"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Rapuh

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan
seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepada-Mu
yang terindah dalam hidup
meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepada-Mu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah pada-Mu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintai-Mu
dalam dadaku harap hanya
diri-Mu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir pada-Mu

Lagu Opick di atas kembali ku senandungkan dengan lirih. Di sebuah kamar ukuran 6 x 5 meter, entah kenapa aku merasa langit tampak begitu hitam tanpa cela. Semua bisa ku lihat di atas atap kamarku yang sebagiannya terpasang kaca agar cahaya dari luar bisa masuk. Terasa gelap dan mencekam… Cahaya bulan pun tak nampak menyapaku. Seperti ada tumpahan kopi yang begitu pekat. Terasa begitu pahit tanpa mengecapnya. Malam ini menghisap rinduku, seperti blackhole yang membawa rinduku ke dimensi lain.
Rindu bertemu Tuhanku. Saat aku lemah dan rapuh dua hari belakangan ini. Asmaku kambuh, batuk-batukku mulai bermunculan kembali. Rasanya aku dikembalikan pada bulan Juli tahun lalu, dimana aku merasa sakit pada paru-paruku. Karena angin, ya… Karena aku selalu bermotor-motoran kemanapun pergi. Bila dalam keadaan lemah seperti ini, hanya merenung yang sanggup aku lakukan. Terbayang-bayang dosa dipelupuk mata. Bahkan hingga menitikkan air mata karena takut jika rasa sakit dapat merenggut nyawaku seketika. Namun, Allah masih menyayangiku. Diberi-Nya kesempatan padaku untuk memohon ampun dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi ke depannya.
Kelip lemah setitik bintang. Sekuat apa pun berpijar. Hangatnya mudah temusnahkan hitungan tahun cahaya ruang hampa. Mencoba menjadi lilin malam. Terus menyinari sekecil apa pun, meski raganya harus meleleh. Terus menyinari sekecil apa pun, meski bumi telah memiliki matahari. Setitik bintang itu melemah cahayanya.
Dan puncaknya, aku sulit beraktivitas. Dua hari ini aku tidak masuk kuliah… Bahkan aku menjadi bintang yang sulit berpijar menerangi orang-orang di sekelilingku.
Semua mengantarkanku pada relung hati yang terdalam, yang penuh dengan lukisan Maha Karya dahsyat. Terbayang sudah kehadiran-Mu di dekatku, di sisi yang belum pernah aku kunjungi sama sekali, padahal akulah pemilik diri ini, tak paham bahwa Allah-lah pemilik aku –yang memiliki diri ini-.
            Betapa rapuhnya aku… Baru diuji dengan sakit seperti ini, sudah membuatku lumpuh beraktivitas dan merasa lemah tak berdaya. Rabb.. apa yang salah dengan diri ini?

Tuhan, jika aku berdosa dan bermaksiat..
Wahai Sang Maha Pemurah,
Berikan aku cambuk yang tak menyakitiku,
Biarkan aku terluka atas penyesalan..
Asal cinta-Mu tetap mengalir di pembuluh darahku.

Tak tertahankan lagi, bulir air mata ini kembali jatuh membasahi pipiku.. sekelebat bayangan, terbayang semua hamparan dosa yang tak bertepi. Tuhan.. aku penuhi penggilanmu tatkala mata yang lain tengah terpejam, ketika yang lain terbuai dalam sebuah cengkeraman mimpi.

Ku sapa Kau kembali... Dan Kau tersenyum padaku, sambil berbisik “Duhai hamba-Ku, Aku senantiasa berada di sisimu, namun kau tak pernah merasakan kehadiran-Ku di dekatmu. Ketahuilah.. aku tersenyum bangga, aku menunggu air mata yang selama ini kau simpan untuk kepentingan makhluk-Ku. Dan Ku lihat, air mata itu kini deras mengalir... membasahi peluh jiwamu yang tengah dirundung gelisah. Biarkan ia mengalir, duhai hamba-Ku.. sebagai bukti, bahwa kecintaanmu pada-Ku tak pernah luntur. Yang ada, kau hanya perlu diberi sedikit sentuhan oleh-Ku.. dan bukankah kau senang ketika Aku menegurmu? Bukankah kau senang, tatkala Aku bisa membuatmu beruraian air mata? Ini yang Ku tunggu selama ini, kau sibuk dengan urusan duniamu.. sementara kau selipkan namaku dalam setiap aktivitasmu yang tak ber-ruh sama sekali. Sadarlah wahai hamba-Ku.. Aku selalu disini bersamamu, dan Aku terus menanti kau menyebut asma-Ku dalam sujud-sujud ibadahmu.”
Semakin deras peluh dan air mata ini menyatu dalam keheningan malam. Teguran-Nya begitu menghangatkan qolbuku yang tengah dirundung kesedihan karena rasa sakit yang aku alami. Aku terus menerus berkomunikasi dengan Tuhanku.. dan aku memahami kini, apa yang menyebabkan perjumpaan dengan Allah terasa tak berkesan.

Rabb,
Dalam keheningan malam
Ku menyapa-Mu dalam doa
Agar kegelisahan ini lenyap
Biar semua yang terpendam tercurah nyata
Dan kini ku tersenyum puas
Bahwa Kau masih ada disini untukku
Untuk menemani hari-hariku.

Ku ingat kembali senandung Abu Sulaiman Al-Darani, “Dalam beberapa kitab suci aku membaca firman Allah Swt: ‘Demi mata-Ku, tidaklah mereka menderita karena-Ku dan tidak pula merasa berat mencari Ridho-Ku. Bagaimana mungkin begitu? Mereka telah berada di samping-Ku dan senang dalam taman abadi-Ku. Gembirakanlah mereka yang tekun beramal karena melihat Kekasih yang MahaDekat! Akankah Aku menyia-nyiakan amal mereka? Bagaimana mungkin begitu, sementara Aku berbuat baik pada hamba serta menerima tobat dan mengasihi kaum berdosa.’”
Rapuh… dan ku coba untuk tak mengeluh.
Ku telisik kembali lirik lagu Opick tersebut. Meski ku rapuh dalam langkah kadang tak setia kepada-Mu. Namun cinta dalam jiwa hanyalah pada-Mu.
Ya. Dan ku susun kembali puzzle hidupku yang hampir menjadi serpihan. Karena Dia yang telah membantuku menemukan kepingan puzzle yang hilang. Dan kepingan itu telah kembali.. memenuhi jiwaku yang telah menemukan arti kesertaan Tuhan dalam setiap alur perjalanan hidupku. Alhamdulillah...