"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Sebuah keyakinan harus terus terpatri dalam hidup bahwasanya kita dihidupkan oleh Alloh di muka bumi ini semata-mata untuk menjadi sebaik-baik hambaNya yang beriman. Menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. Cukup itu saja...

Sederhana khan? Tapi aplikasinya memang tak mudah... Butuh keseriusan serta komitmen dalam menjalani itu semua.

Mengawali segala suatunya dari "Cinta". Ya, cinta kita kepada Alloh SWT dan keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini suatu saat akan berakhir dan di akhirat nanti masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan setiap detik perjalanan hidup di dunia, memiliki andil yang sangat besar dalam mengendalikan kecenderungan hawa nafsu. Subhanalloh.

Teringat dengan dialog yang terjadi antara Rasululloh SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasululloh Saw bertanya kepada Hudzaifah: "Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini? Jawab Hudzaifah: “Saat ini saya sudah benar-benar beriman, ya Rasululloh”. Rasul kemudian mengatakan, “Setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu, wahai Hudzaifah?” Jawab Hudzaifah: "Ada 'dua', ya Rasululloh. Pertama, saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan mas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur kepada Alloh SWT.  Tapi, kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah, dan bila ia pergi maka, Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un. Yang kedua, bahwa setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan surga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli surga itu menikmati kenikmatan surga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah saya untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya."
Luar biasa... Dengan apa yang dikatakan oleh Hudzaifah. Bila kita cermati dialog tersebut, paling tidak, ada "dua" hikmah yang bisa kita petik bersama. Apa saja itu? Yang pertama, iman kepada Alloh, dengan mencintai Alloh itu di atas cinta kepada selain Alloh. Dan yang kedua, selalu membayangkan akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan di dunia bagi kehidupan yang abadi di akhirat nanti.

Maka, tak terasa... Sudah saatnya aku mempertanggungjawabkan segala amanah yang telah kuemban setahun belakangan ini. Tepatnya menjadi ketua Musholla Al-Fatah PGSD yang pada awalnya cukup berat untuk bisa menjabat amanah tersebut. Namun dengan berbagai pertimbangan, tepatnya awal Maret 2010 lalu aku disahkan menjadi mas'ulah dari musholla jurusan kampusku. Ahh rasa-rasanya belum banyak yang bisa kulakukan untuk dakwah ini terutama di kampus yang tengah aku belajar di dalamnya. Sudah semaksimal mungkin mencoba untuk bisa menjadi pemimpin yang baik, amanah dan uswatun hasanah bagi para anggotanya sehingga kepengurusanku dapat berjalan dengan baik. Namun, segalanya kukembalikan pada Alloh, bahwa DIA lah yang Maha membolak-balikkan hati... Sehingga dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia, akhirnya program kerja yang pernah dicanangkan sedari awal sedikit demi sedikit berjalan dengan sendirinya. Alhamdulillah....

Ya... Pemimpin, berat memang mendengar kata tersebut pun termasuk yang aku rasakan. DR Abbas Mahmud al-Akad, salah seorang mantan Syekh al-Azhar mengemukakan bahwa sosok insan kamil dalam Islam ada pada kedudukan manusia sebagai Khalifah fi al-Ard (pemimpin di muka bumi). Dalam surah Al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

Dalam ayat tersebut, Alloh SWT memberikan mandat kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dan untuk menjadi Khalifah fi al-Ard yang merupakan sosok insan kamil manusia harus mampu mempertanggungjawabkan empat hal di hadapan Alloh SWT kelak. 
  1. Manusia harus dapat mempertanggungjawabkan janji-janjinya, baik janjinya kepada Alloh SWT maupun kepada sesama manusia.
  2. Mempertanggungjawabkan ide dan gagasannya. Manusia yang dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa kemudian dikarunia pendengaran, penglihatan, dan akal agar bersyukur atas segala anugerah yang dia nikmati Seperti tercermin dalam surah An-Nahl, ayat 78: “Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” Maka, dengan nikmat-nikmat itu manusia mempunyai kemampuan menciptakan gagasan-gagasan yang kelak harus dipertanggungjawabkannya, sebagaimana firman Alloh SWT dalam surah An-Nahl, ayat: 56: “Demi Alloh, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu lakukan.”
  3. Mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surah An-Nahl ayat 93: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” Rasululloh SAW pun pernah bersabda dalam salah satu hadis yang berbunyi: “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba di Hari Makhsyar  sampai ia mampu  menjawab pertanyaan tentang: Umurnya dihabiskan untuk apa? Dengan ilmunya ia berbuat apa? Dari mana hartanya diperoleh dan digunakan untuk apa? Untuk apa ia perbuat dengan badan atau raganya?”
  4. Mempertanggungjawabkan nikmat-nikmat yang telah diterima. Apakah nikmat yang diperoleh dengan tanpa dicari, atau pun nikmat yang diperoleh dengan cara dicari, misalnya jabatan, harta dan lain lain. Sebagaimana terdapat firman Alloh SWT dalam surah At-Takaatsur ayat 8: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Luar biasa... Subhanalloh. Tidak mudah menjadi khalifah di muka bumi ini pastinya. Ada beban berat yang dipikul di pundak kita. Tapi, janganlah minta diringankan beban tersebut, melainkan mohonlah pada Alloh untuk bisa memberikan pundak yang kuat dalam memikulnya.

Sebagaimana layaknya seorang pemimpin, ada cerminan dalam diri yang menajdi sorotan banyak orang. Maka, aku pun berhati-hati dalam setiap berkata dan bertindak karena aku tahu bahwa disekelilingku terutama adik-adikku yang juga menjadi staffku di Musholla Al-Fatah selalu menjadikanku sebagai public figure di hadapannya. Sehingga aku teringat sabda Rasululloh SAW yang berikut ini:  “Barang siapa melakukan hal yang baik menurut kaidah Islam maka ia akan mendapatkan dua pahala, pahala atas kebaikan yang dilakukan itu dan pahala sebesar pahala orang yang mengikutinya. Dan barang siapa yang melakukan keburukan menurut kaidah Islam, maka ia akan memperoleh dua dosa, dosa atas keburukan yang dilakukannya tersebut dan dosa sebesar dosa orang yang mengikutinya.”

So... Bismillaah!!!
Tepatnya jumat besok, segalanya aku pertanggungjawabkan di hadapan rekan-rekan seperjuanganku dan tentunya di hadapan Alloh. "LPJ", Bagian dari jalan hidupku..... Semoga Alloh mudahkan segala suatunya. Aaamiin :)