"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Termenung membaca sebuah kalimat sederhana namun sarat makna ini;
“Orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak akan dapat memberi apa-apa.”

Sejenak... Merenung lebih jauh, ternyata aku salah berpresepsi. Selama ini yang kita ketahui bahwa memberi memang menimbulkan konotasi yang berkaitan dengan materi. Padahal, tidak selamanya aktivitas memberi itu harus diidentikkan dengan harta benda. Semua hal yang membutuhkan interaksi antara 2 pihak atau lebih, selalu akan bersinggungan dengan kata ‘memberi’ dan ‘menerima’.

Ya. Apapun itu... Pertolongan, informasi, nasehat, perhatian, cinta adalah beberapa hal yang bisa kita ‘beri’ dan kita ‘terima’, tanpa harus berwujud suatu materi. Tetapi  ternyata ada satu kesamaan diantara semua pemberian itu. Ketika kita ingin memberi, kita harus terlebih dahulu memiliki apa yang ingin kita berikan itu. Betul gak sih?

Coba yuk lihatlah ke sekitar kita. Sangat banyak cinta yang telah kita peroleh selama ini. Cinta dari kedua orang tua, kakak dan adik, sahabat-sahabat, guru, tetangga, bahkan dari orang-orang yang tidak pernah diduga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakannya dan mewarnai hari-hari kita. khan?

Benar.. Matahari hari ini masih bersinar untuk membantu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan O2 untuk kita hirup, setiap malam kita pun seringkali bisa memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam. Dan yang terpenting... Kedamaian yang dirasakan saat kita bermunajat pada Alloh? Subhanalloh…. Semua ternyata karena Cinta.

Hari ini dan seterusnya... Aku berupaya untuk bisa memberikan energi cinta kepada siapapun. Karena begitu banyak energi cinta yang telah ditransfer ke dalam kehidupanku, bukankah akan sangat adil jika aku pun ingin membalas semua cinta itu dengan energi yang sama, atau bahkan lebih besar?

“Jangan pernah lupa bahwa di alam ini berlaku hukum kekekalan energi. Setiap energi yang kita keluarkan untuk sekitar kita, ia tidak akan pernah hilang menguap begitu saja. Energi itu pasti akan kembali kepada kita, terkadang setelah bertransformasi ke dalam bentuk yang lain.”

Cukuplah aku mengharapkan ‘pengembalian’ energi cinta yang kuberikan itu dalam bentuk pahala dan catatan amal kebaikan di sisi Alloh SWT.

“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Alloh amat cepat hisabnya.” (QS. Mukmin: 17)