Ada sebuah kalimat yang kudapat dari salah seorang sahabat, "Aku bukan milikmu, kamu bukan milikku, bahkan aku.. Juga bukan milikku".
Alloh telah mempersilakan manusia untuk memiliki kekuatan ikhtiar atau usaha menggunakan potensi positif dan negatif dalam dirinya. Namun ia tak boleh melupakan, bahwa semua pilihan dan tindakannya tentu akan dipertanggungjawabkan dihadapan pengadilan tinggi Alloh Yang Maha Adil, kelak di akhirat. Begitu, khan?
Namun, bukan berarti manusia menjadikan takdir sebagai alasan dan kambing hitam bila ia melakukan perbuatan negatif, dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya telah ditakdirkan Alloh SWT. Seakan manusia itu wayang yang tak bisa berperan kecuali bila diperankan sang dalang. Padahal, bukankah Alloh tak akan mengubah keadaan suatu kaum bila mereka tidak berusaha mengubahnya sendiri???
"Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
Jiwa kita hanyalah dimiliki oleh Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman terhadap tuntunan dan ajaran Islam serta peningkatan pengalamannya dalam diri untuk semakin mengenal pemilik jiwa kita. Evaluasi diri dan introspeksi harian terhadap perjalanan hidup tak kalah pentingnya dalam tazkiyah jiwa. Kalau saja jalan ini ditempuh dan jiwanya telah menjadi bersih dan suci, maka ia termasuk orang yang beruntung dalam pandangan Alloh SWT. Sebaliknya, apabila jiwanya terkotori oleh berbagai polusi haram dan kebatilan, maka ia merupakan orang yang merugi menurut kriteria Alloh SWT.
Bahwa jiwa yang suci akan memancarkan perilaku yang suci pula, mencintai Alloh dan RasulNya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Sedangkan jiwa yang kotor akan melahirkan kemungkaran dan kerusakan. Maka benarlah dikatakan bahwa Alloh itu tidak melihat penampilan lahir kita, tetapi yang dilihat adalah hatinya. Lebih dari itu, secara lahiriah, mungkin saja kita tampak beribadah kepada Alloh. Dengan khusyu’ melakukan ruku’ dan sujud kepadaNya. Tapi apa sudah jaminan, bahwa jiwa kita telah ikut tunduk ruku dan sujud kepada Alloh Yang Maha Besar dan Perkasa, kepada tuntunan dan ajaranNya???
Sama halnya seperti takdir. Karena "Aku bukan milikmu, kamu bukan milikku, bahkan aku.. Juga bukan milikku". Senada dengan kalimat di atas, hendaknya kita sikapi dengan jiwa yang bersih sambil memahami kembali ayat berikut, “Hai jiwa yang tenang . Kembalilah kepada Robb-mu dengan hati yang puas dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS. Al-Fajr: 27-30).
Begitu silih berganti pelajaran yang bertandang dalam kehidupan kita, suka dan duka, tawa dan air mata... Membuat kita semakin memahami bahwa hanya Alloh yang memiliki jiwa kita. Bahkan kita sendiri tak bisa memiliki jiwa kita. Karena hanya DIAlah dalang dibalik sosok yang tercipta dari segumpal darah dan setetes air mani penuh hina ini.
Hijrahkan jiwa... Keluarkan jiwa dari semua yang tidak elok, dari apa-apa yang selama ini menyesakkan dada dan keluarlah dari titik yang itu serta beranjaklah ke titik lain.. Hanya keluar dan tinggalkan, jadikan semua luka yang pernah terjadi itu hanya sebagai masa lalu. Sebab masa lalu hanya akan jadi kenangan yang hanya kita lihat sesekali saja sebagai mata untuk melihat kebelakang, masa lalu adalah masa lalu, waktu akan terus berputar menelan kesempatan kita, setiap satu hembusan nafas itu menandakan bahwa satu waktu sudah meninggalkan kita. Lalu jika kita tetap berdiam diri ditempat yang tidak 'nyaman' bagi kita, mau berapa lama lagi disana? Berapa banyak hembusan nafas terbuang dengan sia-sia??
Mintalah pada Alloh yang memiliki jiwa kita untuk menunjukkan pintu mana yang paling mudah bagi kita untuk keluar, karena DIA pasti tahu, Maha Melihat, percaya kan?
Mohonlah pada Alloh dengan kerendahan hati, untuk tetap menjaga jiwa-jiwa kita agar tetap bersih sesuai fitrahnya. Agar semakin mantap menjalani masa depan dengan lebih baik, Insya Alloh ^__^
Posting Komentar