pernikahan kita yang belum lama, tak boleh aku kurang sadar, dan merasa dunia ini hanya selebar daun talas, hidup hanya milik berdua bersama suami saja. Jangan sampai seperti katak di bawah tempurung yang hanya tahu dirinya saja. Betapa para shahabiyah mencontohkan hidup dalam lingkungan yang luas, hidup mereka bebas, tetapi terikat. Bebas menyalurkan ilmu-ilmu mereka, bebas bekerja membantu mencari nafkah suami, namun terikat dan terbatas sesuai dengan naluri kewanitaannya. Aku malu, belum bisa mencontoh shahabiyah seperti itu.



Suamiku, seperti saat 5 hari ini dengan ayunan langkahmu meninggalkan tapaksuci rumah untuk mencari nafkah, aku selalu mendo'akan agar dirimu sehat dan selamat dimanapun berada. Aku selalu berusaha menahan diri agar tidak menuntutmu sepulang pergi mencari nafkah untuk minta dibelikan atau bawakan ini dan itu, walaupun itu kau tawarkan pada diriku. Yang aku inginkan adalah keselamatanmu, karena keselamatanmu jauh lebih berharga dari harta yang melimpah. Aku pun tak ingin membiasakan diriku menjadi tangan yang selalu di bawah, selalu meminta, karena pendidikan itu justru dimulai dari rumah kita, agar kelak anak-anak kita pun tumbuh menjadi orang baik-baik, orang yang selalu memikirkan nasib orang lain, dan tak membiasakan diri untuk menerima saja, tetapi selalu memberi.

Aku cukup bangga dan bahagia mendapatkan suami seperti dirimu yang baik, shalih, penyayang, perhatian, penyabar, tanggung jawab, dan memperlakukan istri dengan baik, karena aku sadar, dan akupun memilihmu juga karena agamamu, karena dirimu juga memilih aku karena agamamu. Mungkin aku belumlah bisa menjadi istri yang terbaik bagimu, tapi sekuat mungkin aku kan berusaha menjadi istri yang baik untukmu... yang bisa menjaga kehormatan diri serta menjaga setiap amanah yang kau embankan padaku, meski dengan sedikit rasa mengeluh yang selalu kau tanggapi dengan senyuman. Karena senyumanmu begitu hangat dan mampu menghibur setiap keluh kesahku. Bismillaah, jalan kita memang masih panjang. Tapi sepanjang kita masih bersama, semua akan terasa mudah dilalui. Semoga Alloh memberkahi rumah tangga kita serta berada dalam naungan cintaNya selalu. Ya... Masih ada waktu. Mewujudkan rumah tangga impian kita... Suamiku :)