- Home »
- Islam , Pendidikan , Pengetahuan »
- Waspada Terhadap Lisan
Alkisah, ada satu masalah yang hadir dalam sebuah keluarga. Masalah yang sampai kini belum terpecahkan... Sungguh sepertinya rumit sekali.
Suatu hari, salah satu saudara mereka menikahkan anaknya. Lalu ibu dan anak dari keluarga itu pergi menghadiri undangan tersebut bersama dengan saudara-saudara mereka yang lain. Sang anak terpisah dari ibunya, karena ibunya berada di mobil yang berbeda dengannya.
Di tengah perjalanan menghadiri pernikahan saudara ternyata sang anak mendapat cercaan dari sepupunya. Secara tidak langsung sepupu tersebut mengatakan hal-hal yang menjelekkan keluarganya. Mengatakan ini dan itu yang menurut si anak sebenarnya tidak pantas dikatakan. Maka, sang anak merasa sangat terpukul mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sepupunya. Ia merasa tanpa dikatakan pun keluarga besar mereka tahu permasalahan keluarganya, janganlah pula ditambahi dengan komentar-komentar yang cukup menyakitkan.
Seketika, air matanya mengalir. Ingin rasanya dia pergi dari mobil itu, tapi sekarang ia sedang dalam perjalanan, dan itu tak mungkin. Saat hatinya hanya bisa berkata: “Ya Alloh, betapa terlukanya hati ini mendengar komentar-komentarnya. Andaikan Ya Alloh, ia merasakan apa yang aku dan keluargaku tengah rasakan. Andai saja ia mengalami masalah yang sama dengan keluargaku, Ya Alloh... Mungkin ia tidak akan berkata seperti itu. Sungguh sakit ya Alloh”
Kemudian ia seka airmatanya, meski mencoba menahannya tetap saja keluar. Ia tak ingin jika Sang Ibu melihatnya menangis. Tak mau menambah lagi beban Ibunya. Sepanjang perjalanan ia mencoba menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar kata-kata sepupunya. Peristiwa dalam perjalanan itu ia simpan sendiri.
Seiring berjalannya waktu, si anak telah lupa kejadian itu. Sepupunya pun sekarang telah berkeluarga. Hingga satu ketika ia kedatangan sepupunya yang lain, yang tak lain adalah adik dari sepupunya tersebut. Ia mengeluhkan pada si anak kelakuan kakaknya yang dinilainya terlalu keluar batas. Ternyata saat ini sang sepupu mendapat masalah yang sama dengan masalah yang dialami keluarganya bertahun-tahun yang lalu.
Kemudian si anak teringat akan kejadian beberapa tahun silam, jeritan hatinya saat itu. Ia merenung, apakah masalah yang menimpa sepupunya adalah karena doanya waktu itu? Doa yang tak sengaja terlantun dari lisannya…?
“Ya Alloh, aku tidak menginginkan masalah yang ada pada keluargaku dialami juga oleh saudara-saudaraku yang lain. Sungguh aku tak berniat mendoakan sepupuku seperti itu, sama sekali tidak Ya Alloh... Saat itu aku hanya menyuarakan jerit hatiku. Dan sama sekali tak menginginkan hal itu akan terwujud…” ucap si anak lirih.
Sahabat... Kisah diatas memberi pelajaran untuk kita. Mungkin kita telah lupa apa yang pernah kita lakukan dan apa yang pernah kita ucapkan. Mungkin juga perbuatan kita beberapa waktu yang lalu telah melukai banyak pihak. Dan mungkin saja diluar sana ada banyak “hati” yang begitu jelas merekam setiap kebaikan dan keburukan yang pernah kita lakukan.
Yuk, kita bertanya pada hati masing-masing, berapa banyak kebaikan yang telah dilakukan? Berapa banyak pula keburukan yang telah kita lakukan? Bahkan mungkin saja keburukan yang kita lakukan lebih banyak dari kebaikan yang telah kita lakukan juga??? Hingga terlalu banyaknya, sampai kita tak bisa menghitung berapa hati yang telah kita lukai. Masya Alloh. Boleh jadi masalah atau musibah yang menimpa kita adalah karena doa dari pihak-pihak yang pernah kita zalimi.
Rasululloh pernah mengingatkan untuk berhati-hati menjaga lisan. Karena lisan jauh lebih tajam dibandingkan pedang. Luka karena pedang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar dan rutin. Sedangkan luka karena lisan akan terus terkenang sepanjang hayat.
Keselamatan seseorang terletak dalam pemeliharaan lisannya
Semoga Alloh selalu menjaga lisan kita agar senantiasa mengeluarkan perkataan yang baik-baik saja. Insya Alloh ^_^
berkunjung :) Bagus.. tiap perkatakaan itu doa, jika positif maka menhasilkan yg positif insyaAllah.. sejalan dengan catatan saya : Diam adalah Emas? hehe
Trims mbak... sepakat lah, tp ga selamanya diam itu emas lho :)