"Tidak ada yang sempurna di dunia.. Jika begitu adanya, mengapa masih mengharap berlebih dari apa yang sudah diberi oleh-Nya? Sekalipun masalah yang menyapa, ia bukan masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena pada-Nya saja, kita mengharap dan meminta.."

Postingan Populer

Pengikut

Hari ini aku belajar segalanya... Tentang hal yang kuketahui dan tidak. Semakin mengetahui ternyata semakin menyadari, terlampau banyak dosa yang telah kuukir di atas kanvas kehidupanku. Sifatku yang seperti ini, keras... Bahkan sangat sulit ditundukkan, telah membuatku kurang peka terhadap sekeliling. Terkadang, banyak hal besar yang  kuremehkan begitupula ada hal kecil yang terlalu dirumitkan.

Satu yang masih tetap terjaga dalam diri ini... Betapa aku masih menjaga keimanan dalam diri, semestinya dengan terus merawatnya tiada henti. Agar kehidupan tetap berada d idalam bingkai keimanan dan tetap istiqomah pada ketaatan. Itulah yang selalu aku cam-kan. Hari ini mungkin aku menjadi sosok yang baik, besok bisa sangat baik. Atau hari ini sangat baik, besok mungkin saja sangat tidak baik. Semua bisa saja mudah terjadi...

Betapa pentingnya, untuk aku berintrospeksi diri (muhasabah), agar kebaikan yang aku lakukan selama ini tetap bisa dipertahankan. Sebab siapapun tak pernah tahu kapan nyawa direnggut keluar dari jasad, kan?

Aku semakin paham... Bahwa apapun yang aku lakukan kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh. Dan menyadari pula bahwa setiap hembusan nafas ini adalah mutiara yang sangat bernilai. Maka tidak boleh sampai menyia-nyiakannya walau sesaatpun.

Ribuan, bahkan ratusan atau tak terhingga sekalipun... Dosa-dosa yang pernah kulakukan semasa hidup. Mungkin aku merasa, bahwa kebaikan yang selama ini telah dilakukan, bernilai disisiNya. Padahal? Siapa yang dapat menjamin, bahwa aku telah melakukan kebaikan seperti yang orang lain nilai dari diriku???

Mungkin ada kewajiban yang terlalaikan olehku bahkan ada perintah Alloh yang sering aku abaikan. Betapa pentingnya nilai muhasabah bagiku...

Hasan al-Basyri pernah berkata:
“Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya karena Alloh. Karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah menghisab dirinya di dunia."

Mungkin juga banyak titik-titik kesombongan yang tengah aku tanam dalam diri... Sehingga akibatnya hidupku sendiri yang merasa terancam oleh keadaan. Ketakutan, rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan, bisa saja mengiringi keseharianku... Tapi aku tengah belajar untuk terus sadar. Bahwa ketawadhuan harus menghiasi setiap langkah, selalu waspada terhadap apa yang diperbuat, pikiran dan kalimat yang keluar dari diri ini.

Semoga diri ini mampu memaknai... Bahwa sejatinya manusia itu dengan segala keberhasilan dunia yang diraihnya tidaklah kemudian menjadi mulia, manakala ia merasa bahwa apapun yang diraihnya adalah hasil usahanya sendiri, tanpa ada campur tangan orang lain.

Bukankah, kita bisa disebut kaya karena ada yang miskin. Kita disebut cantik karena ada yang jelek. Dan kita juga bisa disebut baik (mulia), karena ada yang buruk. Kemudian, bukankah orang lain memuliakan kita, kecuali karena Alloh yang menghendakinya?

Simpan saja... Rasa berbangga diri itu dalam hatimu, jangan menunjukkan bahwa diri lebih mulia dari orang lain, karena itu adalah kebodohan. Sebab hanya orang bodohlah yang merasa dirinya tidak perlu membutuhkan bantuan. Dan ketika rasa itu mendominasi dirinya, maka kecenderungan menyekutukan Alloh akan nampak semakin sempurna. Astaghfirulloh...

Dan kini, aku sedang belajar (lagi) untuk bisa memberikan sanksi (‘iqob ) bagi diri ketika mulai lalai beribadah, memang ini sesuatu yang tidak mudah. Dibutuhkan kesadaran diri yang prima dan keimanan yang sempurna. Hanya orang-orang yang mendapat rahmat dari Alloh sajalah yang dapat melakukannya.

Seringnya aku membiarkan kelalaian hanya akan menghadirkan sikap meremehkan sebuah kesalahan. Dan lambat laun, ketika kesalahan sudah menjadi kebiasaan, maka dorongan melaksanakan ketaatan akan semakin hilang. Bahkan membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah kesalahan-kesalahan yang lain. Bukankah begitu?

Disinilah pentingnya meng’iqob (memberikan sangsi) kepada diri agar jiwa ini terselamatkan dari dosa. Dan berharap, jika aku terjerumus dalam sebuah kesalahan... Sadarilah aku, tegur aku dan genggam erat tanganku agar tidak terlepas dari hal-hal yang membawa nilai kebaikan.

Dan aku akan belajar untuk mencurahkan segenap usaha dan kemampuan dalam mempergunakan potensi diri untuk taat kepada Alloh dan apa-apa yang bermanfaat bagi diri dan orang lain saat sekarang dan nanti, serta mencegah apa-apa yang membahayakannya.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Ankabut: 69)



Saat tersadar sesaat...
Ini belum terlambat...

Tak ada waktu menyia-nyiakan...
Tak ada sisa usia dalam ketidakbermanfaatan..

Selalu ingin mengoptimalkan...
Nilai-nilai kebaikan...
Dalam setiap gerak kehidupan...

Demi masa...
Ingatlah 5 sebelum 5:
Sehat sebelum sakit,
Muda sebelum tua,
Kaya sebelum miskin,
Lapang sebelum sempit,
Hidup sebelum sakit..

Insya Alloh ^_^